Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Matanya sembap, dengan kantong mata yang menggantung karena kurang tidur. Setelah kemenangannya dalam konvensi Partai Golkar pada Rabu pekan lalu, sederet jadwal segera menyergap kehidupan Wiranto. Bertubi-tubi ia bertemu dengan tokoh politik ini dan itu.
Tapi tiada yang dapat menahan Mr. Double U (W)?demikian kini anggota tim suksesnya menyebut?berlatih taekwondo, olahraga yang telah ditekuninya sejak muda. Saat berolahraga ia mengaku bisa melepas lelah, meregangkan otot, sembari mengisap udara segar di sekitar rumahnya yang rimbun di Bambu Apus, Jakarta Timur. Sabtu pagi pekan lalu, pemegang dan-V taekwondo itu ditemui Hanibal W.Y.W. dan Darmawan Sepriyossa untuk sebuah wawancara khusus.
Anda akhirnya menang dalam konvensi Partai Golkar. Anda Kaget?
Seperti biasa dalam kompetisi, ada prediksi kalah dan menang. Kita cari apa yang mungkin menyebabkan kekalahan kita dan kita eliminasi penyebab kekalahan itu. Maka kita sudah mampu menetralisasi penyebab kekalahan dan tentunya berharap menang. Kemenangan itu juga sudah menjadi salah satu prediksi tim kami.
Pada putaran pertama, Akbar Tandjung unggul dan banyak suara diraih Aburizal Bakrie. Ada kesepakatan antara Anda dan Aburizal?
Tidak ada. Memang ada isu yang menyatakan akan ada penyerahan suara dari satu kandidat ke kandidat yang lain. Tapi, menurut saya, itu tidak mungkin. Pertama, tak ada waktu jeda: hanya 10 menit istirahat, lalu langsung ke pemilihan putaran kedua. Kedua, panitia telah merancang sistem yang akan menghindarkan adanya deal-deal yang bisa menyebabkan hasil konvensi tidak sehat. Ketiga, pemilihan ini kan melibatkan manusia dengan perasaan, sikap, dan keyakinan yang dibangun sejak mereka berangkat dari daerah. Apakah begitu gampang suara mereka ditimbangterimakan kepada pihak lain? Saya kira tidak mungkin.
Kubu Akbar kecewa dengan kekalahan mereka. Anda menganggap hal ini problem buat Anda?
Dalam sebuah pertandingan, tentu ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau kemudian yang kalah itu kecewa, itu juga manusiawi. Hanya, tentunya itu tak harus membuat kita larut dalam kesedihan. Saya sudah berupaya agar (kekalahan) itu terobati dengan cara memberikan jaminan bahwa tak ada yang kalah dalam konvensi tersebut. Yang terjadi adalah kemenangan Partai Golkar yang mampu menampilkan pertunjukan tentang proses demokrasi yang jujur, berani, dan terbuka. Saya juga menyatakan bahwa saya sepenuhnya akan menyerahkan semua yang saya miliki untuk tujuan bersama, yakni bagaimana Partai Golkar mampu memberikan yang terbaik buat negeri ini.
Sementara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar menganggap Anda jalan sendiri, terutama dalam mencari pasangan wakil presiden?
Mereka enggak ditinggalkan. Kalau belum padu, ya, wajar. Tidak padu itu kan bisa dinilai kalau sudah bertemu, lalu masih ada banyak perbedaan. Saat ini kami memang masih menunda pertemuan dengan DPP Golkar.
Mengapa menunda?
Kalau bertemu tanpa bahan yang lengkap, ya, percuma, kan? Kami akan bertemu kalau sudah siap dengan berbagai rancangan, perhitungan, dan kemungkinan. Itu akan menghasilkan sesuatu yang lebih konkret. Itu sudah saya sampaikan kepada Pak Akbar lewat telepon.
Banyak yang menyatakan tantangan Anda ke depan adalah meyakinkan dunia internasional terutama karena isu kejahatan hak asasi manusia yang ditudingkan kepada Anda. Bagaimana Anda mengatasinya?
Saya akan tunjukkan dengan fakta, data, dan kesaksian yang dulu tenggelam dalam hiruk-pikuk pemberitaan sepihak yang negatif. Sekarang satu demi satu kesaksian, fakta, dan data itu muncul. Duta Besar Amerika Serikat, misalnya, membantah pencekalan Amerika terhadap saya. Jaksa Agung Timor Timur, Longinhos Montero, sudah menyatakan sebaiknya urusan pengadilan hak asasi manusia itu diselesaikan saja. Dianggap selesai, dan diganti dengan agenda lain berupa kerja sama dua negara. Yang justru sering aneh kehendaknya itu kan teman-teman kita, para lembaga swadaya masyarakat dalam negeri. Yang saya sebut aneh itu, mereka terus saja apriori ketika pihak berwenang yang kompeten sudah menganggap masalah itu selesai. Itu penyakit di negeri kita yang harus kita perangi: kehendak untuk menegakkan hak asasi tapi dengan melindas hak asasi orang lain.
Siapa calon wakil presiden Anda?
Cukup banyak kemungkinan, baik dari pertimbangan kualitas figur, backup politik, dukungan publik, maupun kemauan untuk bekerja sama dengan presiden. Orangnya tentu belum dapat saya katakan karena memang masih dalam proses pengkajian.
Mungkinkah Anda berpasangan dengan Akbar Tanjung?
Pak Akbar sudah menyatakan tidak bersedia. Karena itu, koalisi harus dilakukan dengan pihak lain untuk memperbesar dukungan pada pemerintahan mendatang.
Hubungan dengan kelompok atau pihak mana saja yang sudah Anda jalin?
Cukup banyak tokoh partai politik yang telah menjalin hubungan dengan saya, bahkan jauh sebelum konvensi berakhir. Pendekatan tersebut tentu untuk mencari persamaan pemahaman. Semua itu akan saya bawa ke rapat DPP Golkar untuk digodok agar bisa ditentukan pilihan yang terbaik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo