ADA dua cerita yang baik untuk diperbandingkan. Cerita 1:
Awal bulan ini PM Israel Yitshak Rabin berkunjung ke AS.
Bertepatan dengan itu, harian Sun-Times (Chicago) membuat
ringkasan sebuah buku yang bakal terbit. Isi buku itu bisa
merepotkan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger. Ditulis oleh
Matti Golan, wartawan Israel bidang diplomatik dari harian
Ha'aretz buku itu di antaranya mengutip omong-omong Kissinger
dengan para wartawan. Banyak ucapannya yang "kurang sedap''
tentang beberapa pemimpin Israel. Termasuk tentang PM Rabin.
Buku itu mengutip Kissinger mengatakan bahwa Rabin "terlalu
kecil untuk jabatannya". Dengan kata lain: kurang berbobot jadi
Perdana Menteri Israel.
Apa yang terjadi, waktu Rabin hari itu ketemu Kissinger sendiri?
Bertanyakah ia tentang omongan yang dikutip itu? Mungkin tidak.
Yang jelas, Rabin (atau pembantunya) tak memberikan keterangan
pers bahwa soal itu dibicarakan. Tamu Israel itu agaknya
menyadari, demi hubungan baik dengan AS, tak perlu hal semacam
itu direcokkan. Tak perlu Kissinger dipojokkan, hingga terpaksa
membantah, misalnya: "Tuan kan cukup kenal saya, mana mungkin
saya bilang begitu". Umpamanya pun Kissinger ada membantah,
Rabin (atau pembantunya) tak merasa perlu mengumumkan itu ke
pers: "Lihat, Kissinger membantah ucapan yang dikutip wartawan
Ha'aretz". Sebab bila demikian, mungkin sekali sang wartawan
membalas membuktikan bahwa apa yang dikutipnya benar. Dan
Kissinger pun bakal tambah repot perasaan, dan sibuk
membantah-bantah .....
Untung, hal itu tak terjadi. Rupanya Israel tak mau dapat
"kemenangan" dengan cara merikuhkan Kissinger.
Cerita II: Awal bulan ini juga, TEMPO (7 Pebruari) memuat
wawancara dengan Menteri Luar Negeri Adam Malik. Di situ antara
lain ada kalimat: "Lee Kwan Yew itu 'pedagang' ". Kata
pedagang (dalam tanda kutip) itu oleh kantor berita AP, yang
mengutip isi TEMPO tersebut, diterjemahkan jadi salesman.
Jika dilihat keseluruhan ucapan Adam Malik, sebetulnya tak ada
yang bisa dinilai sebagai ejekan terhadap pribadi PM Singapura
Lee Kwan Yew. Tapi entah untuk apa, ucapan itu nampaknya
dipersoalkan benar. Harian Singapura The Straits Times (12
Pebruari) mengutip penjelasan Lee Khoon Choy, Menteri Negara
urusan Luar Negeri Singapura. Di situ pejabat ini menunjukkan,
bahwa Adam Malik kepadanya membantah kutipan TEMPO atas
ucapannya yang menyebut PM Lee "salesman"
TEMPO tak ingin ikut-ikut membikin repot perasaan Adam Malik.
Juga tak ingin ikut-ikut -- dengan cara licin menjatuhkan
kredibilitas Menteri Luar Negeri Indonesia dalam
ucapan-ucapannya kepada pers. Apalagi buat kemenangan diplomatik
sebuah negeri asing dan mungkin juga kepentingan politik
tertentu. Yang ingin kami jelaskan (sesuai dengan rekaman yang
tidak dimaksukkan sebagai ucapan off-the-record) ialah: Adam
Malik memang kepada kami tidak mengatakan Lee Kwan Yew sebagai
salesman. Sebutan "pedagang " yang dikaitkan dengan Singapura,
sebagaimana sebutan "petani" bila dikaitkan dengan Indonesia,
sama sekali tak punya kandungan arti yang buruk. Sebutan itu
hanya menjelaskan posisi perekonomian masing-masing .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini