Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Citayam Fashion Week adalah sebuah street fashion yang dilakukan oleh anak-anak remaja di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD). Street fashion ini mengusung konsep yang hampir sama dengan Harajuku di Jepang. Citayam Fashion Week dapat dijumpai di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal.
Asal mula Citayam Fashion Week berawal dari munculnya kumpulan anak remaja usia tanggung yang nongkrong dari Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok sehingga menamakan dirinya sebagai SCBD (plesetan Sudirman Central Business District) dengan beragam busana yang dikenakannya. Dari sini, lahirlah fenomena baru sebagai area publik untuk unjuk ekspresi, khususnya dalam berbusana.
Mereka semua berkumpul tanpa membawa kendaraan yang paling mewah di masanya, tetapi menggunakan transportasi publik dan berkumpul di BNI City, Sudirman sehingga tidak membuat jalan menjadi macet.
Beberapa sosok yang kemudian menjadi tokoh mendadak viral di Citayam Fashion Week ini antara lain Bonge, Jeje, Kumala dan Roi.
Baca: Citayam Fashio Week Dinilai sebagai Gerakan Brilian Perlu Apresiasi
Fenomena ini menjadi sebuah bentuk alamiah dari seorang manusia untuk mengekspresikan dirinya di ruang publik. Hal ini pun ditanggapi oleh seorang Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang, Luluk Dwi Kumalasari.Menurutnya, seperti dijelaskan dalam umm.ac.id, fenomena ini tergolong wajar lantaran didorong oleh kesamaan geografis dari anak-anak SCBD.
Selain itu, mereka juga cenderung memiliki ketertarikan yang sama dalam bidang fesyen dan kreativitas. Alhasil, fenomena Citayam Fashion Week ini merupakan wadah untuk berkumpul, menghibur diri, bersosialisasi, dan juga berekspresi bagi anak-anak muda tersebut.
Kemunculan Citayam Fashion Week juga menjadi fenomena yang sangat birilian, seperti yang disampaikan oleh Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Derajat Sulistyo Widhyarto.
"Kemunculan anak muda yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi dan memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru sangat brilian," kata Derajat.
Bahkan, menurut Derajat, para anak muda SCBD ini juga berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Mereka seakan-akan menunjukkan perlawanan arus terhadap fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan milik kaum menengah ke atas lantaran sudah terjun lebih dulu dalam bisnis kota. Biasanya, budaya ini ditunjukkan para pegiat ataupun influencer media sosial dan influencer.
"Citayam hadir sebagai representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang publik sekaligus sebagai pembentuk budaya muda kota,” ujar Derajat.
Keriuhan Citayam Fashion Week di dekat Stasiun Sukuh Atas, Jakarta ini pun makin menjadi kemudian ketika para selebritas negeri ini turut lenggak-lenggok di cat walk jalanan. Termasuk tokoh politik yang menjajalnya, antara lain Anies Baswedan bersama delegasi G20 dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Bahkan, beberapa media asing pun melakukanliputan terhadap fenomena ini. termasuk media dari Jepang. Media street snap Tokyo Fashion kemudian menganggapi unggahan tersebut. Media mode tersebut berharap beberapa situs atau akun street snap Indonesia mendokumentasikan dan mendukung Citayam Fashion Week ini. “Thread keren tentang ribuan anak muda Indonesia yang berdandan dan membuat jalan-jalan di Jakarta Pusat menjadi hidup sebagai fashion catwalk, tidak seperti Harajuku di Jepang,” tulisnya.
Selain itu, anak muda SCBD ini juga menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. Inilah yang membentuk kritik konsumsi fesyen kaum muda kota yang selama ini terjebak menggunakan baju produk industri luar negeri sehingga melahirkan budaya baru. Akibatnya, Citayam Fashion Week yang lahir dari anak muda ini perlu diapresiasi. Nyatanya, memang benar bahwa mereka menjadi pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Budaya yang tentu berbeda dari negara lainnya, seperti Prancis dengan pekan mode Paris Fashion Week-nya.
Tak lama kemudian, perlahan-lahan mulai ada pembatasan terhadap gelaran Citayam Fashion Week, sampai kemudian menghilang. Kini tinggal, zebra cross saksi sejarah itu sepi.
RACHEL FARAHDIBA R I SDA
Baca juga: Anies Baswedan Soal Citayam Fashion Week: Selama Belum Ada Surat Maka Tak Ada Larangan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini