SEBUAH oto berpenumpang 45 orang. Denging pengeras suara, bendera berwarna-warni, dan spanduk yang terpampang, membuat semarak. Sebagian dari mereka berkerudung dan berbaju serba merah muda. Penumpang yang menyetor ongkos Rp 25 ribu per orang itu terdiri dari ibu-ibu di atas 40 tahun. Mereka berasal dari sekitar 32 pengajian di Kotamadya Medan dan Binjai, diasuh Syekh Haji Bachrum Saleh Nasution. Dengan bertakbir mereka menempuh jalan 400 kilometer ke Desa Bina Jae, Barumun, Tapanuli Selatan. Keberangkatan mereka Kamis pekan lalu itu bukan untuk menyambut hari raya Idul Adha, tapi berziarah ke makam Syekh Haji Zainal Abidin Hasibuan di sana. Menurut Bachrum, jenazah Syekh Zainal Abidin walau sudah 7 tahun dikubur masih utuh. Kain kafannya masih lengkap. Ini ketahuan ketika kuburan itu longsor tempo hari. "Malah dari tubuhnya mengeluarkan bau harum," ujar Bachrum pada Mukhlizardy dari TEMPO. Tak hanya bau harum, menurut mereka, jenazah Syekh Zainal katanya memberi berkah. "Yang belum menunaikan ibadat haji, jika berdoa di kubur Tuan Syekh itu, akan makbul pergi ke Tanah Suci," ujar Dahliana, 50 tahun, anggota rombongan itu. Pada 1968, Bachrum memimpin rombongan serupa ke Peureula. Kemudian 1976 berziarah ke salah satu kubur keramat di Barus, dengan mengutip Rp 800 per orang. Setahun kemudian, dengan mengutip Rp 26 ribu per orang, Bachrum memimpin 120 orang, berziarah ke kubur Sunan Kalijaga di Demak. Sekembali dari sana, katanya, banyak anggota rombongan itu naik haji. Doa naik haji, itulah yang utama dalam ziarah. Dan mereka menurut saja apa kata Bachrum yang 67 tahun itu. Ia sudah 35 tahun membina pengajian, dan punya murid tak kurang dari 320 orang. Mereka memang gemar mengunjungi makam-makam keramat. Dawa'i, 60 tahun, dan Nurima, 52 tahun, sudah empat kali ikut berziarah ke makam-makam keramat itu. Tetapi hingga sekarang doa mereka agar bisa berhaji ke Tanah Suci belum juga makbul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini