Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tumbuh Bersama Sang Patron

Didirikan untuk kendaraan Yudhoyono, kekuatan Demokrat tergantung sang patron. Ditinggalkan sebagian perintisnya.

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai Ketua Partai Demokrat Grogol Utara, Rio Gunawan diwajibkan memasok 500 orang buat kampanye di Gelora Bung Karno, Senayan, Jumat dua pekan lalu. Empat belas bus disediakan dari kantor pusat untuk mengangkut rombongan. ”Saya ajak delapan keluarga saya,” kata pria 29 tahun itu.

Para pengurus wilayah lain di Jakarta mendapat kewajiban yang sama. Ada yang mengerahkan kelompok pengajian, di antaranya Majelis Taklim Al-Ikhsan, Cawang, Jakarta Timur. ”Saya sudah siap di stadion sejak pukul 10.00,” ujar Sri Hidayati, anggota kelompok itu. Kampanye baru dimulai pukul 14.00.

Ibu Kota biasanya dijadikan barometer keberhasilan partai menggaet massa ketika kampanye. Lima tahun lalu, ratusan ribu orang simpatisan Demokrat memenuhi stadion itu. Demi mengejar angka itu, hajatan yang menghadirkan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono ini dimeriahkan sejumlah artis.

Rombongan Yudhoyono memakai Hotel Sultan, sekitar 1 kilometer dari stadion, untuk base camp. Tiba di hotel sebelum tengah hari, Yudhoyono dan Ani Herawati, istrinya, bertolak menuju lokasi kampanye sekitar pukul tiga sore. Alih-alih melihat gempita massa serupa lima tahun lalu, ia mendapati situasi sebaliknya: stadion berkapasitas 120 ribu orang itu terisi hanya separuhnya.

Massa yang datang hari itu jauh dari harapan aktivis Demokrat. ”Kami sebenarnya berharap seratusan ribu orang datang,” kata Anas Urbaningrum, ketua partai. ”Tapi ini juga cukup bagus.”

Menempati urutan kelima perolehan suara pada Pemilihan Umum 2004, Partai Demokrat kini lebih percaya diri. Sejumlah lembaga survei memperkirakan partai ini akan menjadi pemenang. Mereka pun punya sumber daya melimpah. Dilihat dari pemasangan iklan di media massa, bisa dipastikan partai ini menggelontorkan dana paling besar dibanding partai lain.

Segera setelah hajatan di Senayan, sejumlah kelompok pendukung Yudhoyono kabarnya langsung menggelar rapat darurat. Penyebabnya, Yudhoyono kesal kampanye di Ibu Kota gagal mendatangkan massa melimpah. Ia bahkan hanya berorasi sekali, dari tiga kali yang dijadwalkan.

Yudhoyono memiliki tim lain untuk menggalang massa—selain Demokrat. Di antaranya Tim Sekoci, Tim Echo, Tim Delta, juga Tim Romeo. Setelah menggelar rapat, menurut sumber Tempo, satu di antara tim itu menyimpulkan mesin partai kurang berjalan. ”Partai terlalu percaya diri dan hanya mengandalkan ’serangan udara’,” kata seorang tokoh tim itu. Serangan udara merupakan sandi untuk iklan, yang ditangani FoxIndonesia, lembaga konsultan pimpinan Choel Mallarangeng yang disewa Demokrat.

Yahya Sacawirya, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat, membantah tudingan itu. Menurut dia, struktur kepengurusan partainya terpelihara. Kini, ia mengklaim, Demokrat sudah menjangkau kelurahan di seluruh Indonesia. Ia juga membantah partainya hanya mengandalkan Yudhoyono dalam menjaring suara.

Kenyataannya, Demokrat memang muncul dan tumbuh bersama Yudhoyono. Pada 2001, setelah urung menjadi wakil presiden pada Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat, ia mulai merancang partai ini. Mantan Kepala Staf Sosial Politik Angkatan Bersenjata itu dibantu sejumlah orang, seperti Vence Rumangkang, Heroe Syswanto Ns., dan Adhyaksa Dault.

Partai ini bergerak diam-diam ketika Yudhoyono menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan kabinet Megawati Soekarnoputri. Rapat pembentukannya banyak dilakukan di kantor kementerian itu. Nama Yudhoyono tak tercantum dalam kepengurusan awal, tapi ada Ani Herawati di posisi wakil ketua umum.

Dengan menjual Yudhoyono sebagai calon presiden, partai ini mampu meraih 7,45 persen suara nasional pada Pemilu 2004. Bersama Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, partai ini sukses mengantar sang patron ke kursi presiden.

Setelah Yudhoyono menjadi presiden, popularitas Demokrat tetap bergantung padanya. Setiap kali pemerintah mengambil keputusan tak populer, seperti kenaikan harga bensin, citra Yudhoyono anjlok. Begitu juga partai itu. Sebaliknya, citra Demokrat akan terdongkrak jika pemerintah memutuskan langkah populis.

Kongres I di Bali pada 2005 memilih Hadi Oetomo sebagai ketua umum. Ia adik ipar Ani Yudhoyono. Sejumlah nama baru pun masuk kepengurusan inti, seperti Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng. Pada saat yang sama, Vence Rumangkang hengkang. Pendiri Demokrat ini mendirikan Partai Barisan Nasional. Adapun Heroe Syswanto alias Sys Ns. kini bergabung ke Partai Persatuan Daerah.

Partai Demokrat

Nomor Urut: 31

Berdiri: 9 September 2001

Pendiri: Susilo Bambang Yudhoyono

Tim Awal: Tim Kresna Bambu Apus dan Vence Rumangkang, Yani Wahid, Achmad Kurnia, Adhyaksa Dault, Baharuddin Tonti, Shirato Syafei, total 99 orang.

Ketua Umum: Hadi Oetomo (kanan)

Sekretaris Jenderal: Marzuki Ali

Jumlah caleg: 675

  • Caleg perempuan: 212

    Proyeksi Perolehan Suara

  • Target Partai: 20persen
  • Lembaga Survei Indonesia: 24,3 persen
  • Lembaga Survei Nasional: 21,8 persen
  • LIPI, CSIS, LP3ES, Puskapol UI: 21,5 persen

    Riwayat DPR

  • Jumlah Kursi: 55

    Langkah Kontroversial:

  • Mendukung RUU Antipornografi dengan kader Demokrat, Balkan Kaplale, sebagai ketua panitia khusus rancangan undang-undang itu.
  • Meminta pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (Ahmad Fauzi).
  • Menyetujui pengampunan mantan presiden Soeharto.

    Dugaan Korupsi

    Aziddin, dugaan percaloan jemaah haji

    Jhoni Allen Marbun, disebut-sebut Abdul Hadi Djamal ikut menerima dana stimulus di Departemen Perhubungan

    Sarjan Taher, alih fungsi hutan mangrove Pelabuhan Tanjung Api-api, Banyuasin, Sumatera Selatan (kiri).

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus