Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tiga Penguasa Kabinet

Pekan ini SBY-Kalla mengumumkan para menteri mereka. Seleksi dilakukan tertutup, meski banyak jalan masuk.

18 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mufidah Kalla, istri Wakil Presiden Jusuf Kalla mengeluh. Katanya, bahkan kepada istrinya sendiri, Kalla menerapkan gerakan tutup mulut. Bukan soal perusahaan atau perkembangan anak-cucu, melainkan soal susunan kabinet. Setelah dipastikan menang dalam pemilu 20 oktober lalu, Jusuf memang lebih senang bekerja sendiri di kamar.

Suatu kali Ida?begitu Mufidah biasa dipanggil?coba-coba mengintip Kalla bekerja. "Saya pura-pura membersihkan kamar kerja bapak," kata dia. Tapi, sewaktu dia mendekat ke meja, Kalla menatap sang istri dengan tersenyum. Dua tangannya langsung menutup kertas?mirip ulah murid sekolah yang takut ujiannya dicontek teman. Bagi Ida, senyum itu punya arti jelas. "Saya harus segera menyingkir dari kamar," katanya.

Demikianlah, soal susunan kabinet memang menjadi rahasia yang hanya diketahui tiga pihak: Jusuf Kalla, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Tuhan Pe-nguasa Alam.

Akibatnya jelas, dua pekan terakhir, orang-orang yang merasa bakal dibidik jadi menteri tak enak makan. Pelbagai isu berseliweran, pesan pendek (SMS) kelas kacangan pun bisa bikin kandidat mengembang hidungnya.

Untunglah, "demam menteri" sedikit teredam, Jumat pekan lalu. Sesuai dengan janji Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan melakukan uji kelayakan terhadap calon menterinya, selepas salat Jumat sudah tampak siapa yang dibidik untuk membantunya di kabinet.

Seorang di antaranya adalah Meutia Hatta, guru besar antropologi UI, putri mendiang Bung Hatta. Siang itu ia datang ke kediaman SBY di Cikeas, Bogor, dengan setumpuk berkas.

Di rumah presiden, Meutia disambut pembantu Yudhoyono. Terkunci dalam rumah besar itu selama satu jam, Meutia keluar dengan senyum di bibir. Lulus? "Tak bisa dibilang begitu," ujar pejabat di Kementerian Pariwisata itu. Katanya, perbincangan dengan SBY seputar masalah perempuan dan isu-isu sosial.

"Soal wanita ada, kebudayaan juga. Pokoknya, masyarakatlah," ujarnya. Memang, belum jelas apakah pertanyaan itu menyiratkan Meutia lulus sebagai Menteri Sosial atau Menteri Kebudayaan atau bisa juga Menteri Urusan Perempuan. Dia mengelak dengan diplomatis, "Nanti biar beliau yang mengumumkannya sendiri," ujar istri tokoh koperasi Sri-Edi Swasono itu.

Setelah Meutia, berturut-turut datang kandidat lain. Siang itu, Rektor Institut Teknologi Bandung Dr. Kusmayanto Kadiman dan mantan Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil tiba di Cikeas. Kusmayanto datang lebih dulu, kemudian disusul Sofyan. Di luar itu, hingga Jumat malam, datang pula bekas Ketua KNPI Adhyaksa Dault dan bekas Panglima TNI Widodo A.S.

Proses seleksi akan terus berlangsung sampai 19 Oktober. Pembacaan susunan kabinet, kata SBY, dilakukan pada 20 Oktober sore. Jadi, mereka yang sudah lolos dalam daftar kabinet segera dilantik dan bekerja sebagai menteri.

Seperti halnya Meutia, Kusmayanto bertemu dengan SBY selama satu jam. Yang dibincangkan seputar soal pendidikan nasional. Yudhoyono, katanya, melihat perkembangan dunia pendidikan nasional belum maksimal. Ada keinginan mendongkrak pendidikan nasional baik tingkat domestik dan regional. Selain soal pendidikan, Kusmayanto diminta menguraikan perkembangan riset dan teknologi di Indonesia. Untunglah, lelaki itu lancar menjelaskan urusan ruwet tersebut. Dia memang punya latar belakang pendidikan teknologi informasi. Kursi menteri apa yang disodorkan baginya? "Kalau tidak salah tangkap, Menteri Pendidikan atau riset dan teknologi," ujar sang rektor mantap.

Setelah Kusmayanto yang menenteng map biru itu berlalu, muncullah Sofyan Djalil. Dia pernah menjadi pejabat di Kementerian BUMN pada masa Presiden Abdurrahman Wahid. Tapi, Sofyan lebih suka bungkam. Dia enggan menjelaskan pos menteri apa yang disediakan baginya. "Saya belum dapat memberi keterangan," katanya. Kabar santer terdengar hari itu bahwa Sofyan adalah calon Menteri BUMN yang diusulkan Jusuf Kalla namun ada juga yang menyebutkan Sofyan Djalil bakal jadi Menteri Negara Komunikasi dan Informasi.

SBY sendiri baru membuka struktur kabinetnya kepada publik, Kamis lalu. Menurut dia, kabinet nanti tak banyak perubahan dari masa pemerintahan Megawati. SBY tetap mempertahankan tiga menteri koordinator. Bedanya, ada sedikit modifikasi untuk menajamkan fungsi. Tiga bidang itu, misalnya, politik, hukum, dan keamanan. Juga, bidang kesejahteraan rakyat dan perekonomian.

Sejumlah pos baru juga akan muncul, misalnya pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pos lainnya adalah Menteri Perumahan Rakyat serta Menteri Seni Budaya dan Olahraga. Ihwal Menteri Perumahan Rakyat, kata Yudhoyono, dihidupkan kembali demi keadilan. Jangan sampai pembangunan berat sebelah, melulu pertumbuhan real estate dan mal-mal. "Perlu dipikirkan rumah bagi rakyat kelas menengah ke bawah", ujarnya.

Yang menarik soal Departemen Pertahanan. Menurut SBY, dia sedang melirik seorang calon Menteri Pertahanan yang paham masalah pertahanan, hubungan internasional, lingkungan strategis, sekaligus mengerti posisi TNI yang harus sesuai dengan demokrasi dan hak asasi manusia. Soal orang, SBY tak mau membedakan latar belakang sipil dengan bekas militer. Tapi, dalam kabinetnya mendatang, Yudhoyono memastikan memilih sipil untuk jabatan itu. "Agar reformasi internal TNI tetap berjalan," ujarnya. Kandidat yang ramai dibicarakan adalah DR. Juwono Sudarsono yang kini menjadi Duta Besar di London. Sedangkan untuk posisi Menteri Luar Negeri tampaknya akan tetap dijabat Hassan Wirajuda yang sudah dipanggil SBY, Sabtu lalu.

SBY memang lebih suka memilih mereka berusia sedang. "Tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua," katanya. Dia juga memperhatikan usulan partai politik, terutama yang pernah berjuang bersama. Yudhoyono pun tak menutup peluang bernegosiasi. Yang penting, kriteria yang ada bisa dipenuhi secara rasional. Selain usia, ada juga faktor integritas kepribadian, kemampuan, dan dukungan publik. "Bagian terbesar dari kabinet saya adalah unsur nonpartai," ujarnya.

Lalu, apakah kabinet mencerminkan titipan kekuatan politik tertentu? SBY menegaskan, ujung dari seluruh mekanisme seleksi itu tetap berada di tangannya. Dia juga menolak tudingan banyak-nya kekuatan mendikte dirinya, misalnya dari tokoh atau partai politik dan kalangan lain. Dia mengakui ada yang memberi rekomendasi, baik diminta ataupun tidak. "Itu sah-sah saja. Keputusan terakhir tetap di tangan saya," ujarnya.

Memang, soal nama menteri itu sangat dijaga rapat. Ekonom Chatib Basrie, yang kini menjadi orang di lingkaran dekat SBY, juga tak bisa menyebut siapa yang bakal duduk di kabinet. "Wah, kita jarang menyebut nama. Semua di tangan SBY," ujarnya. Namun yang jelas sudah dipanggil adalah Aburizal Bakrie yang diduga menjadi calon Menteri Koordinator Ekonomi, Rahmat Gobel sebagai kandidat Menteri Perindustrian dan Marie Pangestu yang diperkirakan bakal jadi Menteri Perdagangan. Perbincangan Tim Khusus SBY lebih condong ke format kabinet serta program mendesak masa awal pemerintahan nanti. Juga, soal pembentukan staf khusus presiden (lihat Sisi Barat di Istana Negara).

Menurut juru bicara SBY, Andi Mallarangeng, semua kandidat akan dipanggil secara terbuka ke Cikeas. Mereka akan bertemu langsung dengan SBY. Pertanyaannya, kata Andi, seputar visi dan program kandidat selama lima tahun ke depan. Lalu, SBY menjelaskan apa kira-kira visinya ke depan. "Jadi, cocok atau tidak," ujarnya.

Kalau terjadi kecocokan, sebelum dilantik, maka menteri itu akan melakukan semacam kontrak dengan SBY. Kontrak itu akan tertuang di atas kertas dan diteken kedua pihak alias hitam atas putih. Bagaimana bunyinya, Andi tak tahu pasti. "Itu antara SBY dan calon menteri," ujarnya.

Yang jelas, setiap calon tahu bakal diundang ke Cikeas. Sebelumnya, mereka sudah menerima undangan lengkap dengan nominasi jabatan menteri. Menurut sumber Tempo di lingkaran SBY-Kalla, undangan itu dikirim lewat faksimile. Cuma, soal nama masih sangat rahasia. Tak seorang pun tahu pasti siapa yang masuk daftar kecuali si penerima surat. Yang jelas, sejumlah nama terus bermunculan, termasuk usulan dari wakil presiden terpilih Jusuf Kalla. Misalnya, kata sumber itu, Jusuf mengusulkan nama Rahmat Gobel sebagai Menteri Perindustrian, sementara Sofyan Djalil untuk posisi Menteri Perdagangan.

Saling menyodorkan kandidat menteri pun makin ramai. Misalkan untuk pos menteri energi dan sumber daya mineral, masih menurut sumber itu, kubu Partai Amanat Nasional menjagokan Hatta Radjasa. Namun, ia sulit bersaing dengan Menteri Energi saat ini, Purnomo Yusgiantoro yang sudah dikontak SBY. Bahkan Partai Keadilan Sejahtera pun pun telah mengajukan tiga nama untuk calon menteri. Ketiganya adalah Fuad Bawazir, Suripto, dan Irwan Prayitno. Tapi, penjabat Presiden PKS Tifatul Sembiring menolak berkomentar soal usulan itu. Dia hanya menegaskan partainya mengajukan calon lebih banyak dari permintaan. "Agar Yudhoyono memiliki alternatif," ujar Tifatul seperti dikutip Koran Tempo.

Memang, tak semua yang dipanggil akan terpilih. Sangat tergantung pada penilaian SBY sendiri, apakah dia cocok atau tidak. Kriteria yang dibuat sudah cukup jelas. Kata Andi, ada soal integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas. Lalu, juga SBY akan memperhatikan kemajemukan, keseimbangan partai nonpartai, kemudian unsur-unsur lain, semisal gender. Semua calon menteri juga diminta membuat rencana kerja seratus hari pemerintahan. Rencana kerja itu harus sudah sampai ke meja SBY sehari sebelum pengumunan kabinet.

Mungkin karena terlalu ruwet, Yusril Ihza Mahendra menolak direkrut jika harus melalui tes semacam itu. Tak ada alasan spesifik yang disampaikan bekas Menteri Kehakiman itu. "Hanya masalah pribadi saja," ujarnya. Dia juga menolak dikompetisikan dengan calon lain untuk satu jabatan. Menurut sumber di lingkaran SBY, Yusril sebetulnya akan dipromosikan sebagai menteri koordinator. Ketua Partai Bulan Bintang itu memang pendukung SBY jauh sebelum pemilu.

Tapi semuanya bisa berubah sampai 20 Oktober nanti. SBY sendiri memilih bermunajat untuk menentukan pilihan. "Saya salat istikharah minta petunjuk Allah," ujarnya.

Sebelum faks dari Cikeas berada di tangan kandidat, komposisi masih bisa berubah. Sebelumnya, hanya SBY, Jusuf Kalla, dan Tuhanlah yang tahu.

Nezar Patria, Indra Darmawan, Maria Ulfa, Sita Planasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus