Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Turis asing menjalankan bisnis restoran hingga pemandu wisata di Bali.
Aparat Imigrasi mendeportasi orang asing yang tak memiliki izin usaha.
Bisnis turis asing dianggap mengganggu usaha warga lokal.
LIMA meja di teras ShamanaMama Restaurant and Playground, Jalan Bisma Nomor 45, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, tampak ramai. Sabtu, 8 April lalu, sekitar pukul 10.00 Wita, ada tujuh orang yang menyantap sarapan di restoran itu. Dua dari turis asing itu berada di dalam ruangan sedang menikmati kopi americano hangat. Para pramusaji hilir-mudik, seorang di antaranya mengantar telur dadar isi jamur alias mushroom omelette ke sebuah meja yang ditempati beberapa pria asing, yang berbicara dalam bahasa Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ShamanaMama adalah restoran spesialis masakan Ukraina yang kerap dikunjungi orang-orang Rusia dan Ukraina di Bali. Selain menyajikan makanan dan minuman, restoran ini dilengkapi wahana permainan seperti kuda-kudaan dari kayu dan boneka serta gerai pakaian anak. Meski berada di pinggir jalan yang lumayan ramai, suasana tenang dan santai masih terasa di tempat ini. "Restoran ini berdiri sejak 2019," kata Oleksandra, pemilik ShamanaMama, kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Oleksandra sudah lima tahun tinggal di Bali bersama suami dan anaknya. Perempuan 32 tahun asal Ukraina ini merancang ShamanaMama sebagai restoran keluarga dengan ruang santap dan bersantai untuk orang dewasa dan arena bermain buat anak-anaknya. Selain disambangi orang Rusia dan Ukraina, ShamanaMama dikunjungi wisatawan warga negara lain. Khusus untuk orang Rusia, Oleksandra punya catatan. "Mereka berpikir kami memiliki nilai yang sama dengan mereka sehingga mereka mau datang ke sini," ujarnya.
ShamanaMama menyajikan aneka menu seharga Rp 52-132 ribu per porsi. Yang termurah adalah aneka pai, seperti pai stroberi, jamur, dan kentang. Adapun yang tertinggi harganya steak ikan tuna. Ada pula menu yang tak ditemukan di restoran lain, seperti syrnyky, panekuk khas Ukraina yang terbuat dari tepung, susu, dan keju cottage. Harganya Rp 84 ribu. "Itu menu best seller kami," tutur Oleksandra.
Tak cuma berbisnis, Oleksandra ternyata memiliki misi dalam menyajikan makanan Ukraina di ShamanaMama. Invasi Rusia ke negaranya mendorongnya membagikan nilai dan budaya Ukraina. Salah satunya lewat sajian kuliner. "Kami ingin memberi tahu dunia bahwa kami tidak sama dengan Rusia." Tapi, saat ditanyai ihwal omzet usahanya, Oleksandra enggan menjawab. Yang jelas, ShamanaMama selalu ramai pengunjung mulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 Wita. "Kebanyakan datang jam sarapan dan makan malam," katanya.
Sejak akhir tahun lalu, pandemi Covid-19 mereda. Sejak itu pula pemerintah melonggarkan aturan perjalanan dan kedatangan orang dari luar negeri sehingga angka kunjungan orang asing ke Bali terus bertumbuh. Selain berwisata, banyak orang asing, termasuk warga Rusia dan Ukraina, yang menetap di Bali dan menjalankan aneka usaha. Tak cuma mengoperasikan bisnis formal seperti restoran, banyak dari mereka yang menjalankan usaha nonformal.
Salah satunya Misha—bukan nama sebenarnya. Pria berkewarganegaraan Rusia ini membuka jasa sebagai pemandu turis untuk naik gunung. Datang ke Bali pada 2020, Misha langsung jatuh cinta pada kondisi alamnya. Kecintaan itu pula yang membuat dia bisa bertahan hidup di Bali. Untuk membayar sewa tempat tinggal dan sepeda motor hingga makan, Misha menarik uang dari jasa pemandu wisata turis-turis asing, khususnya dari Rusia.
Menurut Misha, sebagian besar turis asing lebih nyaman dipandu oleh orang yang fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Adapun turis Rusia lebih nyaman dipandu oleh orang yang fasih berbahasa Rusia. "Mereka suka mendaki gunung api," tuturnya melalui surat elektronik kepada Tempo. Meski begitu, Misha enggan jika disebut bersaing dengan pemandu wisata lokal. "Saya telah lama berteman dengan mereka. Bersama-sama, kami sering mencari spot matahari terbit di gunung api," katanya.
Saat order sepi dua tahun lalu, Misha mengaku bisa memperoleh Rp 500-800 ribu sebulan dari para turis yang ia pandu. Setelah kunjungan wisatawan kembali ramai, pendapatannya perlahan naik hingga menjadi Rp 4 juta sebulan. Tempat tinggalnya pun pindah dari hostel ke wisma kelas menengah. "Saya mulai makan enak dan bisa membeli peralatan hiking."
•••
GELOMBANG kedatangan orang Rusia dan Ukraina ke Bali seolah-olah tak terbendung. Sejak perang di sana berkecamuk dan pandemi mereda, warga dua negara itu terus muncul. Data Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Bali menyebutkan 52.985 warga Rusia masuk sejak 1 Januari hingga 1 April 2023. Sebagian dari mereka bertahan hidup dengan menjalankan berbagai bisnis.
Tapi tak semua usaha mereka direstui pemerintah. Selain menjalankan aktivitas ilegal dan kriminal, banyak orang asing yang hanya mengantongi visa wisata, bukan izin tinggal dan bekerja di Indonesia. Ada pula yang menyalahgunakan izin kerja. Salah satunya wisatawan asal Rusia berinisial SZ yang dideportasi Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar pada Februari lalu. Pemuda 23 tahun ini dipulangkan karena dia datang ke Bali dengan visa tinggal terbatas investor. Dalam visa bertanggal 27 April 2022 itu, SZ disebut sebagai direktur perusahaan restoran dan real estate, padahal di Bali dia berbisnis fotografi.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali Anggiat Napitupulu mengatakan upaya pengawasan kegiatan usaha orang asing cukup sulit. Sebab, ucap dia, banyak orang asing yang menjalankan bisnis lewat badan usaha yang terdaftar di luar Bali, seperti di Jakarta. Di Bali, mereka mengaku membuka kantor cabang saja. Anggiat menyebut cara itu kebanyakan dilakukan oleh pelaku sektor jasa seperti desain situs web dan desain interior.
Suasana restoran ShamanaMama di Ubud, Bali, 14 April 2023/Tempo/Made Argawa
Anggiat juga mengakui banyak warga negara asing yang mencari cuan di sektor nonformal, terutama pariwisata, seperti menjadi pelatih selancar, tenis, atau yoga. Karena mereka tak terlacak, "Kami tak punya data pastinya," kata Anggiat kepada Tempo pada Rabu, 5 April lalu. Karena itu, dia melanjutkan, tim Imigrasi terus menindak orang asing yang tak memiliki izin. Seperti yang dilakukan aparat Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar yang mendeportasi warga Italia berinisial AVC pada Selasa, 4 April lalu, karena ia menyalahgunakan izin tinggal. AVC rupanya bekerja sebagai instruktur tari Bali. "Mereka melanggar karena tidak punya izin."
Menurut Anggiat, pengawasan terhadap warga negara asing di Bali berlangsung dari hulu hingga ke hilir. Dengan kata lain, pengawasan dimulai saat wisatawan asing hendak masuk dan tiba di Indonesia. Ini termasuk pengecekan jenis visa yang dimiliki oleh wisatawan yang hendak masuk dan keabsahan paspornya serta screening atau penyaringan untuk mengetahui apakah ia masuk daftar tangkal atau tidak. "Terakhir di hilir, saat dia pulang, apakah ada permintaan dari penegak hukum untuk ditahan sementara," ucap Anggiat.
Yang jelas, kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya, turis asing yang bekerja di sektor jasa mengambil lahan pekerjaan warga lokal. “Termasuk menyewakan sepeda motor,” ujarnya seperti dikutip Koran Tempo pada Kamis, 16 Maret lalu. PHRI, Surya melanjutkan, turut dalam satuan tugas gabungan penindakan yang digagas pemerintah setempat. Satuan tugas itu terdiri atas dinas terkait serta asosiasi pengusaha yang memantau tindak-tanduk turis asing.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Artikel ini terbit di edisi cetak dengan judul "Celah Cuan di Perantauan"