Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah diminta tetap waspada akan serangan wabah Covid-19 pada libur Natal dan tahun baru.
Pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi untuk mencegah penularan varian Omicron.
Seharusnya tes acak lebih sering digelar agar penularan wabah bisa cepat dideteksi.
JAKARTA – Angka penularan wabah Covid-19 di Ibu Kota saat ini cenderung terkendali. Dalam beberapa pekan terakhir, positivity rate (tingkat kepositifan) di Jakarta selalu berada di bawah 1 persen. Tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) juga berada pada angka 4-6 persen.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyebutkan kondisi pandemi di DKI Jakarta saat ini terbilang aman. Meski begitu, ia meminta pemerintah dan masyarakat tetap punya semangat yang sama dalam menjalankan protokol kesehatan. Sebab, kepatuhan terhadap protokol kesehatan terbukti paling efektif untuk menekan angka penularan wabah.
Pandu yakin, ketika semua orang menjalankan protokol kesehatan dengan benar, ancaman ledakan jumlah kasus pada libur Natal dan tahun baru bisa dihindari. Begitu juga dengan ancaman penularan varian baru Covid-19 berjenis B.1.1.529 atau Omicron yang berasal dari Afrika Selatan. "Jika antisipasi dilakukan dengan benar, ancaman itu bisa dicegah," kata Pandu, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kolaborator ahli di LaporCovid-19, Dicky Palupessy, meminta pemerintah DKI Jakarta dan pemerintah daerah aglomerasi mewaspadai penularan Omicron. Ia mengingatkan kembali tentang ledakan jumlah kasus pada Juni-Agustus lalu akibat serangan varian Delta. Ledakan kasus ini terjadi karena mobilitas masyarakat sangat tinggi saat libur Lebaran.
Menurut Dicky, sekarang masyarakat sedang menghadapi situasi serupa: varian baru Omicron muncul menjelang libur Natal dan tahun baru. "Ini situasinya mirip,” katanya. “Belajar dari amukan Delta, pemerintah sekarang harus lebih siap."
Dicky berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih giat menggelar tes PCR atau antigen di tengah masyarakat. Pemerintah juga perlu lebih sering menguji genome sequencing pada sampel-sampel tes tersebut. Tujuannya untuk memastikan keberadaan varian baru Omicron di Ibu Kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas kesehatan mengambil sampel nasofaring saat tes usap antigen di Dinas Kesehatan Kota Bandung, 26 September 2021. TEMPO/Prima mulia
Dicky berpendapat bahwa pemerintah Jakarta belakangan ini justru terkesan mengurangi tes PCR/antigen. Hal ini menjadi ironi karena sekarang harga tes jauh lebih murah. "Ketika harganya masih mahal, tes acak banyak dilakukan. Logikanya, ketika harga lebih murah, seharusnya tes diperbanyak."
Pemerintah Jakarta juga perlu menyiagakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis di setiap rumah sakit. Langkah antisipasi penting untuk menghadapi potensi serangan wabah gelombang ketiga. "Rencana kontingensi perlu disegerakan agar rumah sakit mudah menyiapkan ruang perawatan dan tenaga kesehatan jika benar terjadi gelombang ketiga," kata Dicky.
Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria sebelumnya menyatakan pemerintah tidak akan mengurangi jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 walaupun angka penularan virus corona sudah menurun. Antisipasi ini disiapkan dalam menghadapi ancaman wabah gelombang ketiga yang diprediksi terjadi setelah libur Natal dan tahun baru. “Semua sarana dan prasarana pendukung tenaga kesehatan sudah siap," kata Riza, Rabu pekan lalu.
Ihwal rencana aturan PPKM level 3 yang akan diterapkan menjelang libur Natal dan tahun baru, Riza mengatakan, masih dalam proses. Pemerintah Jakarta perlu mengkaji aturan detail yang menjadi turunan dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2021 tersebut. Ia memperkirakan aturan itu akan dipublikasikan pada awal Desember nanti.
Namun Riza mengatakan aturan PPKM level 3 pada masa libur Natal dan tahun baru ini bakal berbeda dengan PPKM level 3 sebelumnya. Sebab, kata Riza, pemerintah menerapkan status tersebut saat angka penularan wabah Covid-19 di Ibu Kota sedang landai.
INDRA WIJAYA | M. JULNIS FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo