Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Warga Kapuk Muara Hidup Berdampingan dengan Sampah, Buang Limbah ke Kolong Rumah

Warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, hidup dengan lautan sampah di kolong rumah panggung mereka

28 Juni 2023 | 17.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kampung rumah panggung Muara Kapuk, Jakarta Utara. Warga berdampingan dengan sampah tersebab tidak adanya tempat pembuangan sampah. Tempo/ Mirza Bagaskara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara sudah terbiasa hidup di atas tumpukan sampah. Warga sekitar harus beradaptasi dengan aroma sampah yang muncul saat angin berembus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pantauan Tempo, kampung tersebut terdiri dari rumah-rumah panggung yang material utamanya terbuat dari triplek dan beratapkan seng. Di bawah rumah panggung tersebut, terlihat sampah limbah domestik yang dibuang warga sehari-hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ana, 32 tahun, salah seorang warga yang ditemui Tempo menuturkan alasan warga membuang sampah ke kolong rumah mereka karena nihilnya tempat pembuangan sampah terdekat. Sehingga, menurut dia, warga tidak ada alternatif lain membuang limbah domestik mereka.

"Karena enggak ada tempat pembuangannya, jadi, ya, gitu saja sudah," kata Ana pada Rabu, 28 Juni 2023 saat ditemui di rumahnya.

Sampah yang terlihat didominasi oleh sampah kering hasil rumah tangga seperti plastik bekas wadah. Di tumpukan sampah itu juga tumbuh berbagai tanaman liar.

Tumpukan sampah di kolong permukiman warga RT. 17, RW. 04, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 28 Juni 2023. Foto: TEMPO/Mirza Bagaskara

Pemukiman warga berdiri sekitar 2,5 meter dari tumpukan sampah di bawah rumah mereka. Jalan rumah warga hanya berupa jalan yang dicor dengan lebar kira-kira hanya bisa dilalui oleh dua motor yang berpapasan.

Jalan serta pemukiman warga tersebut ditopang oleh beberapa potong bambu yang besar. Oleh karenanya, kadangkala goyangan terasa apabila ada kendaraan yang melintas.

Ana mengatakan warga di sana sudah puluhan tahun hidup bersama sampah. Jadi, ia menyebut warga sekitar sudah tidak peduli dengan aroma yang muncul dari tumpukan sampah di rumah mereka.

Selain itu, Ana menyebut sejatinya warga sekitar memang mengharapkan pemerintah menyediakan fasilitas pembuangan sampah. Bahkan, ia mengatakan rela membayar apabila ada petugas yang mau mengangkut sampah setiap hari.

"Iya. Kalau misalnya disuruh pungut biaya, ya boleh. Tapi, kan, enggak ada yang itunya (koordinatornya) gimana," ujar dia.

Warga sekitar juga memelihara hewan ternak seperti ayam di lingkungan mereka. Bahkan, terlihat kandang ayam didirikan di atas tumpukan sampah di bawah rumah mereka.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus