Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serbuan turis asing membanjiri Bali setelah pandemi Covid-19 melandai.
Gelombang kedatangan turis asal Rusia ke Bali terus bertambah.
Selain mendatangkan berkah, banjir turis asing kerap memunculkan masalah.
ANTREAN panjang turis asing mengular di depan pintu masuk Old Man’s Bar di Jalan Pantai Batu Bolong, Canggu, Kuta Utara, Badung, Sabtu, 1 April lalu. Malam itu, tiga petugas keamanan memeriksa setiap pengunjung yang hendak masuk ke bar tersebut. Sebagian pengunjung yang telah melewati pintu masuk menempati area sisi kanan bar untuk sekadar duduk santai sembari menikmati bir dan minuman beralkohol lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian pengunjung lain bergegas ke sisi kiri bar. Ada lantai dansa dan disjoki. Warna-warni cahaya lampu dan alunan musik yang diputar disjoki seperti membius para pengunjung yang datang ke Old Man’s Bar malam itu. “Kalau malam Minggu pasti ramai. Mayoritas tamu di sini turis asing,” kata Kadek Dian, pramusaji di bar tersebut.
Kadek mengatakan pengunjung Old Man’s Bar kembali ramai sejak pariwisata Bali kembali bergairah selepas hajaran pandemi Covid-19. "Mulai November atau Desember 2022, pengunjung mulai ramai lagi," ujarnya. Menurut dia, mayoritas turis asing yang kerap berkunjung ke Old Man's Bar berasal dari Amerika Serikat dan Rusia dengan rentang usia 20-27 tahun.
Suasana Old Man's Bar di Canggu, Kuta Utara, Badung, Balu, 1 April 2023/Tempo/Yosea Ara Pramudita
Belakangan, gelombang kedatangan turis asing ke Bali memang terus bertambah. Yang menonjol wisatawan asal Rusia. Dari data Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali, sejak 1 Januari hingga 1 April 2023, total ada 52.985 warga Rusia yang berada di Pulau Dewata. Rusia menempati urutan ketiga turis asing terbanyak yang menyerbu Bali, setelah Australia dan India.
Bali masih menjadi destinasi pilihan para pelancong asing, termasuk Rusia. Mereka berpandangan Bali adalah “surga” untuk berlibur. Contohnya Anna Pomarina, perempuan asal Rusia yang memilih Bali sebagai tujuan wisatanya. Bagi Pomarina, Bali adalah tempat yang menawarkan banyak pesona. Kondisi alamnya, dari gunung hingga pantai, bagus. Masyarakatnya ramah. Tradisinya pun menarik.
“Tentu, orang Rusia yang berpikir tentang ekologi, kedamaian, juga tentang dunia, mereka percaya Bali tempat yang kudus,” kata Pomarina saat berbincang dengan Tempo di sebuah kafe di Denpasar, Kamis, 6 April lalu.
Pomarina sangat menyukai alam. Dia kerap menghabiskan waktu di pantai. Dia juga telah mendaki beberapa gunung di Bali, seperti Gunung Agung dan Batur. Pomarina menuturkan, banyak teman-temannya dari Rusia yang berada di Bali mempunyai ketertarikan serupa. Mereka juga mengunjungi tempat seperti air terjun, pantai, dan gunung. “Teman-teman saya juga banyak yang vegetarian, suka yoga dan meditasi, serta menjalani hidup sehat,” tuturnya.
Pomarina berasal dari Rusia bagian utara. Di negara asalnya, ia pernah bekerja di bidang sumber daya manusia. Kecintaan pada Bali kemudian mendorongnya untuk tinggal di Pulau Dewata. Sejak 2020, dia berada di Bali. Sebelum menetap di Bali, ia tinggal di Jakarta sejak 2015.
Saat ini dia mempunyai kartu izin tinggal terbatas atau kitas. Dengan kata lain, dia bisa tinggal dengan durasi cukup lama dan dapat bekerja dari Indonesia. “Saya punya kitas. Pekerjaan saya adalah mencari investor dari Rusia untuk berinvestasi di Bali,” ucapnya.
Kristina Kc, 29 tahun, perempuan asal Saratov, Rusia bagian selatan, juga jatuh cinta ketika pertama datang ke Bali pada 2018. Awalnya dia hanya berencana berlibur sebentar di Bali dan langsung kembali ke negaranya. Namun rencana itu urung terlaksana karena ia telanjur jatuh cinta pada Bali. “Saya merasa sangat baik di sini, saya merasa sangat tenang. Ubud adalah rumah kedua saya,” katanya kepada Tempo di kediamannya di Ubud, Kamis, 6 April lalu.
Seperti Anna Pomarina, perempuan yang di negerinya pernah bekerja sebagai jurnalis dan pelatih kebugaran itu juga pemegang kitas. Dia menyewa sebuah rumah di Ubud bertarif Rp 5 juta per bulan. Dia juga mengelola rumah seni miliknya yang berjarak sekitar 2 meter dari rumahnya.
Rumah seni itu menjadi wadah kreasi bagi anak-anak Ubud. Ruangan di rumah itu dipenuhi hiasan hasil karya anak-anak yang datang. Di antaranya lukisan, pot-pot tanaman yang telah diwarnai, dan instalasi berukuran kecil yang terbuat dari kawat dan kayu beraneka warna yang digantung di plafon rumah tersebut.
Pengunjung acara yang digelar di rumah seni itu umumnya warga lokal, anak-anak turis asing yang sedang berlibur, dan anak-anak ekspatriat. “Jadi konsep di sini lebih ke alam, dari berkebun, mengajari anak-anak merawat tanaman, dan membiasakan tanpa plastik. Temanya soal keberlanjutan lingkungan,” tutur Kristina, yang mendapat pemasukan dari aneka program di rumah seninya itu.
Sejak tinggal di Ubud, dia juga mematahkan anggapan umum yang menyebut turis Rusia hidup berkelompok dengan sesama mereka. Ia memilih bergaul dengan orang Indonesia. Perempuan yang juga mempunyai hobi melukis ini banyak bergaul dengan seniman lokal, baik pelukis maupun perupa. Teman dekatnya yang juga berasal dari Rusia hanya sedikit. "Sebab, saya tinggal di sini. Saya lebih ingin berkomunikasi dengan orang-orang lokal," ujar Kristina. "Belajar budaya dan bahasa yang berbeda, itu lebih menarik bagi saya. Banyak menemukan pengalaman baru.”
Dmytro Palyanytsya, 37 tahun, turis asal Ukraina, lain lagi. Bagi dia, bukan melulu faktor keindahan alam dan pesona budaya yang membuat turis asing datang ke Bali. “Faktor lain adalah perang,” katanya.
Raut wajah Palyanytsya mendadak mengkerut ketika perbincangan mengarah ke hal-hal yang berbau Rusia. Lelaki itu tidak bisa menutupi kekesalannya lantaran negaranya diinvasi oleh pasukan Vladimir Putin. Invasi Rusia membikin Palyanytsya tidak bisa kembali ke kampung halamannya.
“Masih ada dua orang keluarga saya di sana. Mereka tidak bisa ke mana-mana karena dijaga pasukan Rusia,” tutur Palyanytsya saat ditemui Tempo di ShamanaMama Restaurant and Playground, Ubud, Jumat, 14 April lalu.
Palyanytsya mengatakan hingga saat ini ada 5.000-6.000 warga Ukraina yang berada di Bali. Pria berkumis dan berjanggut itu berada di Bali sejak Desember 2021. Menurut dia, banyak orang Ukraina sudah mengetahui Bali sebagai tempat destinasi sebelum invasi Rusia.
Namun dia juga tidak memungkiri realitas bahwa Bali menjadi salah satu tujuan warga Ukraina untuk menyelamatkan diri dari perang. Selain mendatangi Bali, Palyanytsya menambahkan, banyak warga Ukraina yang menuju Thailand serta negara-negara di kawasan Eropa Barat, seperti Inggris dan Prancis, juga Polandia.
Sejumlah wisatawan mancanegara menyucikan diri dengan air pancuran di Kompleks Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali, 25 Maret 2023/ANTARA/Widodo S Jusuf
Keheningan Ubud mengingatkan Palyanytsya pada kampung halamannya. Menurut dia, Ubud menjadi prioritas orang Ukraina untuk tinggal. Setelah itu, pilihannya adalah Canggu. “Area khusus tidak ada. Tapi sebagian besar tinggal di Ubud, Canggu, dan kawasan Uluwatu,” ujar ketua komunitas Ukraina di Bali tersebut.
Palyanytsya mengungkapkan, warga Ukraina di Bali juga tergabung dalam satu grup di aplikasi Telegram. Hingga kini, jumlah anggota di grup tersebut mencapai 3.775 orang. Selain itu, warga Ukraina di Bali memiliki akun Instagram yang pengikutnya lebih dari seribu. “Kami sempat melakukan kegiatan amal dengan membagikan bahan kebutuhan pokok dan pakaian layak bagi warga di sekitar Ubud pada awal Januari 2023,” katanya.
Dalam waktu dekat, Palyanytsya mengungkapkan, ia berencana membuka usaha di Bali karena tak tahu kapan perang di negerinya akan berakhir. Saat ini dia masih mengandalkan uang tabungannya untuk bertahan hidup dan sesekali mendapat kiriman uang dari keluarganya di Ukraina. “Banyak juga orang Ukraina di Bali yang bertahan hidup dengan mengandalkan tabungan. Sebab, memiliki pekerjaan di sini ilegal. Kami menghargai itu,” ucapnya.
•••
GELOMBANG kedatangan wisatawan asing ikut mendongkrak perekonomian masyarakat Bali yang sempat terpuruk karena pandemi Covid-19. Dampak itu dirasakan sejumlah pemilik usaha penginapan di kawasan Canggu, Uluwatu, Jimbaran, Kerobokan, hingga Ubud. Banyak turis Rusia yang tinggal lebih dari satu bulan menyewa rumah, homestay, atau hostel.
Salah satu homestay itu berada di Jalan Merta Agung, Kerobokan, Kuta Utara. Sebanyak 12 kamar di penginapan itu terisi penuh. Harga sewa kamarnya Rp 269 ribu semalam. Fasilitas yang tersedia di dalam kamar berupa satu penyejuk udara, kasur, kamar mandi, dan sambungan Internet.
Penginapan itu juga menyediakan kolam renang berukuran sedang dan dapur yang dapat dipakai penyewa. “Dia berdua turis Rusia, sudah enam bulan sewa kamar di sini,” kata Made, 27 tahun, resepsionis homestay itu, seraya menunjuk dua perempuan asal Rusia yang tengah bersantai di tepi kolam renang.
Made menuturkan, penginapan itu memang bisa disewa bulanan. Harga sewanya sekitar Rp 7 juta. Dua perempuan Rusia itu, Made melanjutkan, mula-mula menyewa kamar untuk dua bulan. Mereka kemudian memperpanjang masa sewa masing-masing dua bulan.
Menurut dia, karakter turis asal Rusia cenderung tertutup, jarang mau bertegur sapa. “Mungkin karena mereka kurang lancar berbahasa Inggris,” ujarnya. “Kalau kami, yang penting mereka bayar lunas.”
Hal serupa dijumpai di sebuah hostel di Jalan Danau Tamblingan, Jimbaran, Kuta Selatan. Hostel dua lantai dengan 20 kamar itu juga biasa dihuni turis yang tinggal di Bali lebih dari satu bulan. Harga sewa satu kamar di hostel itu Rp 200-250 ribu per malam.
Maria, 40 tahun, penjaga hostel itu, menyebutkan ada turis asal Rusia yang menyewa kamar di sana. “Dia menyewa untuk satu bulan seharga Rp 6 jutaan,” kata Maria kepada Tempo, Selasa, 4 April lalu.
Ada juga kompleks rumah yang beberapa unitnya disewa turis untuk jangka waktu cukup panjang. Misalnya perumahan di kawasan Kutuh, Kuta Selatan. Anderson Aritonang, salah satu pemilik rumah, mengatakan turis asing biasa menyewa untuk satu bulan dulu. Jika merasa cocok, mereka biasanya memperpanjang masa sewa cukup lama, yaitu enam bulan. Harga sewa rumah minimalis dengan dua kamar yang dilengkapi perabot sebesar Rp 7 juta per bulan. “Bule jarang mau sewa satu tahun. Mereka bosenan, ingin ganti-ganti suasana tempat,” ujar pria yang akrab disapa Ari itu.
Berkah ekonomi turis juga dirasakan para penyedia jasa penyewaan sepeda motor. Banyak turis asing yang menyewa sepeda motor untuk memudahkan mobilitas mereka. Apit, 25 tahun, karyawan di penyewaan sepeda motor di Kuta, mengatakan sebagian besar turis menyewa sepeda motor satu minggu. “Rata-rata mereka langsung sewa satu minggu. Biasanya ada yang lanjut sewa untuk satu minggu berikutnya,” tuturnya.
Apit menjelaskan, harga sewa sepeda motor bervariasi. Tarif sewa satu hari berkisar Rp 65-150 ribu, sementara seminggu Rp 400-950 ribu. Sejumlah syarat juga harus dipenuhi calon penyewa. Wisatawan lokal diwajibkan melampirkan foto kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, tiket penerbangan pulang-pergi, dan alamat penginapan.
Adapun turis asing, Apit menambahkan, diwajibkan melampirkan paspor, surat izin berkendara yang berlaku di negaranya, tiket penerbangan pulang-pergi, serta lokasi penginapan selama berada di Bali. “Setiap penyewa, khususnya wisatawan asing, selalu kami ingatkan untuk mematuhi aturan. Salah satunya helm harus selalu dipakai."
•••
TAK hanya mendatangkan berkah, banjir turis asing juga kerap menimbulkan masalah. Ulah mereka yang melanggar norma hingga melakukan tindak pidana menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Seorang turis asal Rusia berinisial IC, 24 tahun, telah dideportasi karena berpose tak senonoh di puncak Gunung Agung. Warga Bali memprotes tindakan itu lantaran gunung tersebut dianggap sakral bagi umat Hindu. “IC dideportasi dari Bandara I Gusti Ngurah Rai pada 4 April 2023,” kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi Ngurah Rai Sugito.
Pada Sabtu, 25 Maret lalu, petugas keamanan adat (pecalang) merekomendasikan pengusiran dua pelancong asal Polandia, KG dan BKW. Keduanya berkemah saat umat Hindu sedang beribadah Nyepi.
Seorang turis asal Amerika Serikat dan 17 lainnya dari Rusia yang menginap di homestay Anumana Bay View, Jimbaran, melayangkan protes ke Kantor Camat Kuta Selatan pada 2 Maret lalu karena merasa terganggu oleh bunyi kokok ayam milik warga bernama Wayan Agus Juli.
"Bukan hanya anak saya yang pelihara ayam. Warga di sini banyak yang pelihara ayam. Lagi pula, apa salah ayam? Kecuali ayam-ayam itu masuk ke kamar mereka,” ujar ibu Wayan Agus kepada Tempo, Ahad, 2 April lalu.
Anna Pomarian, WNA asal Rusia di Canggu, Bali/Tempo/Yosea Arga Pramudita
Masalah yang juga kerap meresahkan adalah sikap ugal-ugalan turis asing saat berkendara. Sekretaris Desa Canggu I Wayan Martha Wijaya Kusuma selalu berpikir dua kali ketika akan pulang ke rumahnya. Sebab, dia khawatir terjatuh lantaran banyak wisatawan asing, termasuk dari Rusia, yang ugal-ugalan saat berkendara. “Apalagi yang baru belajar mengendarai sepeda motor, asal gas saja, ditambah tidak pakai helm,” katanya kepada Tempo.
Wayan Martha menambahkan, ketika akan memasuki jalan utama di Canggu, yakni Jalan Batu Bolong, ia harus sigap melihat kanan dan kiri. Meski tidak pernah mengalami insiden, ia selalu waswas. “Beruntung, setelah ada tindakan dari aparat, kini sudah mulai reda,” tuturnya.
Kepolisian Daerah Bali mencatat ada 171 pelanggaran lalu lintas selama 5-11 Maret 2023. Kasus terbanyak adalah berkendara tanpa mengenakan helm, tak memiliki surat-surat lengkap, lalu tanpa pelat nomor kendaraan atau menggunakan pelat nomor palsu.
Warga negara Rusia menempati urutan pertama sebagai pelanggar lalu lintas terbanyak, yakni 56 orang, diikuti Australia 10 orang, Jerman 8 orang, Prancis 6 orang, lalu Amerika Serikat, Italia, dan Ukraina masing-masing 5 orang, Belanda 4 orang, serta Kazakstan 3 orang.
Maraknya warga asing, terutama Rusia, yang berulah tidak pantas dan menyalahi aturan memantik perhatian Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia. Kedutaan Besar Rusia telah mengimbau warga negaranya yang berlibur agar menghormati hukum dan tradisi setempat.
Pemeriksaan dokumen keimigrasian yang dimiliki warga negara asing (WNA) di kawasan Ubud, Gianyar, Bali, 15 April 2023/ANTARA/Fikri Yusufa
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan turis Rusia yang berulah, baik yang melanggar hukum maupun menabrak norma dan adat di Bali, harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. "Kami berulang kali mengimbau semua warga Rusia yang berkunjung ke Indonesia agar berperilaku sesuai dengan hukum dan menghormati tradisi setempat," ucap Vorobieva dalam jawaban tertulis kepada Tempo.
Vorobieva membantah kabar bahwa meningkatnya jumlah warga negara Rusia yang bermukim di Bali disebabkan oleh adanya wajib militer imbas invasi terhadap Ukraina. Menurut dia, Bali selalu menjadi tujuan wisata bagi warga negara Rusia.
"Karena di sini mereka mendapat perlakuan yang sangat ramah. Sudah ada satu putaran wajib militer di Rusia, dan kami tidak berencana melakukan yang kedua," ujar Vorobieva. "Jadi itu bukan alasan utama peningkatan kedatangan wisatawan dari Rusia."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Berkah dan Masalah Turis Asing di Bali"