Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JACOB Cass, warga Amerika Serikat, punya cara unik mencintai Indonesia, negeri tempat kelahiran istrinya. Ia ingin mengenalkan budaya Indonesia kepada anaknya. Sejak beberapa tahun lalu, Cass mengoleksi ribuan foto tentang Indonesia. Bukan hanya foto yang ia koleksi, tapi juga dokumen bisnis perusahaan pada era Hindia Belanda dan awal berdirinya Indonesia. Juga sejumlah buku dari beberapa tokoh nasional Indonesia. Jacob Cass rela menghabiskan ribuan dolar demi mendapatkan foto-foto menarik tentang secuil sejarah Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu foto memperlihatkan seseorang mengenakan pakaian putih-putih berdiri tegak dengan tangan terikat ke belakang pada sebuah tiang. Matanya tertutup seikat kain putih. Dua serdadu berhelm dengan tulisan “PM” tampak memeriksa ikatan tersebut. Cass menjelaskan lewat video di akun Instagram-nya, @koleksi_sejarah_indo, foto tersebut adalah foto eksekusi Letnan Kolonel Untung. Foto ini mendapat 16 ribu tanda suka dan lebih dari 1.000 komentar di Instagram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menyebutkan beberapa orang menanyakan foto itu, seperti dari mana ia memperolehnya. Beberapa orang pun ingin menyelidikinya. Cass bercerita, foto itu ia dapatkan dari pedagang besar di Islandia yang mengatakan foto tersebut adalah bagian dari arsip Indonesia yang mereka miliki. Pada foto itu terlihat ada dua lubang. Di bagian belakang terdapat keterangan foto berbahasa Prancis dan tertulis “Belgia, AFP, 5 Oktober 1967”. “Saya tidak tahu apakah saat itu ada wartawan dari luar yang meliput eksekusi Letkol Untung,” ujarnya pada Rabu, 31 Agustus lalu.
Cass cukup banyak memiliki foto lain tentang peristiwa G30S 1965. Ia sempat menanyakan respons warganet Indonesia apakah hendak melihat foto-foto lain itu. Ia tahu subyek ini masih terlalu sensitif. Menurut dia, lebih dari 90 persen warganet yang ia tanyai tertarik melihat foto-foto seputar kejadian 1965.
Jacob Cass menunjukan koleksi foto miliknya yang merekam eksekusi Letkol Untung berlokasi di Lembang pada Oktober 1967, di kediamannya Washington, Amerika Serikat, 8 September 2022/Dok Pribadi
“Jujur saya sedikit takut, walaupun saya pikir foto-foto ini penting sekali untuk sejarah. Saya tidak mengungkap rahasia besar apa pun, tapi saya masih sedikit gugup,” ujarnya kepada Tempo melalui surat elektronik. Dia menyatakan tidak akan mengatakan sesuatu yang politis dan merupakan fakta tentang foto-foto itu. Kendati demikian, ia masih merasa khawatir bisa membuat orang marah dan mencoba mempolitisasinya. “Saya sungguh-sungguh tidak ingin membuat masalah di Indonesia, tempat yang saya cintai.”
Jacob Cass mengenal Indonesia dari istrinya, Annessa, yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat 20 tahun silam. Kecintaannya mulai tumbuh saat melihat budaya dan merasakan makanan Indonesia. Ia mulai mengoleksi foto tiga-empat tahun lalu hingga jumlahnya kini ribuan. Ia pertama kali membeli lima foto dari penjual arsip media. Semuanya foto tentang Sukarno. Salah satunya foto Sukarno di sebuah kapal perang bantuan Amerika Serikat. Lalu foto Sukarno dan Fatmawati seusai serah-terima Indonesia, tepatnya setelah Mohammad Hatta dan Sultan Hamid II pulang dari Belanda pada 1950.
Ia menunjukkan foto-foto itu kepada kakak iparnya di Indonesia yang kemudian mengatakan semua foto tersebut belum pernah muncul di Indonesia. Beberapa orang pun kaget setelah ia menunjukkan foto-foto itu. Mereka semua bilang foto-foto ini belum pernah dipublikasikan di Indonesia. Mereka bertanya bagaimana ia bisa mendapatkan foto itu. Karena itu, ia makin tertarik dan terus membeli foto lawas. Ia merasa sejarah Indonesia sangat menarik, penuh warna, dan amat penting. Dengan koleksinya ini, ia ingin membagikan secuil sejarah Indonesia kepada warganet.
Dokumen saham perusahaan Mijnbouw Maatschappij "Zuid Bantam" sebuah Perusahaan Pertambangan Banten Selatan tahun 1936 yang dikoleksi Jacobs Cass/Dok Pribadi
Dari lima foto itu, koleksinya terus berkembang. Cass mulai berburu foto di berbagai negara. Ia membeli foto dari perusahaan media yang bangkrut dan menjual data arsipnya. Hingga saat ini sudah terkumpul lebih dari 1.000 foto, 50 buku sejarah, 100 dokumen saham perusahaan pada era Hindia Belanda dan awal berdirinya Indonesia, serta sejumlah prangko. Totalnya 2.000 buah. Ia menyimpan semua foto dan dokumen di dalam plastik yang dimasukkan ke semacam map besar antilembap. Menurut dia, kelembapan adalah tantangan utama kolektor foto dan dokumen. Dia menyertakan gel dan pengatur suhu di dekat map tersebut untuk mengurangi kelembapan.
Untuk mengelola arsip foto, ia mengaturnya berdasarkan tema, seperti “PRRI/Permesta” dan “Sukarno”. Foto tentang Sukarno dia kelompok-kelompokkan lagi meskipun ia mengaku masih kurang rapi, misalnya foto Sukarno di dalam negeri dan bersama tokoh atau presiden negara lain. Ada pula foto budaya dan pembangunan Indonesia yang memenuhi kelima mapnya. Ada banyak foto koleksinya yang kasual, tidak melulu terkait dengan peristiwa politik atau kejadian penting. Cass mengatakan hanya mencari foto atau dokumen yang menarik, yang menceritakan kisah penting, dari budaya, politik, hingga militer. Ia masih terus mencari foto tokoh penting di era awal kemerdekaan, seperti Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan Tan Malaka. “Tapi sejauh ini belum dapat,” ucapnya.
•••
BUKAN hanya foto bertema serius, ada pula foto koleksi Jacob Cass yang merekam kegiatan unik, seperti Presiden Sukarno berkunjung ke Bollywood, Bung Karno berdansa bersama aktris Mieke Widjaja, Soebandrio berlatih yoga di penjara, Tien Soeharto melempar bola boling dengan berkebaya, anak-anak ketika dites dan divaksin tuberkulosis pada 1962, serta situasi masyarakat Indonesia pada 1940-an. Ada pula foto perempuan Belanda yang menerima hadiah dari penguasa Indonesia pada 1924 dan foto lain.
Koleksi foto milik Jacobs Cass saat Presiden Sukarno bersama artis Bollywood Nalini Jaywant, di India 1958/Repro Jacobs Cass
Pria yang sempat menjadi konsultan bisnis ini juga tertarik pada dokumen bisnis perusahaan Belanda dan Indonesia awal. Dari dokumen itu, ia mempelajari sejarah kolonial yang terhubung dengan hari ini. Menurut dia, menarik sekali mengetahui cerita sebuah perusahaan minyak independen yang diambil alih oleh Royal Dutch Shell dan sekarang menjadi bagian dari Pertamina. Juga kisah tentang jalur rel lama yang sekarang dimiliki Kereta Api Indonesia. “Banyak ilmu yang masih relevan, hanya dalam bentuk yang berbeda, dan digunakan oleh Indonesia saat ini.”
Cass memperoleh foto dan dokumen itu dari arsip dan perpustakaan perusahaan berita asal Amerika Serikat dan Eropa. Sebagian ia beli dari kolektor atau orang yang punya informasi lebih tentang foto dan dokumen lama Indonesia. Mulanya ia merasa mudah menemukan foto-foto ini karena di Amerika atau Eropa tidak terlalu banyak orang yang tertarik pada sejarah Indonesia. Tapi belakangan ia merasa cukup kesulitan karena lebih banyak orang yang berupaya menemukan dan membeli foto tentang sejarah Indonesia. Sampai saat ini, ia tak pernah membeli foto atau dokumen dari Indonesia. Ia bahkan tak ingin ada foto atau dokumen penting yang keluar dari Indonesia.
Foto koleksi Jacobs Cass saat Soebandrio melakukan yoga di dalam penjara, 1970/Dok Pribadi/Koleksi Jacobs Cass
Cass mengatakan harus mencari tempat baru untuk mendapatkan foto. Ia bahkan pernah sampai ke Spanyol untuk memburu dua foto tentang Indonesia yang diambil oleh fotografer Fidel Castro. Makin ke sini, dia menambahkan, upaya mencari foto-foto langka tentang Indonesia seperti berburu harta karun dan butuh lebih banyak waktu. Tak jarang ia tertipu mendapatkan foto “sampah”. Tapi ketika memperoleh foto yang istimewa, ia merasa sangat bahagia.
•••
JACOB Cass mengatakan membeli foto biasa, seperti tentang budaya, seharga US$ 20-50. Adapun harga foto yang lebih penting bisa jauh lebih tinggi. Untuk semua foto koleksinya, ia memperkirakan sudah menghabiskan US$ 25 ribu (sekitar Rp 370 juta dengan kurs Rp 14.800 per dolar Amerika Serikat). Itu belum termasuk uang untuk membeli dokumen dan barang lain yang harganya lebih mahal. Harga sebuah foto yang penting, bagus, dan langka, Cass menjelaskan, bisa lebih dari US$ 100. Ia mencontohkan foto John. F. Kennedy bersama Sukarno yang sangat mahal karena bukan hanya orang Indonesia yang mencarinya. Penggemar Kennedy pun tak sedikit dan foto Kennedy sangat terkenal di Amerika. “Jadi saya harus berebut dengan kolektor di sini,” tuturnya.
Cass pernah mengeluarkan duit sebesar US$ 250-300 (Rp 3,7-4,4 juta) untuk foto peristiwa setelah Konferensi Meja Bundar. Dia menyebutkan itu harga termahal yang pernah ia bayar. Foto itu memperlihatkan Mohammad Hatta dan Sultan Hamid II di istana di Den Haag, Belanda, saat menerima kemerdekaan dari Belanda. Foto itu diambil dari surat kabar Belanda. Ia sangat menyukai foto Hatta itu. “Saya beruntung bisa mendapatkan foto momentum penting itu,” ujar ayah satu anak ini.
Koleksi Jacobs Cass mengenai pembangunan Jakarta sebelum Asian Games tahun 1961/Koleksi Jacobs Cass
Cass mengaku sangat mengidolakan Bung Hatta. Dia menjelaskan, Bung Hatta adalah pemimpin yang cerdas, bersahaja, sangat jujur, tidak mau mengambil uang negara, serta mempunyai moral yang kuat. Padahal, sebagai pejabat negara, ia bisa melakukan korupsi. Tapi ternyata dia bahkan tidak bisa membeli sepatu yang ia inginkan. Cass juga mempunyai beberapa koleksi buku Hatta dari Leiden, Belanda, bertahun 1928, ketika ia menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926.
Karena membeli foto dari arsip perusahaan atau perpustakaan media, Cass merasa cukup tenang dalam hal keasliannya. Apalagi biasanya terdapat penanda atau cap di belakang foto, juga ada deskripsi yang memperlihatkan keterangan waktu dan peristiwa yang diabadikan. Berdasarkan pengalamannya melihat ribuan foto, ia bisa membedakan mana yang asli dan yang palsu. Setidaknya tujuh kali ia mendapati foto atau dokumen palsu. Tapi, bagi dia, itu sebuah risiko.
Cass menjelaskan berkali-kali bahwa ia tidak membeli foto dan dokumen itu dari Arsip Nasional Republik Indonesia atau lembaga lain di Indonesia. Menurut dia, banyak orang khawatir ia membeli barang-barang penting dan membawanya keluar dari Indonesia. Ia sering ditanyai tentang asal foto dan cara mendapatkannya. Foto yang paling sering ditanyakan akhir-akhir ini adalah foto eksekusi Letkol Untung hingga ia harus membuat penjelasan lewat video.
Sejauh ini Cass belum pernah menjual satu pun bagian dari koleksinya kepada pihak lain. Ia hanya ingin menjual fotonya ke museum pemerintah Indonesia. Dia mengaku hal yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana foto-foto itu bisa diakses oleh publik secara digital.
Jacobs Cass menunjukan foto termahalnya mengenai saat Bung Hatta, Sultan Hamid, Ratu Juliana, dan Perdana Menteri Drees dalam upacara penyeraghan Kedaultan Indonesia di Istana Den Haag/Dok Pribadi/Koleksi Jacobs Cass
Karena itu, dengan bantuan media sosial, Cass ingin masyarakat bisa menikmati sejarah dengan lebih menyenangkan. Ia pun bisa berinteraksi dan mendapatkan tambahan informasi dari komentar warganet. Ia sering mengunggah lima foto yang paling menyedihkan atau menyenangkan untuk pengikutnya di media sosial. Jutaan orang menengok lima foto pilihan Cass yang dinilai paling menyedihkan. Dia mengaku hingga saat ini belum pernah berdiskusi atau berinteraksi dengan sejarawan atau akademikus di Indonesia tentang foto-foto tersebut.
Ihwal digitalisasi arsip yang ia miliki, Jacob Cass mengatakan masih mencari lebih banyak informasi tentang hukum copyright. Ketika dia membeli foto, hak cipta digital tidak ditransfer, jadi ia harus berhati-hati untuk menghindari masalah. Hingga saat ini, kata Cass, ia masih mencari mana foto yang hak ciptanya tidak pernah diperbarui dan mana yang diperbarui. “Tapi prosesnya panjang dan melelahkan, ha-ha-ha....
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo