Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hampir Sama seperti Lion Air

Tim penyelam TNI Angkatan Laut mendapati serpihan pesawat Sriwijaya SJ-182 di kedalaman 16 meter.

11 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah prajurit Kopaska TNI AL melakukan persiapan pencarian dari KRI Gilimanuk-53 di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, 10 Januari 2021. PTEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pencarian Sriwijaya SJ 182 melibatkan 2.123 personel dan seratus kapal sejak Sabtu lalu.

  • Tim penyelam TNI AL tak mendapati jasad korban yang utuh.

  • Pencarian hari ini difokuskan pada pengangkatan dua kotak hitam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Sejumlah personel TNI Angkatan Laut sibuk menenteng berbagai perlengkapan ke KRI Teluk Gilimanuk 531 yang bersandar di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin pagi. Ini merupakan keberangkatan kedua kapal perang bernomor lambung 531 tersebut. Sebelumnya, kapal pendarat berbobot 1.900 ton itu berangkat pada Sabtu petang lalu, sekitar pukul 22.30 WIB. Tujuannya sama, mencari pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, pada Sabtu siang lalu.

Pagi itu, Teluk Gilimanuk mengangkut personel pasukan elite Datasemen Jalamangkara, Batalion Intai Amfibi, serta Komando Pasukan Katak (Kopaska). Dua perahu karet dan peralatan skuba disiapkan di sisi kapal. Komandan Tim Search and Rescue Batalion Intai Amfibi 1 Letnan Satu Marinir Sofi Rahmadani mengatakan ada sebelas kapal lain yang dikerahkan TNI AL di Kepulauan Seribu untuk tujuan yang sama.



Mayor Laut Edi Tirtayasa, seorang penyelam dari Kopaska, mengatakan PK-CLC hancur lebur di sekitar kedalaman 16 meter. “Puing-puingnya kecil-kecil. Hampir sama kejadiannya seperti Lion Air,” kata Edi, kemarin. Dia mengacu pada musibah Lion Air JT 619 yang jatuh di perairan Karawang pada 28 Oktober 2018 dan menewaskan 186 penumpang serta awak. 

Edi menduga badan pesawat itu hancur lantaran jatuh dalam kecepatan tinggi serta kondisi laut yang dangkal. Sepanjang pencarian kemarin, dia juga tidak mendapati jasad yang utuh.

Pencarian Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, kemarin. TEMPO/Muhammad Hidayat

Hingga Ahad malam, tim pencarian mengumpulkan sepuluh kantong berisi serpihan pesawat dan sepuluh lainnya berisi bagian tubuh korban. "Serta lima potong pakaian," kata Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Bagus Puruhito, di Pelabuhan JICT, kemarin. Ada juga 16 potongan besar dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak itu. 

Kantong berisi potongan jenazah tersebut dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi petugas. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri membuka tiga pos antemortem guna mengidentifikasi data korban, yakni di Tanjung Priok, Bandara Supadio Pontianak, dan RS Polri Kramat Jati. 

Komandan Tim DVI RS Polri Komisaris Besar Heri Wijatmoko mengatakan proses identifikasi pasca-kematian itu membutuhkan sampel data primer, seperti sidik jari, DNA, dan data pemeriksaan gigi. "Apabila salah satu, kedua, atau ketiganya match (cocok), berarti jenazah akan teridentifikasi," katanya. Data kedua adalah data sekunder yang meliputi data medis dan properti korban, seperti dompet dan pakaian. 

Heri meminta keluarga korban segera melapor ke pos antemortem tersebut. Hingga kemarin malam, tim DVI RS Polri telah menerima laporan dari 12 keluarga korban serta satu kantong jenazah yang berisi bagian tubuh korban. Keluarga yang tinggal di luar Jakarta dan Pontianak bisa melapor ke kantor kepolisian setempat. "Nanti akan dibantu petugas bidang kedokteran dan kesehatan di sana," ujar dia. 

JICT

Penyelam pun telah mendapati lokasi dua kotak hitam. Sinyal darurat dari cockpit voice record (CVR) dan flight data recorder (FDR) tersebut diperkirakan hanya berjarak 200 meter. CVR merupakan perangkat yang merekam komunikasi antara pilot, kopilot, menara pengawas, dan percakapan lain di kokpit. Sedangkan FDR merekam data kecepatan, arah, dan ketinggian pesawat. Hari ini, petugas berfokus mengangkat kedua kotak hitam tersebut. 

Koordinator Misi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Rasman, mengatakan pencarian bangkai pesawat Sriwijaya Air SJ-182 akan dilakukan selama 24 jam. Semua personel masih bersiaga di tengah laut hingga tadi malam, termasuk kapal yang memiliki kemampuan sonar untuk mendeteksi obyek di bawah laut. "Tapi petugas di lapangan juga akan menyesuaikan pencarian dengan kondisi alam," ujar Rasman. Pencarian ini melibatkan 2.123 personel dan seratus kapal. 

ADAM PRIREZA (KEPULAUAN SERIBU) | ANDITA RAHMA | EGI ADYATAMA | YUSUF MANURUNG | INGE KLARA

 

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus