Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kita sering mendengar istilah sleeping beauty atau tidur cantik. Saking populernya, istilah itu pernah dijadikan judul film di dekade 1950-an.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak yang bilang, tidur cantik hanyalah cerita fiksi dan mitos belaka. Ternyata, tidur cantik itu fakta. Sleep physician dari Snoring and Sleep Disorder Clinic Jakarta, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT menjelaskan, tidur cantik itu benar adanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penelitian dari British Medical Journal, tahunnya saya lupa, membuktikannya dengan cara yang sangat sederhana. Orang yang sama (perempuan) difoto dalam kondisi cukup tidur dan kurang tidur. Lalu kedua foto itu diperlihatkan ke ratusan responden. Para responden diminta memilih mana foto yang wajahnya tampak lebih atraktif," terang Andreas dalam sesi wawancara empat mata dengan tabloidbintang.com di Jakarta Selatan, pekan ini.
Baca juga: Cara Menentukan Pola Tidur Malam yang Tepat
Ilustrasi wanita tertidur. shutterstock.com
Hasilnya, mayoritas responden memilih foto perempuan yang (belakangan diketahui) diambil dalam kondisi cukup tidur. Menurut Andreas, durasi tidur berhubungan erat dengan perkembangan sel-sel inflamasi. Saat Anda kurang tidur, populasi sel inflamasi di tubuh meninggi. Tingginya sel inflamasi membuat kulit tampak kusam dan lebih keriput.
Hal lain yang ingin diluruskan Andreas, dalam kamus medis tidak ada istilah kelebihan tidur. Yang ada, kantuk berlebih. Selama kurang tidur, Anda akan terus mengantuk. Yang diatasi kantuk berlebihnya.
"Nalarnya begini, kalau kelebihan durasi kerja otomatis Anda mengalami kelelahan ekstra dan durasi tidur berkurang. Karenanya, Anda butuh tidur lebih lama lalu bangun dalam kondisi pegal di beberapa bagian tubuh. Itu lumrah karena Anda sedang membayar utang tidur. Jadi asumsi yang menyebut kebanyakan tidur bikin badan sakit itu mitos," ujar Andreas.