Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ucapan Petugas PLN Ini yang Bikin Kakek 75 Tahun di Jakarta Barat Emosi Lalu Meninggal

Empat petugas PLN mendatangi rumah Hidayat untuk memutus sambungan listrik karena belum membayar tagihan listrik. Hidayat emosi lalu meninggal.

2 Desember 2023 | 19.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas PLN melakukan pencatatan meteran listrik secara langsung di rumah warga di kawasan Cipulir, Jakarta, Selasa, 30 Juni 2020. PLN memastikan seluruh petugas akan melakukan pencatatan meter secara langsung ke rumah pelanggan pascabayar. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga mengikhlaskan kepergian Hidayat (75 tahun) yang meninggal pada Selasa, 28 November 2023. Hilman sebagai anak kedua mengatakan, dia dan ibunya bernama Gunarsih (58 tahun) mengikhlaskan kematian ayahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hidayat meregang nyawa saat cekcok dengan empat petugas vendor PLN yang hendak memutus aliran listrik. Alasannya karena pembayaran menunggak sejak Senin, 20 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau saya ikhlas, namanya takdir kan gak tahu," ujar Hilman saat ditemui di rumahnya di Gang Waspada Buntu, Kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu, 2 Desember 2023.

Dia menjelaskan bahwa kematian ayahnya saat itu emosi menghadapi empat petugas yang ingin memutus aliran listrik. Hidayat membela istrinya yang pertama kali menghadapi petugas tersebut.

Peristiwa terjadi pada pukul 13.30 usai Hidayat dan Gunarsih makan siang. Hilman menilai petugas vendor PLN itu melontarkan kalimat yang kurang pantas pada orang tuanya, yaitu walau dibayar, listrik tetap bakal diputus.

"Kalau nggak ngomong begitu, mungkin gak terlalu emosi," tutur pemuda 28 tahun tersebut.

Ketika listrik akan diputus, Gunarsih mengambil uang dan pergi ke Alfamart dekat rumah untuk melunasi tagihan PLN sebesar Rp 900 ribu. Saat kembali, Hidayat sudah tergeletak di jalan gang depan rumahnya.

Tubuh suaminya segera digotong ke dalam rumah dan coba diberikan pertolongan. Namun ada darah dari dalam mulut.

Menurut Gunarsih, kata Hilman, ayahnya sempat dicek oleh dokter hingga dinyatakan meninggal. "Kata dokter udah gak ada nadinya, napasnya udah gak ada, matanya juga gak terang," katanya.

Saat hari kejadian, Hilman sedang berada di Palembang dalam urusan pekerjaan. Kemudian keluarga di Jakarta mengabarkan bahwa ayahnya sudah meninggal.

Pada hari yang sama, Hilman langsung pulang ke Jakarta. Ayahnya pun dikebumikan di hari yang sama pukul 20.30 di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Dia menyebut tidak ada bekas kekerasan pada tubuh ayahnya. Namun dia belum menerima informasi spesifik penyebab kematian ayahnya.

"Kalau kekerasan fisik gak ada," ucap Hilman.

Kemarin malam, kata Hilman, manajemen PT PLN (Persero) sudah datang ke rumahnya untuk meminta maaf dan memberi santunan. Namun, pihak keluarga masih menunggu itikad baik dari empat petugas vendor PLN yang berhadapan langsung dengan ayahnya.

Dia mengatakan petugas itu bukan dari pihak PLN langsung, namun hanya vendor yang mengurus sambungan listrik. Walau begitu, dia tidak tahu pasti identitas mereka, karena datanya ada di pengurus RT-RW.

Gunarsih, ibu Hilman, mengatakan sudah ikhlas dengan kepergian Hidayat. Pihak keluarga juga tidak akan menuntut karena sudah ada permintaan maaf dari manajemen PLN.

"Kami nggak nuntut apa-apa, namanya musibah," katanya.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus