Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Porong, Sidoarjo, hidup tidak akan pernah lagi serupa ketika lumpur belum muncrat, meluap, dan membenamkan sebagian wilayah itu dalam cairan hitam pekat yang menerbitkan penderitaan ribuan manusia.
Menyembur pertama kali pada 29 Mei, lumpur itu bersumber di ladang eksplorasi gas PT Lapindo Brantas. Jawa Timur geger. Seluruh negeri terperangah. Sawah-sawah lenyap. Jalanan putus. Rumah terendam. Kehidupan serasa di ujung tanduk. Jutaan meter kubik lumpur telah meluap dari perut Porong, membikin sepuluh ribu lebih orang meninggalkan rumah mereka. Ada 2.300 rumah lenyap, 18 gedung sekolah raib.
Lumpur melahirkan 4.000 lebih penganggur karena pabrik mereka terbenam dalam-dalam. Keluarga Bakrie sebagai pemilik Lapindo Brantas terseret ke pusaran semburan. Pe-merintah mengharuskan Lapindo menanggung semua kerugian. Keluarga terkemuka itu sanggup menyediakan dana hingga Rp 1,3 triliun. Ini sepersepuluh lebih kekayaan Rp 12 triliun kekayaan Aburizal Bakrie-kini dia Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat-versi majalah Forbes.
Lumpur Lapindo masih terus membawa prahara. Akhir Oktober lalu, tujuh orang tewas akibat ledakan pipa gas bawah tanah milik Pertamina. Di atas zona waktu 2006, wajah Porong menghitam bencana dan penderitaan manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo