Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Temuan Tanda Duka 53 Awak Nanggala

Penemuan badan KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali sekaligus menjadi penanda bahwa 53 awak kapal selam buatan Jerman pada 1978 ini telah gugur.

26 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Baju keselamatan awak yang robek milik awak kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam disaksikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yuda Margono (kanan) dalam jumpa pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, 25 April 2021. TEMPO/Johannes P. Christo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Setelah empat hari dilaporkan hilang kontak, Kapal Republik Indonesia Nanggala-402 milik Tentara Nasional Angkatan Laut akhirnya ditemukan di perairan utara Bali, kemarin.

  • TNI pun menyatakan penemuan badan kapal selam ini menjadi tanda duka bahwa 53 awaknya telah gugur saat menjalankan tugas.

  • Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan berduka atas wafatnya semua awak KRI Nanggala-402.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA — Setelah empat hari dilaporkan hilang kontak, Kapal Republik Indonesia Nanggala-402 milik Tentara Nasional Angkatan Laut akhirnya ditemukan di perairan utara Bali, kemarin. TNI pun menyatakan penemuan badan kapal selam ini menjadi tanda duka bahwa 53 awaknya telah gugur saat menjalankan tugas.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan berduka atas wafatnya semua awak KRI Nanggala-402. Ia berjanji akan memberikan kenaikan pangkat bagi prajurit yang tergabung dalam Korps Hiu Kencana itu. "Kami akan ajukan secara berjenjang ke Presiden, yaitu berupa kenaikan pangkat, dan segera kami proses," kata Hadi dalam konferensi pers perkembangan pencarian Nanggala-402 di Base Operasi Landasan Udara Ngurah Rai, Bali, kemarin.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono yang mendampingi Hadi Tjahjanto dalam konferensi itu mengatakan badan Nanggala-402 dalam kondisi terbelah menjadi tiga bagian. Ia pun berjanji akan menginvestigasi lebih lanjut perihal penyebab terjadinya insiden ini.

Menurut dia, kejadian pada Nanggala-402 ini bukan karena faktor kesalahan manusia. Sebab, sesaat sebelum hilang kontak, seluruh peralatan kapal selam itu terpantau berfungsi dengan baik. Saat proses menyelam, kata Yudo, KRI Nanggala-402 juga mengambil tindakan sesuai dengan prosedur.

Tayangan video badan kapal selam KRI Nanggala 402 yang ditemukan Remote Operated Vehicle (ROV) milik Singapura dalam jumpa pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, 25 April 2021. TEMPO/Johannes P. Christo

Penemuan badan Nanggala itu bermula dari hasil pemindaian multibeam echo sounder milik KRI Rigel di sekitar lokasi pencarian pada kedalaman 800 meter, pukul 01.00 Wita. Namun temuan tersebut tidak bisa diverifikasi melalui peralatan remotely operated vehicle (ROV) KRI Rigel lantaran jangkauannya hanya hingga kedalaman 800 meter.

Tugas pencarian pun dialihkan ke MV Swift Rescue yang merupakan kapal bantuan dari Singapura. Pada pukul 07.37 Wita, MV Swift Rescue menurunkan ROV dan menindaklanjuti kontak bawah air laut berdasarkan hasil pemindaian KRI Rigel.

Robot nirawak ini mendapatkan kontak visual pada posisi 07 derajat 46' 56" selatan dan 114 derajat 51' 20" timur pada pukul 09.00 Wita. "Lokasi dari tempat jatuhnya KRI Nanggala-402 berjarak kurang-lebih 1.500 yard di selatan pada kedalaman 838 meter," ujar Yudo.

Pengamatan melalui ROV MV Swift memperlihatkan kapal terbelah menjadi tiga bagian: haluan, bagian tengah yang juga badan tekan kapal, dan buritan. Di sekitar lokasi, tampak pula sejumlah barang yang diduga merupakan bagian dari KRI Rigel, seperti kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tengah, kemudi selang timbul, serta serpihan kapal lainnya.

Yudo mengimbuhkan, salah satu barang yang ditemukan adalah submarine escape suit berwarna oranye yang semestinya tetap tersimpan untuk digunakan awak kapal dalam kondisi darurat. Submarine escape suit adalah setelan baju yang menutupi seluruh tubuh yang dirancang untuk melarikan diri dari kapal selam yang tenggelam.

Ia menduga hal itu menggambarkan kondisi awak kapal yang sempat menyadari adanya keadaan darurat, sehingga sempat membuka kotak penyimpanan. "Karena lepas berarti di situ sempat terjadi kedaruratan. Mungkin sempat mau memakai, atau saat mau memakai lalu buyar," kata dia.

Video potongan badan kapal selam KRI Nanggala 402 yang ditemukan Remote Operated Vehicle (ROV) milik Singapura ditayangkan dalam jumpa pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, 25 April 2021. TEMPO/Johannes P. Christo

KRI Nanggala-402 hilang kontak saat geladi resik latihan penembakan torpedo pada Rabu dinihari lalu. Kapal selam berjenis U-209 bikinan Jerman Barat pada 1978 itu berlayar di perairan utara Pulau Bali sejak Selasa lalu. Kapal bersiap menggelar latihan perang rutin yang akan dihelat dua hari berikutnya.

Sesuai dengan rencana geladi resik latihan perang, Nanggala akan menembakkan torpedo berukuran 21 inci. Lalu KRI Layang akan meluncurkan peluru kendali C-802. Target keduanya sama, yaitu bekas KRI Karang Unarang. Geladi latihan itu dimulai pada Rabu pukul 03.00 Wita. Saat itu, Nanggala meminta izin menyelam dengan kedalaman 13 meter dan bersiap menembakkan torpedo.

Selama satu jam, para awak sea rider dan otoritas latihan menunggu lesatan torpedo, tapi tak juga muncul. Suasana semakin mencekam saat komunikasi radio dengan Nanggala terputus. Padahal seharusnya kru Nanggala lebih dulu berkomunikasi di radio untuk meminta izin penembakan torpedo.

Sabtu lalu, setelah tiga hari melakukan pencarian, TNI menyatakan Nanggala-402 tenggelam. Temuan serpihan bagian kapal dan tumpahan minyak menjadi bukti kuat kapal tenggelam dan remuk. Hadi Tjahjanto mengatakan isyarat subsunk atau tenggelamnya Nanggala-402 dinyatakan setelah tim gabungan mencari keberadaan kapal selama 72 jam.

Hadi mengatakan Sabtu dinihari, pukul 03.00 Wita, merupakan batas akhir live support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam. “Unsur-unsur TNI AL (Angkatan Laut) telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," kata Hadi.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Muda Purnawirawan Darwanto, menduga kapal akan terbelah ketika mencapai kedalaman lebih dari 800 meter. Menurut dia, kondisi tekanan udara di daratan mencapai satu atmosfer. Tekanan terus bertambah satu atmosfer untuk tiap 10 meter kedalaman di bawah permukaan laut. "Sedangkan posisi kapal mencapai 850 meter itu artinya mencapai 86 atmosfer. Itu yang menyebabkan kapal menjadi rusak," ucap Darwanto.

Ia mengatakan kapal selam Nanggala didesain untuk berada di kedalaman maksimal 250-300 meter di bawah permukaan laut. Di kedalaman tersebut, tekanan atmosfer yang diterima kapal hanya sekitar 31 bar. Artinya, kata Darwanto, kapal bakal rusak jika mendapat tekanan mencapai 86 atmosfer. Kecil kemungkinan manusia bisa selamat ketika menghadapi tekanan air sebesar itu.

Ahli kapal selam dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Wisnu Wardhana, juga menyebutkan bahwa Nanggala mendapat tekanan hidrostatis yang melebihi kapasitasnya. Kapal berjenis U-209 ini memiliki kekuatan jelajah tidak lebih dari 300 meter di bawah permukaan laut. Dengan usia lebih dari 40 tahun, semestinya daya jelajah bakal berkurang menjadi hanya 200 meter akibat korosi dan berbagai hal lain.

Tekanan berlebihan, kata Wisnu, mengakibatkan badan tekan atau pressure hull kapal selam pecah, sehingga berakibat fatal. Wisnu memperkirakan tekanan hidrostatis yang besar akan membuat air menerjang masuk kabin kapal dan menyerang manusia, mesin, serta semua yang berada dalam area badan tekan. Hal ini yang menjadikan kapal remuk dan peralatan kapal tidak dapat difungsikan.

Wisnu menduga kapal tersebut rusak ketika dikabarkan hilang kontak. Kapal kemudian meluncur tidak terkendali hingga kedalaman lebih dari 700 meter. Selain itu, jika kerusakan Nanggala masih bisa diatasi, semestinya kapten kapal akan menginstruksikan untuk menarik tuas darurat. "Kalau bisa dikendalikan, tidak mungkin tenggelam pada lebih dari 700 meter," kata dia.

AVIT HIDAYAT | ROBBY IRFANY
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus