BOLEH jadi ia istri yang baik. Ketika ada desas-desus suaminya memacari wanita lain, Yatini, 27, tidak menggubris. Bahkan ketika Kusnadi, sang suami, dengan jujur minta izin kawin lagi, ia langsung setuju. "Saya menghargai kejujurannya," kata Yatini. Kusnadi sangat senang. Karena itu, ia menyanggupi menempuh ujian yang akan diberikan istrinya: bila lulus dalam ujian itu, Kusnadi baru boleh kawin lagi. Namun, kemudian ia terbelalak setelah tahu ujian macam apa yang harus dijalaninya. Mundur saja? Tidak. Kawin lagi 'kan menyenangkan? Jadi, ia memutuskan tetap menempuh testing itu. Lulus, mudah-mudahan. Warga Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, sama sekali tak tahu bahwa malam itu - pertengahan bulan lalu - ada ujian unik di rumah Kusnadi. Rembang petang, Kusnadi menelentangkan diri di tempat tidur, di kamar tertutup. Sang istri mengikat kaki kanan dan tangan kirinya dengan tali rafia, setelah sebelumnya mengikat kemaluan (ya, memang itu) dengan tali yang sama. Ketiga tali itu dikaitkan ke kayu kusen jendela, lalu ditarik, sehingga tubuh Kusnadi menggantung setengah meter di atas tempat tidur. "Jika kamu sanggup bertahan semalam, kamu boleh kawin lagi," kata Yatini kepada suaminya. Nyatanya, Kusnadi hanya kuat lima jam - sampai pukul 23.00. "Sakit sekali. Seperti mau putus rasanya," ujarnya, entah apanya yang dimaksudkannya. Kontan rencana kawin lagi dibatalkannya. "Saya harus menepati janji kepada istri saya," kata Kusnadi. Yatini, yang yakin suaminya tak bakal lulus, tertawa. "Lebih baik kemaluannya putus daripada diserahkan kepada wanita lain." Lho. Diserahkan bagaimana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini