Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bekasi -Nur Wahid, tukang bikin kudapan cakwe di Kota Bekasi, Jawa Barat gagal melenggang ke DPRD Bekasi karena perolehan suaranya tidak mencukupi.
Meski demikian, Nur Wahid mengaku legowo tak menjadi wakil rakyat periode 2019-2024. "Yang jelas kalah, saya legowo dan memang harus legowo," kata Nur Wahid di Bekasi, Selasa, 14 Mei 2019.
Baca : DPRD Bekasi Segera Panggil Pemerintah Soal Sampah TPA Burangkeng
Meski menjadi pendatang baru dengan nomor urut sembilan, Nur Wahid cukup diperhitungkan di daerah pemilihan III mencakup Kecamatan Rawalumbu, Mustikajaya, dan Bantargebang. Ia berhasil mengumpulkan suara sebanyak 1020, paling banyak nomor lima dari sembilan caleg Partai Gerindra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perolehan suara tertinggi satu partai yaitu ketua Partai Gerindra Kota Bekasi Ibnu Hajar Tandjung dengan suara sebanyak 5754. Sedangkan, secara keseluruhan dari dapil III ada jatah 10 kursi untuk DPRD Kota Bekasi. Diantaranya didapatkan PKS dan PDI Perjuangan dan Partai Golkar masng-masing 2 kursi, kemudian disusul PAN, PPP, dan Demokrat masing-masing satu kursi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Namanya berpolitik, berdemokrasi, pilihan rakyat, amanah rakyat. Sebagai warga negara kita harus tetap berjuang," kata Nur Wahid.
Nur Wahid menanggapi santai tak tercapainya target meraup 6000 suara di dapil III, meski telah menghabiskan uang hingga Rp 200 juta untuk sosialisasi.
Simak juga :
Kisah Nur Wahid, Pedagang Cakwe di Bekasi yang Maju Jadi Caleg
Selain harus bersaing dengan Ketua Partai Gerindra Kota Bekasi Ibnu Hajar Tanjung di dapil yang sama, Nur Wahid mengaku adalah caleg "buangan" dari Bekasi Utara, tempat tinggal aslinya.
"Orang (di dapil III) enggak kenal saya, orang pasti pilih yang lebih mereka kenal," ucap Nur Wahid terkait kegagalannya melenggang ke DPRD Bekasi.