Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tempat Kongko Favorit Turis Asing di Bali

Turis-turis asing, termasuk dari Rusia dan Ukraina, punya tempat kongko favorit. Dari restoran, kafe, bar, hingga kelab malam.

23 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA Usha Cafe and Bakery di Jalan Pangosekan, Ubud, Gianyar, Bali, cukup ramai pada Jumat, 7 April lalu. Sejak pukul 10.00 Wita, pengunjung telah berdatangan. Mula-mula sepasang turis asing laki-laki dan perempuan. Keduanya duduk di bagian luar kafe. Sekitar lima menit berselang, pengunjung yang datang mulai bertambah. Rata-rata mereka yang datang adalah turis asing yang hendak menyantap sarapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satunya Elina. Perempuan 28 tahun asal Rusia itu langsung menyantap seporsi vegetarian borscht setelah pesanannya diantar oleh seorang pramusaji. Elina yang bermukim di kawasan Ubud itu kerap mengunjungi Usha Cafe apabila rindu pada hidangan khas Rusia dan Eropa Timur. “Kalau saya ingin makan masakan Rusia atau Eropa Timur, ya di sini,” kata Elina kepada Tempo. “Tapi tidak terlalu sering. Kadang saya juga makan masakan khas Bali.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usha Cafe and Bakery adalah kafe yang menyajikan hidangan khas Rusia dan negara Eropa Timur lain. Kafe ini menjadi salah satu tempat makan favorit turis asal Rusia dan negara Eropa Timur lain yang sedang melancong di Bali seperti Elina. Menurut seorang pramusaji, menu yang banyak dipesan di kafe itu adalah vegetarian borscht dan borscht dengan daging. Menu itu merupakan olahan sup dengan kuah merah yang disajikan dengan dua roti dan mayones serta bumbu cair berwarna hijau. “Menu favorit lain: chicken dumpling,” ujar sang pramusaji. Makanan itu semacam dimsum berisi daging ayam dengan taburan potongan daun rosemary di atasnya.

Hari itu sebagian pengunjung menghabiskan waktu sekitar 30 menit di kafe tersebut untuk makan dan langsung pulang. Sebagian lainnya menghabiskan waktu dengan membaca buku atau memainkan laptop dan telepon seluler masing-masing. Di bagian dalam terdapat area bermain anak yang cukup luas. Beberapa bocah tampak bermain dengan mainan yang ada di sana. Salah satunya kuda-kudaan yang terbuat dari kayu.

Usha Cafe and Bakery berdiri pada 2019. Yang menarik, pendirinya adalah sepasang suami-istri berbeda kewarganegaraan dan kini negara mereka tengah berkonflik. Mereka adalah Maksim Krasyuk asal Rusia dan Yuliya Yushkevich dari Ukraina.

Selain mempunyai kafe di Ubud, Usha Cafe memiliki dua cabang di Uluwatu dan Kerobokan—keduanya di Bali. Seperti halnya di Ubud, suasana kafe yang berlokasi di Jalan Bumbak Dauh Nomor 88, Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, itu juga ramai pengunjung. Mayoritas pengunjung yang datang pada Kamis, 6 April lalu, tersebut adalah turis asal Rusia. Sebagian kecil pelancong dari negeri Eropa Timur lain.

Suasana malam hari di Old Man Bar dan Sand Bar, Canggu, Badung, Bali, 1 April 2023/Tempo/Yosea Arga Pramudita

Malam itu hampir semua meja di kafe tersebut terisi. Beberapa pengunjung hanya makan dan setelahnya pergi. Sebagian lain menghabiskan waktu dengan bercengkerama.

Seorang pramusaji, Komang, mengatakan salah satu hidangan khas Rusia yang paling banyak dipesan di sana adalah chicken cutlet with sauerkraut mashed potato or buckwheat. Menu seharga Rp 70 ribu itu merupakan makanan berisi bubur kentang yang di atasnya terdapat daging ayam cincang yang dibentuk pipih. Di sisi-sisinya ada sayuran seperti wortel dan kol yang dicampur cuka. “Orang Rusia memang suka rasa asam,” kata Komang. 

Tempo juga berkunjung ke sebuah restoran yang menjadi titik temu turis Ukraina di Bali. Namanya ShamanaMama Restaurant and Playground, yang berlokasi di Jalan Bisma Nomor 45, Ubud. “Resto kami adalah pusat komunitas Ukraina di Ubud, sehingga banyak orang Ukraina di sini,” ujar Oleksandra, 32 tahun, pemilik ShamanaMama asal Ukraina. “Kadang ada pula turis asal Eropa Timur lain, termasuk Rusia.”

ShamanaMama yang berdiri sejak 2019 itu adalah restoran spesialis masakan Ukraina. Menurut Oleksandra, salah satu menu yang laris dan tak ada di restoran lain adalah syrnyky. Panekuk khas Ukraina itu terbuat dari tepung, susu, dan keju. Harganya Rp 84 ribu.

•••

SELAIN di kafe dan restoran, turis asal Eropa Timur, terutama Rusia, banyak dijumpai di beberapa bar dan kelab malam di kawasan Canggu, Kuta Utara. Salah satunya di Old Man’s Bar. Saat Tempo bertandang pada Sabtu, 1 April lalu, bar tersebut dipadati pengunjung turis asing. Malam itu kebanyakan turis asing yang datang ke bar tersebut berasal dari Amerika Serikat dan Rusia.

“Mungkin karena banyak orang Rusia yang tinggal di kawasan Canggu,” kata Kadek Dian, pramusaji di Old Man’s Bar, kepada Tempo. “Kebanyakan mereka hanya memesan bir. Berbeda dengan turis Amerika dan Eropa lain, yang biasa buka botol.”

Tak hanya pada malam hari, keramaian juga mewarnai Old Man’s Bar pada sore hari. Menurut Dian, salah satu magnet yang menarik banyak turis asing datang ke bar tersebut pada sore hari adalah program promosi bertajuk happy hour. Promosi itu ditawarkan pada pukul 17.00-18.00 Wita.

Dian menuturkan, apabila membeli satu jenis minuman, pengunjung akan mendapat gratis aneka minuman pilihan lain. Dari koktail, wine, hingga bir. “Lumayan banyak orang Rusia yang datang. Kadang dari siang mereka sudah tanya-tanya, apakah ada happy hour atau tidak,” tutur Dian. “Sekitar jam 3 mereka sudah sampai. Mereka biasanya duduk-duduk tunggu happy hour.”

Lepas tengah malam, setelah lampu padam dan suara musik yang diputar disjoki perlahan mengecil di Old Man’s Bar, turis-turis asing itu banyak yang bergeser ke Sand Bar. Kelab malam yang tak jauh dari Old Man’s itu terletak di pinggir pantai Batu Bolong, Canggu.

Keramaian di Sand Bar mulai terlihat ketika memasuki pukul 01.30 Wita, Ahad, 2 April lalu. Turis asing tumpah ruah. Mereka tampak larut dengan berbagai macam gerakan di arena dansa tepat di depan meja disjoki Sand Bar. Sampai menjelang pagi hari, tepatnya pukul 03.30 Wita, mayoritas pengunjung masih bergoyang dengan berbagai macam lagu yang bergantian diputar.

“Ini lokasi yang menarik. Kami bisa bergoyang sambil menikmati suasana pantai sampai pagi,” ucap seorang turis perempuan sambil menggenggam botol bir yang kedua.

Kelab malam lain di Bali yang juga banyak dipadati turis asing adalah La Favela. Hanya, di kelab malam yang berada di kawasan Seminyak, Kecamatan Kuta, Badung, itu tak ada pengunjung mayoritas asal negara tertentu. Wisatawan asing yang datang ke La Favela beragam, dari Australia, Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, India, hingga Rusia.

“Bali memang selalu ramai sampai menjelang pagi,” ujar Elliene, 29 tahun, menaruh kesan setelah lima hari berada di Pulau Dewata. “Saya suka tempat ini,” katanya kepada Tempo, Rabu, 5 April lalu. Perempuan asal Belanda itu kemudian agak mundur ke belakang, mengambil jeda sambil minum segelas koktail yang sedari tadi dia pegang.

Adapun Martjee, teman Elliene, masih tampak hanyut dalam entakan beat lagu “Club Can't Handle Me” milik Flo Rida yang dimainkan disjoki di La Favela. Musik pun terus berdentam-dentam, turis-turis bergoyang hingga pagi menjelang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini terbit di edisi cetak dengan judul "Dari Kafe hingga Kelab Malam"

Yosea Arga Pramudita

Yosea Arga Pramudita

Meminati isu-isu urban dan lingkungan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus