Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Peluit Nestapa dari Kudus

Wabah Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menggila. Fasilitas kesehatan di kabupaten ini "ambruk", sehingga Pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat menggelontorkan pelbagai bantuan.

14 Juni 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien COVID-19 naik ke bus sekolah saat akan dipindahkan dari Kudus ke tempat karantina terpusat di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, 7 Juni 2021. ANTARA/Yusuf Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjadi salah satu zona merah Covid-19 yang menjadi sorotan.

  • Fasilitas kesehatan di kabupaten ini kolaps, sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat harus turun tangan.

  • Dalam sehari, pernah terjadi 17 orang meninggal akibat Covid-19 di kabupaten ini.

JAKARTA — Suara sirene ambulans memecah keheningan Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada Kamis lalu. Iring-iringan kendaraan militer Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dan Brigade Mobil Kepolisian RI mengekor di belakangnya. Ambulans itu berhenti di depan rumah penduduk yang dikabarkan positif terjangkit Covid-19. Dua petugas medis yang mengenakan alat pelindung diri kemudian menjemput tiga warga Desa Kesambi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Desa Kesambi, Mokhamad Masri, mengatakan tiga warganya harus diisolasi lantaran terbukti positif Covid-19. Sejumlah pasien tersebut hanya sebagian kecil dari 49 orang di wilayah itu yang terinfeksi virus sejak 20 Mei lalu. Menurut dia, jumlah kasus Covid-19 di desanya melonjak drastis sejak sepekan setelah Lebaran. "Hari ini ada tiga warga Kesambi yang dibawa ke tempat isolasi terpusat," kata Masri, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masri waswas lantaran delapan warga dari puluhan orang yang terinfeksi Covid-19 telah meninggal. Dia menyebutkan jumlah kasus penularan meledak di wilayahnya lantaran kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan menurun drastis. Hal ini terjadi bersamaan dengan tradisi kunjungan dan silaturahmi bagi warga yang merayakan Idul Fitri pada pertengahan Mei lalu. "Saya melihat banyak warga dari luar desa berkunjung ke sini dan sebaliknya,” kata dia.

Kudus menjadi zona merah sejak pertengahan Mei lalu. Hingga kemarin, jumlah kasus penularan Covid-19 di Kudus mencapai 10.525 kasus. Dari jumlah tersebut, terdapat 2.342 pasien yang dirawat atau paling banyak dibanding wilayah lain di Jawa Tengah. Jumlah meninggal akibat Covid-19 di daerah ini sebanyak 861 orang.

Lonjakan jumlah kasus di Kudus terasa sejak 18 Mei lalu, yang pada satu hari ada empat orang meninggal akibat Covid-19. Delapan hari kemudian, nestapa kematian ini mencapai puncaknya. Pada hari itu, 17 orang meninggal akibat corona.

Pasien orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 berjemur di halaman Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, 9 Juni 2021. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho

Sejak 28 Mei lalu, kapasitas fasilitas kesehatan di Kudus tak mampu lagi menampung pasien Covid-19. Sehingga sebagian pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang. Jumlahnya pun mencapai puluhan orang. Sedangkan pasien yang tidak bergejala atau bergejala ringan, sebanyak 69 orang, sempat dirawat di Asrama Haji Donohudan di Boyolali.

Lonjakan jumlah kasus penularan ini linier dengan temuan tingginya pelanggaran protokol kesehatan di kabupaten itu yang mencapai 10.709 kali. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih banyak ketimbang pelanggaran di Kota Semarang yang hanya 4.471 kasus. Padahal jumlah penduduk Kota Semarang jauh lebih banyak, yakni 1,65 juta jiwa, dibandingkan dengan Kabupaten Kudus yang hanya 871.300 jiwa.

Kepala Desa Kesambi Mokhamad Masri menambahkan, pagebluk mulanya ditandai dengan banyak warganya yang terserang batuk, flu, dan demam massal. Ketika itu, masyarakat menganggap hanya penyakitan influenza musiman biasa. Menurut dia, banyak yang tidak percaya bahwa mereka terinfeksi Covid-19. Mereka pun tetap menggelar hajatan yang memicu kerumunan.

Tak berselang lama, jumlah kasus Covid-19 di wilayah itu pun meledak. Masri belakangan memberlakukan larangan hajatan di desanya sejak 6 Juni lalu. Dia juga menutup akses jalan yang menghubungkan dengan dua desa tetangga. Pemerintah Kabupaten Kudus juga membantu desa memberlakukan operasi yustisi penegakan protokol kesehatan.

Kasus Covid-19 semakin luas di seantero Kabupaten Kudus. Pasukan TNI-Polri dikerahkan untuk menjaga setiap sudut wilayah itu. Pemerintah Kabupaten Kudus juga mendirikan posko gabungan untuk menggelar razia protokol kesehatan.

Pada saat yang sama, mobil pengantar pasien Covid-19 semakin banyak antre di depan pintu unit gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Loekmono Hadi, Kabupaten Kudus. Jumlah pasien Covid-19 di kabupaten ini membeludak.

Direktur Utama RSUD dr Loekmono Hadi, Abdul Azis Achyar, mengungkapkan bahwa okupansi ruang isolasi di rumah sakitnya penuh. Dari 200 kamar isolasi, 190 di antaranya sudah terisi. Artinya tingkat bed occupancy rate (BOR) di RSUD dr Loekmono Hadi mencapai 95 persen. "UGD ada antrean menunggu di (ruang) isolasi ada yang sembuh," kata dia.

Pasien berbaring di kursi menunggu masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, 2 Juni 2021. ANTARA/Yusuf Nugroho

Meningkatnya jumlah kasus juga menyeret tenaga kesehatan yang turut terinfeksi virus. Terdapat 129 tenaga medis di rumah sakit itu yang tertular Covid-19. Mereka tertular ketika menjalankan tugas dan ketika di rumah.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi masuknya varian baru Covid-19 bernama B.1.6172. Hal itu diketahui berdasarkan uji genome sequencing pada sampel yang diambil dari pasien Covid-19 di Kudus. Dia meminta masyarakat semakin waspada dan mematuhi protokol kesehatan. "Ingat, varian baru sudah masuk di Kudus. Catat itu, sudah masuk di Kudus," kata Ganjar, kemarin.

Ia menduga temuan varian baru Covid-19 di Kudus inilah yang menjadi faktor peningkatan jumlah kasus dalam beberapa pekan terakhir di Jawa Tengah. Ganjar mengatakan akan melakukan uji genome sequencing di daerah selain Kudus. Pasalnya, kata dia, tiga pekan lalu, zona merah di Jawa Tengah hanya Kudus. Belakangan, peningkatan kasus juga terjadi di kabupaten sebelahnya, di antaranya Demak, Pati, dan Grobogan.

Ganjar juga berjanji bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat akan membantu penanganan Covid-19 di Kudus. "Saya juga berkomunikasi dengan pemerintah daerah di sekitar Kudus," tutur Ganjar. Ia juga telah mendapat bantuan personel tambahan dari TNI dan Polri.

Dalam penanganan warga positif di Kudus, Ganjar meminta pengoptimalan isolasi terpusat, baik di tingkat desa maupun di tingkat kabupaten. Sehingga pergerakan dan kesehatan orang tanpa gejala tersebut selalu terpantau.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan salah satu penyebab ledakan kasus Covid-19 di Kudus adalah keberadaan varian Covid-19 baru di sana. Nadia memberi konfirmasi bahwa varian Covid-19 yang ada di Kudus berasal dari India, yakni B.1.6172. "Kalau pada satu daerah ada pola penyebaran yang sangat cepat seperti di Kudus, itu virus yang beredar banyak yang merupakan varian baru," kata Nadia, kemarin.

Ia mengatakan varian baru Covid-19 memang bukan penyebab utama lonjakan jumlah kasus secara nasional. Meski begitu, varian Covid-19 asal India ini jelas merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan kasus. Lonjakan jumlah kasus Covid-19 terjadi setelah libur Lebaran 2021 sejak pertengahan Mei lalu. Dua pekan setelahnya, penambahan kasus Covid-19 perlahan kembali merangkak hingga belakangan tembus ke angka 8.000 per hari.

Kudus menjadi salah satu daerah yang tingkat penularannya sangat tinggi secara nasional. Daerah lainnya yang juga menjadi perhatian adalah Bangkalan. Meski begitu, Nadia belum dapat memastikan apakah benar varian baru Covid-19 juga menjadi penyebab utama ledakan jumlah kasus di Bangkalan. "Saat ini kami sedang tunggu," kata Nadia.

JAMAL A. NASHR | EGI ADYATAMA | AVIT HIDAYAT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Sunudyantoro

Sunudyantoro

Wartawan Tempo tinggal di Trenggalek

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus