Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
LRT Jabodebek melayani penumpang dengan sisa delapan rangkaian kereta.
Layanan LRT diupayakan pulih bulan depan.
YLKI memperkirakan pelanggan LRT mulai hengkang.
JAKARTA – Manajemen light rail transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi atau LRT Jabodebek tetap melayani penumpang kendati frekuensi perjalanan kereta ringan semakin sedikit. Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) Joni Martinus mengatakan saat ini hanya ada delapan rangkaian kereta ringan yang bisa dioperasikan untuk publik. “(Kondisi ini) menjadikan waktu tunggu (penumpang) lebih lama,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berkurangnya jumlah rangkaian LRT itu disebabkan oleh temuan keausan pada roda kereta pada akhir Oktober lalu. Akibatnya, sebanyak 17 rangkaian kereta harus dikandangkan untuk menjalani pembubutan roda di depo LRT Bekasi.
Meski belum bisa memperkirakan durasi pembubutan itu, Joni berkata bahwa perusahaan berupaya kembali mengoperasikan 16 rangkaian kereta pada bulan depan. “Diupayakan kembali seperti kondisi operasi pada akhir September 2023,” katanya. Sebagai informasi, setiap rangkaian LRT terdiri atas enam gerbong. Jika setiap gerbong memiliki delapan roda, artinya ada lebih dari 800 roda sepur yang harus ditangani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebetulnya saat ini ada 12 rangkaian kereta ringan yang bisa dijalankan. Namun Divisi LRT Jabodebek PT KAI hanya menjalankan delapan rangkaian dan empat sisanya disiagakan sebagai cadangan. Manajemen juga masih menanti kedatangan dua rangkaian kereta yang hingga kini masih diperbaiki di pabrik PT Inka (Persero) di Madiun, Jawa timur. Keduanya merupakan rangkaian kereta yang bertabrakan ketika masa uji coba di Cibubur pada akhir Oktober 2021.
Penumpang LRT Jabodebek rute Stasiun Harjamukti-Dukuh Atas tiba di Stasiun Rasuna Said, Jakarta, 1 November 2023. TEMPO/Subekti
Sementara itu, agar bisa memenuhi kebutuhan penumpang saat ini, KAI sebagai operator LRT Jabodebek terpaksa mengurangi jumlah perjalanan kereta ringan di luar jam sibuk. Hal ini dilakukan agar pelayanan pada jam padat penumpang terjaga. Dengan rekayasa ini, Joni menjamin waktu tunggu antarkereta alias headway pada jam sibuk bisa dijaga di kisaran 30 menit.
Konsekuensinya, headway di luar jam sibuk, seperti pada pukul 10.00 hingga 15.00, melebar menjadi satu jam. Keberangkatan terakhir LRT yang seharusnya dibatasi sampai pukul 19.58 juga dikompensasi sampai sekitar 15 menit lebih lama. “Layanan tetap berjalan. Sejak 28 Agustus hingga 14 November 2023, sudah ada lebih dari 3 juta pengguna jasa LRT Jabodebek,” tutur Joni.
Saat mulai beroperasi pada Agustus lalu, LRT Jabodebek sebetulnya sempat mengoperasikan 16 rangkaian kereta untuk melayani 234 perjalanan per hari. Frekuensi itu pun sebenarnya jauh di bawah kapasitas normal LRT Jabodebek yang seharusnya bisa mengerahkan 27 rangkaian kereta dengan volume 460 perjalanan per hari.
Juru bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, menyatakan saat ini lembaganya berfokus menjaga keamanan perjalanan LRT yang kapasitasnya sedang berkurang. Secara paralel, kata dia, Kementerian tetap mendorong perbaikan rangkaian kereta yang masih dirawat di depo. “Pelan-pelan (rangkaiannya) kami perbaiki,” katanya dalam keterangan tertulis pada 7 November lalu. “Kami upayakan demand penumpangnya bisa kami tangkap juga.”
Adita mengklaim okupansi LRT pada jam sibuk masih bisa menembus 70 persen. Meski terganggu pengurangan jumlah rangkaian, dia menyebutkan kereta ringan sudah memiliki pengguna loyal, yaitu para pekerja yang biasa melakukan perjalanan pada pukul 05.00-08.00. “Tren pada peak hours tetap penuh, padat terus.”
LRT Jabodebek melintas di kawasan Setiabudi, Jakarta, 11 September 2023. TEMPO/Subekti.
Guru besar bidang transportasi dari Universitas Indonesia, Sutanto Soehodo, mewanti-wanti KAI agar lebih aktif dalam memberikan kepastian jadwal LRT kepada pelanggan. Kalau perlu, kata dia, informasi itu bisa disebarkan melalui aplikasi dan semua kanal berita elektronik yang dikelola perseroan. “Setidaknya agar calon penumpang bisa menyesuaikan jadwal kedatangan ke stasiun supaya tidak menunggu terlalu lama.”
Anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, sempat memperkirakan pasar pengguna LRT Jabodebek bakal tergerus dengan banyaknya gangguan pada masa awal operasi. Kereta ringan bersistem kemudi tanpa masinis itu sudah berulang kali mengalami gangguan teknis sejak diresmikan pada Agustus 2023.
Beberapa masalah ramai dibicarakan di media sosial, dari kereta yang mati di tengah jalan, pintu yang macet, sampai gerbong yang panas dan mengeluarkan asap. Belasan rangkaian kereta yang masuk bengkel kini memperparah persepsi konsumen. “Orang mau pakai public transport karena waktu tempuh dan headway yang baik. Kalau keduanya tidak terpenuhi, siapa mau pakai?”
YOHANES PASKALIS | KHORY ALFARIZI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo