Menurut John Gofman dari Universitas California Berkeley, korban Chernobyl 50 ribu sampai 250 ribu jiwa. Perlukah ada pembangunan PLTN di Indonesia? MALAPETAKA Chernobyl membuat Gorbachev "kena batu". Di kibaran glasnot-nya, rakyat dan tokoh-tokoh di Barat makin berani menyuarakan gugatan tajam, apa tanggung jawab pemerintah Soviet atas musibah itu. Lebih jauh, kritik terhadap pengelolaan PLTN memuncak. Ulang tahun kelima musibah Chernobyl diperingati di tengah kemarahan publik pada kebisuan pemerintah Soviet -- padahal sudah ribuan orang mati dimangsa radiasi. Edannya, petinggi Moskow bahkan tak mau rakyat tahu banyak tentang dampak tragedi tersebut. Komisi penyelidik Chernobyl memang dibentuk untuk mencari fakta di lapangan. Tapi gerak mereka dipagari. Pimpinan tertinggi memerintahkan mereka agar menyimpan dua rahasia tingkat penting. Pertama, perintah yang dikeluarkan pada 1987, menyangkut informasi luasnya kontaminasi. Kedua, dekrit 1988, tentang diagnosa kedokteran yang berhubungan dengan penyakit akibat sinar radiasi. Chernobyl telah menjadi simbol "bagaimana sebenarnya tertutupnya keterbukaan" di Soviet. "Apa yang kita punya adalah prototip sebuah kebijaksanaan baru: glasnost terbatas. Itu yang dijalankan," kata Yuri Shcherback, dokter dan wartawan Ukraina. Tampaknya, Chernobyl adalah titik balik bagi nasionalisme yang mulai meredam glasnost. Daerah yang paling dekat dengan pabrik nuklir itu, Byelorussia dan Ukraina. Sepasang republik yang bukan Rusia Slavis dan selama ini lamban dalam mendukung Moskow. Keduanya tidak seperti republik Baltik yang sangat kurang sabar dan ingin independen. Juga bukan seperti rakyat Caucasus. Tapi bencana itu dan akibatnya akan mempercepat heboh politik di sepanjang tepi barat daya Uni Soviet. Namun, di Majelis Soviet Tertinggi ada tokoh vokal semacam Aleksei Yablokov, ilmuwan yang duduk sebagai wakil ketua komite lingkungan Yuri Izrael, ketua komisi negara bidang hidrometeorologi dan perlindungan lingkungan Leonid Ilyin, ketua komite nasional untuk pengamanan nuklir. Ketiganya tokoh yang terus menuntut pertanggungjawaban atas kebisuan pemerintah. Komisi di parlemen itu akan mencari fakta apakah ketertutupan dan kebohongan pada awal musibah itu disebabkan ketidaktahuan atau memang "kebijaksanaan" untuk menipu. Tapi mereka sadar akan keterbatasan kekuasaan parlemen. "Tak semua mau menanggapi panggilan komisi di parlemen," kata Yablokov, masam. Maka, mereka bekerja sama dengan kantor jaksa federal untuk kemungkinan adanya tindakan kriminal atas ketertutupan itu. Bencana Chernobyl bukan kecelakaan kecil. "Saya yakin, penguasa Soviet tahu luasnya skala malapetaka itu, tapi mereka dengan sadar menciptakan kesan seolah-olah tidak ada apa-apa," kata Vladimir Shovkoshitny, wakil ketua komisi Chernobyl di parlemen Ukraina, pada Reuters. Pemerintah memang menyangkal bahwa ribuan orang mati gara-gara Chernobyl. Mereka menghubungkan meningkatnya penyakit dan kematian itu dengan penyebab alamiah. Korban yang diakui pemerintah hanya 31 orang -- yang mati seketika akibat ledakan reaktor. Shovkoshitny menghitung angka korban dalam lima tahun belakangan ini mencapai 7000. Dan si mati ini, kata Shovkoshitny, adalah sebagian di antara 700 ribu rakyat yang terlibat dalam operasi pembersihan sampah nuklir. Di luar itu, jumlah orang yang menderita atas malapetaka Chernobyl, "di Ukraina mencapai lebih dari lima juta atau seperlima dari jumlah penduduk," kata Shovkoshitny, yang ikut terjun dalam operasi pembersihan. Maut masih bersembunyi di dua republik lain yang paling tercemar, Byelorussia dan Federasi Rusia. Tokoh di parlemen Ukraina itu juga menyangkal pernyataan Menteri Kesehatan Uni Soviet, bahwa kematian petugas pembersih itu bukan karena Chernobyl. Beberapa ahli di Barat setuju dengan pernyataan pemerintah Soviet. Sulit untuk membuktikan secara ilmiah hubungan antara penyakit dan radiasi. Tapi pakar yang lain lagi mengatakan akibat radiasi terhadap kesehatan semakin jelas. David Marple, penulis dua buku Chernobyl asal Kanada, mengatakan bahwa ada hubungan yang jelas antara sinar radioaktif dan gangguan jantung, darah, kanker, serta leukemia. Marple malah mengatakan berbagai jenis penyakit meningkat sampai seribu persen, kerap kali disebabkan oleh gangguan sistem pertahanan tubuh. Gejala yang kini dikenal sebagai AIDS nuklir di Ukraina. "Sistem pertahanan tubuh melemah dan hancur. Akibatnya, organisme tubuh tak mampu melawan penyakit. Kami menyebutnya AIDS," ujar Marple di tengah peringatan Chernobyl di Kiev. Tengoklah di pusat diagnostik untuk pengobatan radiasi di Minks, Byelorussia. Pasien datang dengan keluhan serupa dengan di klinik sejenis: lesu, perut sakit, jantung terganggu, dan sakit pada persendian dan tulang. Ini bukan gejala yang luar biasa andaikan yang mengeluh bukan likvidatoy -- para pekerja pemusnah sampah nuklir, dan penduduk di wilayah tercemar. Mereka dibawa ke tempat pemeriksaan yang kecil. Kadang-kadang pasien diterapi dalam whirlpool bath, atau seluruh tubuhnya diperiksa dengan body scanner buatan Inggris, untuk memantau jumlah kontaminasi cesium dalam tubuhnya. Pemimpin rumah sakit itu, Valery Rzheutsky, menyebutkan penyakit macam apa yang diderita pasien. Umumnya adalah gangguan pada bagian pencernaan dan ginjal. Ini, menurut Rzheutsky, jelas berhubungan dengan pelbagai makanan -- - buah, sayur, dan susu -- yang terkontaminasi radioaktif. "Ada peningkatan penyakit ini. Peningkatan yang cukup berarti," katanya. Sebetulnya pemerintah Ukraina dan Byelorussia membuka jalur pasokan makanan bersih bagi penduduk di daerah yang tingkat kontaminasinya melebihi 15 curies per kilometer persegi. Di Byelorussia penjualan produksi dari daerah itu diancam hukuman. Teorinya, makanan yang sehat masuk, dan penganan yang tercemar jangan keluar. Namun, prakteknya tak semulus itu. Di daerah bebas radioaktif Leningrad, petugas setempat menemukan pedagang edan yang memborong berton-ton jamur yang seharusnya diapkir sebagai sampah radioaktif. Bukan itu saja. Penduduk di desa-desa yang dihampiri partikel radioaktif mengaku memakan hasil kebunnya. Para dokter tetap khawatir pada masukan radiasi eksternal. Tapi kini, lima tahun kemudian, mereka juga memikirkan dosis internal pada susu, padi, dan daging yang tercemar. Valery Rzheutsky di klinik Minsk selanjutnya menyebut keluhan umum pasien di kliniknya adalah ketidaknormalan kelenjar tiroid. Sering ini indikasi dari masalah lain di kemudian hari. Tiroid adalah kelenjar yang berfungsi memacu metabolisme tubuh yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan anak. Tapi di kelenjar di tengah leher itulah unsur radioaktif bersarang. Kanker tiroid sangat jarang ditemui pada anak-anak. Di Amerika Serikat, dalam data yang dikumpulkan "Pusat Pengawasan Penyakit", momok itu hampir tidak pernah menyerang orang di bawah usia 25 tahun. Pedihnya, dokter di Byelorussia melaporkan ada 19 kasus kanker tiroid ganas pada anak-anak tahun 1990. Di Ukraina dijumpai kasus yang sama pada 21 anak-anak. Menteri Kesehatan Ukraina Yuri Spizhenko menyebutkan angka penyakit leukemia pada daerah bahaya meroket pada 1990. Ahli di Amerika, termasuk Marvin Goldman, biolog tenar Universitas Cal ifornia di Davis, menggarisbawahi rekan sejawatnya. Katanya, kenaikan itu dimulai dua tahun setelah kecelakaan Chernobyl, dan akan melaju lagi antara 1991 dan 1993. Mereka mengatakan, pertambahan ini akan diikuti munculnya kanker jenis lain. Spizhenko dan Rzheutsky keberatan ketika diminta menunjukkan angka pasti temuannya itu. Karena, menurut Rzheutsky, utusan khusus dari Moskow mengambil satu-satunya lembar data tentang itu. "Saya tak hafal angka itu," kata Spizhenko. Perubahan angka kesehatan yang lain juga tampak pada kenaikan angka kelainan fungsi reproduksi. Lebih banyak yang lahir cacat, keguguran, dan komplikasi kelahiran. Keterangan dokter-dokter ini tanpa statistik. Ada perbedaan pendapat yang tajam di antara para pakar di Barat mengenai korban yang akan berjatuhan. Menurut Goldman, Uni Soviet akan menemukan 1.000 sampai 7.500 penderita kanker baru dalam 50 tahun mendatang. Jumlah itu akan tergabung dengan para penderita kanker alamiah. Tapi angka yang disodorkan John Gofman lebih dramatis. Mantan profesor biofisika dari Universitas California Berkeley itu menghitung korban Chernobyl adalah kematian 50 ribu sampai 250 ribu jiwa. Anggota parlemen di Kiev dan Minsk melemparkan gagasan "ganti rugi" dari Moskow untuk penduduk yang terkena radiasi. Dihitung-hitung, pertanggungan ini akan bernilai 3 milyar rubel per tahun untuk Ukraina. Dan 3,7 milyar rubel untuk Byelorussia. Sampai akhir abad ini total biaya ganti rugi itu akan mencapai 250 milyar rubel atau setara dengan setengah anggaran belanja tahunan Soviet. Tapi jangankan itu. Di tengah momok nuklir AIDS itu, "calon-calon korban" Chernobyl justru menghadapi gersangnya pelayanan kesehatan. Menteri Kesehatan Ukraina Spizhenko berteriak soal kurangnya alat kedokteran yang canggih untuk mengimbangi penyakit baru itu. "Tapi di sini dokter-dokter hanya mendiagnosa dengan memeriksa kuping dan mata, serta meraba-raba-cara yang dipakai 100 tahun lalu. Kami perlu peralatan ultrasound. Bahkan kita hampir tak punya penganalisa darah," katanya. Ia sebetulnya sedang berusaha "menembak" Moskow. Pasalnya, permohonan bantuan peralatan ke Moskow tak membuahkan apa-apa. Padahal, jumlah sumbangan yang mengalir dari Barat mampu menimbulkan kecemburuan warga Uni Soviet yang lain. Tapi jutaan rubel yang dikirim ke rekening Chernobyl, menurut koran Moskow, "nyasar" ke Kementerian Energi Atom. Anggota parlemen Ukraina Shovkoshitny, dari sisi yang lain, mendesak agar bantuan internasional tidak hanya dibelikan peralatan kedokteran. Tapi juga untuk mengamankan bangkai reaktor nomor 4 itu sendiri. Kini pemerintah sudah mengurung aula yag dipenuhi sejumlah besar minyak nuklir dan baran-barang radioaktif itu dengan bangunan baja. Di mata Shovkoshitny, "peti mati" itu belum cukup. "Itu hanya bangunan sementara yang bertahan 20 atau 30 tahun," katanya. Tokoh Chernobyl itu juga menggugat sampah-sampah nuklir yang dikuburkan di tanah Ukraina. "Enak saja, arus penerimaan ekspor energi lari ke Moskow, sedangkan sampahnya dikubur di Ukraina," kata Shovkoshitny. Ukraina memasok 25% dari produksi PLTN seluruh negeri, yang berarti menghasilkan 12%-13% produksi listrik Uni Soviet. Kisah-kisah ngeri di balik Chernobyl ini menciptakan keengganan rakyat untuk mendukung tenaga nuklir. Mereka protes dan makin sering mengkritik. Puncaknya terjadi tahun lalu, ketika khalayak lebih memahami dampak musibah Chernobyl. Kampanye gencar itu menghentikan pembangunan proyek PLTN di Crimea, sebuah daerah yang terkenal subur dan molek sebagai obyek pariwisata. Juga reaksi terhadap reaktor Rostov, yang sebenarnya siap dioperasikan. Diam-diam Moskow, juga belajar dari tragedi Chernobyl. Sejak dua tahun terakhir, ahli-ahli PLTN Uni Soviet dikirim ke luar negeri untuk bertukar pengalaman dengan sejawatnya di negara-negara Barat. Mereka mulai mengakui cacat-cacat pada instalasi nuklir tipe RBMK seperti Chernobyl. Maka, desakan antinuklir di dalam negeri dijawab oleh Moskow dengan memperkenalkan PLTN tipe baru, yang dianggap lebih aman. Tipe reaktor seperti Chernobyl diganti dengan tipe pressurised water, yang lebih kecil tapi lebih aman. Pemandangan PLTN macam itu di Prancis, yang bisa berdampingan dengan rumah-rumah penduduk, mulai ditayangkan di televisi Soviet. Ini alternatif yang mungkin dipilih untuk menyembuhkan problem energi yang makin genting dalam kekacau-balauan ekonomi Soviet belakangan. Soviet tak bisa lagi bergantung pada industri minyak, yang kini tengah krisis. Sedangkan alternatif energi lainnya, seperti batu bara, gas alam, dan hidrolistrik dianggap punya kekurangan di sana-sini. Kremlin menunda pengumuman program energi hampir dua tahun. Jauh dari Uni Soviet, Indonesia ikut menyimak pelajaran Chernobyl. Jumat dua pekan lalu, Walhi bersama beberapa kelompok lembaga swadaya masyarakat menyelenggarakan "Peringatan 5 Tahun Bencana Chernobyl" di Taman Ismail Marzuki. Asisten III Menteri Negara KLH, Nabiel Makarim, Budayawan Mochtar Lubis, dan Ekonom Christianto Wibisono bergabung dalam sebuah diskusi terbuka. Sebagian besar peserta diskusi, dalam catatan wartawati TEMPO Diah Purnomowati, melontarkan pendapat "Pembangunan PLTN di Indonesia belum perlu". Di antaranya, Mochtar Lubis mempertanyakan rencana pembangunan PLTN di Gunung Muria, Jepara, Jawa Tengah, yang akan dioperasikan pada tahun 2003. "Budaya Indonesia tak cukup canggih dan cepat untuk selamat mengoperasikan tenaga nuklir," kata bekas wartawan itu bersemangat. Iwan Fals pun melemparkan protesnya lewat lirik lagu, disambut dengan bait puisi Taufiq Ismail. Malapetaka Chernobyl adalah sebuah pelajaran yang berharga. Sama sekali bukan untuk dialami sekali lagi, apa pun dalihnya. Bunga Surawijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini