Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman Ismail Marzuki (TIM) mulai dibuka bertahap pada bulan Juni untuk menyambut perayaan HUT DKI Jakarta ke-495.Terlihat beberapa pengunjung mendatangi Galeri Seni dan Annex di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, pada hari ini.
“Kita bukanya bertahap,” ujar Gilang, staf keamanan di Galeri Seni pada Kamis, 23 Juni 2022.
Tempo mengunjungi Galeri Seni yang tampak sepi pengunjung pada pukul 15.34. Hanya terlihat beberapa pengunjung berjalan mengelilingi galeri yang menampilkan karya seni lukis dari para seniman.
Shania adalah salah satu pengunjung di Galeri Seni. Ia baru pertama kali datang ke TIM. “Saya memang senang datang ke pameran seni, saya rasa TIM ini cukup memuaskan,” katanya di lokasi.
Selain karya seni lukis, Galeri Seni TIM juga menampilkan perjalanan sejarah pusat kesenian tersebut.
Banyak arsip-arsip lama yang dipajang di dinding dan juga meja pameran.
Warga berfoto di instalasi ondel-ondel yang dipamerkan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis, 23 Juni 2022. Pameran ondel-ondel ini menjadi spot berfoto bagi warga. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pameran di Annex lebih sederhana,namun penuh warna. Sejumlah kutipan dari tokoh sejarah seperti Sri Sultan Hamengkubuwono X dan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin ditulis di dinding dengan warna-warna cerah.
Pada saat ini hanya dua gedung yang bisa diakses oleh publik di TIM, yaitu Gedung Panjang tempat Galeri Seni berada, dan Gedung Annex. Perpustakaan dan gedung teater masih belum dibuka dan sedang tahap penyelesaian renovasi.
Sejarah TIM
Taman Ismail Marzuki diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 10 November 1968. TIM dimaksudkan untuk memberikan ruang berekspresi bagi seniman-seniman di Jakarta. Pengelolaan TIM juga diberikan kepada seniman dan budayawan Ibu Kota.
Ismail Marzuki dipilih sebagai nama pusat kesenian ini karena merupakan sosok Betawi yang dianggap sangat berseni, dilihat dari karyanya yang mencapai lebih dari 200 lagu. Lagu-lagunya meliputi Berkibarlah Benderaku, Nyiur Melambai, Halo Halo Bandung dan Sepasang Mata Bola.
TIM menjadi saksi perkembangan kesenian di Jakarta. Selain seni lukis, seni pertunjukan juga kian ditampilkan, seperti teater dan koreografi. Lalu TIM terus berkembang hingga akhirnya dibentuk tenaga-tenaga pengajar seni yang nantinya akan menjadi Institut Kesenian Jakarta.
Kini tampilan Taman Ismail Marzuki lebih modern sejak dilakukan revitalisasi yang dimulai pada 2019.
Baca juga: Butet Kartaredjasa Kritik Anies Soal Revitalisasi Taman Ismail Marzuki
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini