Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tengah menyelidiki sumber pencemaran asap batu bara di kawasan Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Subkoordinator Urusan Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Dinas LH DKI Yogi Ikhwan mengatakan, tim sudah memperoleh temuan awal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tapi masih proses penindaklanjutan sekarang. Belum bisa diungkapkan," kata dia saat dihubungi, Jumat, 4 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, perwakilan warga Kampung Marunda Pulo Ade Aqil menyampaikan soal polusi asap pembakaran batu bara selama tinggal di kawasan RT 01, RT 02, dan RT 03 di RW 07 Kelurahan Marunda. Menurut warga, polusi batu bara sudah berlangsung sejak lama.
Yogi berujar, tim investigasi bakal menggali apakah industri yang diduga menjadi sumber pencemaran memang telah mengotori udara lingkungan sekitarnya. Selain itu, kelengkapan dokumen izin industri tersebut juga akan ditelusuri.
Warga terdampak pun sudah melayangkan surat undangan kepada Kepala Dinas Dinas LH Asep Kuswanto untuk audiensi. Tujuannya agar pemerintah DKI mendengarkan keluhan Warga Rusun Marunda.
Menurut Yogi, malam ini perwakilan Dinas LH akan memenuhi undangan tersebut. Pertemuan dijadwalkan berlangsung di Rusun Marunda pukul 19.30 WIB.
"Nanti malam tim kami juga diundang oleh warga Rusun Marunda untuk membicarakan keluhan-keluhannya ini," jelas dia.
Sebelumnya warga Marunda keluhkan pencemaran...
Sebelumnya, perwakilan warga Kampung Marunda Pulo Ade Aqil bertemu dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Marunda Kapten Isa Amsyari, kalau benar bahwa warga merasakan dampak asap pembakaran batu bara selama tinggal di kawasan RT01, RT02, RT 03/ RW07 Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
"Mengenai masalah limbah batu bara, ini bukan hal yang baru. Ini sejak saya berada di Marunda 2009, itu saya sudah merasakan bagaimana beratnya menghirup udara yang tidak sejuk," kata Ade.
Ade mengatakan kampung mereka itu letaknya dekat dengan cerobong asap dari pabrik pengolahan minyak sawit milik salah satu perusahaan di kawasan Berikat Nusantara (KBN) .
"Antara rumah kami dengan perusahaan itu cuma dihalangi dengan satu kali (Sungai) saja. Jadi ketika angin dari barat daya menerbangkan asap dari cerobong, itu luar biasa dampaknya. Terutama kepada ibu-ibu, semua mereka mengeluh karena khawatir kesehatan anaknya, dirinya dan rumah yang mereka tempati," kata Ade.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Marunda Kapten Isa Amsyari mengatakan, udara tercemar di kawasan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara bukan berasal dari pelabuhan setempat.
"Aksi mereka kemarin memang mengeluhkan adanya limbah dan polusi batubara itu. Dan laporan dari warga bahwa yang paling potensi terbesar itu adalah dari cerobong asap pembakaran batu bara yang tentu tidak berada dalam pelabuhan," kata Isa di Jakarta Utara, Rabu.
Menurut Isa, pabrik pengolahan atau pembakaran batu bara tidak mungkin berada di dalam pelabuhan.
Hal itu, lanjut dia, karena pelabuhan dilarang menjadi tempat industri, hanya boleh menjadi tempat aktivitas bongkar muat barang dan/atau penumpang serta tempat menaruh barang sementara sebelum pengapalan atau sebelum dibawa truk angkut menuju pabrik pengolahan yang letaknya di luar pelabuhan.
"Tidak ada pabrik (di pelabuhan), yang ada lapangan (tempat bongkar muat). Ini yang mengidentifikasi atau mengetahui itu adalah warga di sekitar pelabuhan yang memang memperhatikan. Pabrik itu adanya di luar pelabuhan," kata Isa seperti dikutip Antara pada 2 Maret 2022.
LANI DIANA/ANTARA