Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dendam tak sudah

Pemain : kate nelligan, john malkovich cerita: nicholas gage sutradara : peter yates resensi oleh : isma sawitri. (fl)

17 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ELENI Pemain: Kate Nelligan, John Malkovich Cerita: Nicholas Gage Sutradara: Peter Yates KASIH ibu adalah tema yang abadi. Tema itu bisa dramatik, tragik, ataupun heroik, seperti dalam "Eleni". Kisah nyata yang diangkat oleh sutradara Inggris Peter Yates ke atas pita seluloid ini memang menampilkan Eleni Gatzoyannis sebagai pahlawan. Dia adalah pahlawan untuk kelima anaknya. Mereka tumbuh dan berkembang di bawah bayang-bayang sang ibu, seorang wanita desa dengan rambut panjang dijalin dua. Ia tidak tahu-menahu pedagogi atau psikologi, tapi dengan caranya sendiri mengajarkan bagaimana manusia hidup dan bertahan hidup, bagaimana mengatasi rasa lapar, takut, dan putus asa. Bagi sejarah perang saudara Yunani (1940-1949), kepahlawanan Eleni tentu tidak masuk hitungan, tapi bagi anaknya, Nikola, 9, hal itu adalah segala-galanya. Tiga puluh tahun setelah Eleni mati, Nikola sudah menjadi warga AS, bekerja sebagai wartawan harian terkemuka The New York Times dan dikenal kawan-kawannya dengan nama Nicholas Gage -- masih tetap menyimpan dendam lama. Ia ingin membalas kematian ibunya. Dalam laci meja kerjanya tersimpan berbagai dokumen dan sepucuk pistol. Profesinya memberi peluang bagi Nicholas, yang diperankan oleh John Malkovich, untuk mewawancarai berbagai kalangan lalu menghimpunkan informasi sebanyak-banyaknya. Kesempatan untuk menggali masa lampau lebih jauh datang pada suatu hari di tahun 1982, ketika Nicholas bertugas ke Yunani. Ia segera pergi, protes istrinya tidak dia tanggapi. Cerita sebenarnya bermula dari perburuan Nicholas ini. Tapi, sebelum itu, sutradara memerlukan berkisah tentang masa-masa damai ketika gerilyawan komunis Yunani belum, menguasai Lia, desa kelahiran Nicholas. Singkatnya, Yates menggiring penonton ke masa lampau sang wartawan, ketika ibunya, Eleni, masih hidup. Teknik flashback yang digunakannya bagus sekali, cukup pelik tapi kontinuitas cerita terjaga baik. Nicholas kecil dan dewasa ditampilkan silih berganti, berpindah-pindah lancar dari masa kini ke masa lampau, dari setting Yunani ke New York, begitu seterusnya. Tapi tuntutan skenario akhirnya memberi porsi lebih besar bagi tokoh Eleni, yang dalam film ini diperankan baik sekali oleh Kate Nelligan. Siapa Eleni ? Oleh penduduk Lia dan gembong komunis di sana ia dijuluki "Amerikaner", karena suaminya, Christos, adalah satu-satunya warga desa yang beremigrasi ke AS. Eleni dan kelima anaknya direncanakan menyusul ke benua baru itu kelak, bila Christos sudah menyediakan rumah. Tapi Eleni tidak pernah sempat ke sana. Ia direnggutkan dari impian masa depan itu oleh pemberontak komunis yang menyerbu Desa Lia dan bertindak sewenang-wenang. Rumahnya dijadikan markas komunis, bahan pangan miliknya disita. Eleni tidak berdaya, tapi ketika Olga putrinya tertua diharuskan ikut kerja paksa, ia berubah "kejam". Kaki Olga sengaja dibakarnya dengan besi panas, semata-mata agar gadis itu terbebas dari keharusan bekerja untuk komunis. Sejak itu pula watak Eleni membaja: kadang kala cair bila berhadapan dengan anak-anaknya, tapi acap kali bisa dingin membeku jika mesti berhubungan dengan Katis dan Skevis, musuh-musuhnya, yang tak lain adalah gembong-gembong komunis. Pada suatu hari, Katis mengharuskan para ibu menyerahkan anak mereka untuk katanya disekolahkan di Albania dan Cekoslovakia. Tetangga Eleni, Katina, yang terang-terangan menolak perintah Katis, ditembak mati, tapi kenyataan pahit ini tidak mengendurkan niat Eleni untuk mengatur pelarian bagi anak-anaknya. Ia berhasil. Empat dari kelima anaknya selamat mencapai wilayah yang dikuasai tentara kerajaan. Tapi untuk "kecurangan" ini Eleni disiksa dan akhirnya - bersama beberapa "pengkhianat" lain - dihukum mati. Ketika dentuman eksekusi menggelegar di atas bukit itu, orang-orang mendengar ia berteriak lantang, "Anakku, anakku." Pekik inilah yang dituturkan seorang wanita kepada wartawan Nicholas. Wanita ini juga yang membocorkan alamat rumah Katis kepadanya. Bersenjatakan sebuah tape recorder dan sepucuk pistol, ia mengakhiri perburuannya yang panjang itu di rumah Katis. Laras pistol sudah ditekankannya ke pelipis pembunuh ibunya itu, tapi urung diledakkan. Pada menit-menit yang tegang Nicholas sadar bahwa balas dendam tidak menyelesaikan masalah. Ada yang lebih berharga dari itu, yakni kasih sayang, sesuatu yang oleh Eleni dituangkan dalam berbagai manifestasi: kelembutan, ketabahan, penderitaan, dan kerelaan berkorban. Film ini menyajikan kombinasi yang jarang ditemui: kasih ibu, trauma seorang anak, dan kekejaman komunis. Sutradara Peter Yates menyajikannya lewat gambar-gambar yang terkomposisi jitu, layar lebar, dan pencahayaan sempurna. Ia telah melukiskan kisah nyata Eleni - bukunya sudah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa - dengan indah tapi dalam nada rendah. Kita hanya tahu akhirnya, bahwa di sela-sela realitas yang bikin jiwa sesak dan pengap masih ada juga sedikit kelembutan dan segumpal rasa haru. Isma Sawitri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus