Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Dari War Takjil ke Toleransi: Cara Pemuka Agama Mempromosikan Kerukunan Beragama

Para pemuka agama menjangkau anak muda dengan jalan mereka. Menggunakan medium dan bahasa yang lebih mengena.

5 Mei 2024 | 00.00 WIB

Ilustrasi: Kendra Paramita
Perbesar
Ilustrasi: Kendra Paramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Syiar toleransi dari para pemuka agama muda menjangkau anak-anak muda dengan medium dan bahasa yang lebih cair.

  • Masih menghadapi tantangan sulitnya menembus situasi dan sekat eksklusivitas dan intoleransi.

  • Narasi toleransi perlu disyiarkan dengan lebih mengena bagi anak-anak muda.

RAMADAN lalu, beredar video yang memperlihatkan seorang perempuan berkerudung tengah membeli jajanan takjil, tapi kemudian ia memperlihatkan sebuah kalung salib di lehernya. Narasi yang dicantumkan, ia nonmuslim (non-Islam atau nonis). Tak lama kemudian, makin banyak muncul unggahan para nonis ikut berjubel memborong sajian takjil. Pendeta Marcel Saerang pun ikut “mengompori” perang takjil ini. Fenomena “war takjil” ini mendapat sambutan positif dan menjadi candaan masyarakat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Jalan Pop Menyuarakan Toleransi".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus