Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tidur di kolong ranjang

Porlanidin masuk ke kolong ranjang di rumah dulrajin, menunggu waktu tepat untuk mencuri. duljani dan istri terbangun suara ngorok porlanidin yang ketiduran. penduduk kerjo, sragen, segera membekuknya. (ina)

17 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI kisah seorang pencuri. Lantaran namanya aneh, Porlanidin, aneh pula pengalamannya di dunia permalingan. Dinihari akhir bulan lalu, ia menyelinap ke kamar Dulraji, 75, di Desa Kerjo, Kecamatan Karangmalang, Sragen (Ja-Teng). Dengan gampang ia membobol tanah di bawah pintu dapur pensiunan pabrik gula itu. Operasi itu mulus, sebab ia mengenal medannya. Sebelumnya ia pernah mencuri di sana. Dulraji memang petani kaya. Punya kebanggaan sawah luas dan beberapa ekor kerbau serta sapi simbol kedudukan Dulraji juga seperangkat gamelan dan televisi. Alkisah, rencana Porlanidin bundar sudah. Tiba-tiba Dulraji masuk kamar, bersembahyang tahajud lama, hingga Porlanidin harus menunggu saat baik. Ia menyurukkan tubuhnya ke kolong ranjang. Usai sembahyang malam, Dulraji mau tidur, tapi urung. Ia menunggu kedatangan Duliani, 32, kemanakannya yang akan menginap sepulang dari pesta perkawinan. Rumah si kemanakan di dukuh lain, sementara tempat perhelatan itu jauh, sekitar 1 1/2 kilometer. Sepi, lagi. Maka, Dulraji duduk-duduklah di kamar depan. Beberapa menit kemudian, Duljani suami-istri tiba. Karena hampir dinihari, mereka langsung naik ranjang di kamar pamannya, di belakang. Cuaca di desa yang nyaman membawa pasangan itu berasyik masyuk. Mendadak adegan itu terhenti. "Lho, saya kok mendengar orang ngorok," bisik istri Duljani gemetaran, tanpa nada mesra. Sambil melepas rangkulan suaminya, perempuan itu pasang kuping. Hiii, ada orang mendengkur di kolong ranjang. Mengenakan pakaian seadanya, mereka bersijingkat ke kamar depan memberi info kepada pamannya. Dengan tenang si paman masuk ke kamar belakang. "Barangkali ada setan," gumamnya. Dengkur itu memang bersumber dari kolong. Ketika Dulraji menyenter, yang tampak bukan setan tapi seorang lelaki berpakaian lusuh, terlelap melipat tubuh. Tanpa ayal, Dulraji dan Duljani minta bantuan tetangga. Mereka berdatangan membawa sabit, linggis, atau senjata lain seadanya. Para pemuda menggebu mengepung rumah itu. Sunarto, ketua keamanan desa, kontan menyerbu kamar ngorok itu dibuntuti anak buahnya. Kontan ia menghardik dan menyeret lelaki itu, yang tiada lain si Porlanidin, dari persembunyiannya. Tak banyak cingcong, ia mengakui niat yang terselip di benak. Tak sempat mengintip orang bersebadan, ia diarak ke pos polisi. Tubuhnya yang gempal cuma 155 cm kulit si Porlan hitam legam. Ia baru 31 tahun, anaknya dua. Malam hari tampak angker tapi begitu kepergok, maling bernama ajaib itu lemas, ibarat wayang kulit minus gapit. Kenapa tertidur, Porlan? "Saya biasa bergadang. Tapi tadi sore kebanyakan minum, hingga teler," katanya. Ini peringatan buat para maling. Atau buat pemabuk agar mengurungkan niat membobol rumah orang bila mulutnya lagi berbusa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus