Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Ketika Google Jadi Sasaran Bom

Sepintar-pintarnya mesin pencari Google, suatu saat bisa juga ditunggangi.

26 April 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOGIKA berpikir mesin pencari (search engine) di Internet tak selalu lempeng. Inilah yang dialami Steven Weinstock ketika menggunakan Google dan mengetikkan kata "Jew" di kotak pencari. Hasil temuan mesin pelacak nomor wahid di mayantara itu membuatnya terperangah. Yang muncul di peringkat pertama justru sebuah situs anti-Yahudi garis keras bernama Jew Watch, bukan situs (pro) Yahudi yang ia inginkan.

Keruan saja hal ini membuat Weinstock, investor pengembang properti dari New York, berang. Maklum, Jew Watch penuh kumpulan artikel pendek dengan judul seperti Jewish Controlled Press dan Jewish Mind Control Mechanism serta topik anti-Semit lain yang membuatnya gerah.

Ia lalu menggulirkan petisi di Internet dengan tujuan mendongkel situs itu dari Google. "Google adalah mesin pencari nomor satu. Dan fakta bahwa hasil pencariannya mengantarkan kita kepada situs anti-Semit menunjukkan ini bukan hal yang biasa," tulis Weinstock dalam pengantar petisinya. Ia yakin, bila petisinya ditandatangani 50 ribu orang, Google akan mendrop Jew Watch dari peringkat pertama. Tapi, sampai Selasa tiga pekan lalu, baru 2.800 orang yang membubuhkan persetujuan mereka.

Juru bicara Google, David Crane, menampik tudingan bahwa Google telah menjelma menjadi partisan. "Hasil pencarian di Google semata-mata berdasarkan perhitungan algoritma yang mencerminkan pendapat paling populer di web, tak bisa dimanipulasi dengan tangan. Kami tak bisa membuat perubahan manual atas perhitungan itu," katanya.

Fenomena ini oleh beberapa kalangan disebut sebagai cyber graffiti. Ada juga yang menyebutnya Google bomb-ing, kendati kejadian begini tak hanya muncul pada mesin pencari Google. Intinya adalah ketika pencarian dengan kata kunci (keyword) tertentu justru menampilkan informasi yang berlawanan dengan yang diharapkan netter, seperti yang dialami Weinstock.

Kasus yang lebih kontroversial, dan berlangsung sejak Oktober 2003, adalah bila Anda mengetikkan frasa "miserable failure" di kotak pencari. Sebenarnya ini adalah slogan resmi ciptaan Richard "Dick" Gephardt, senator Partai Demokrat dari Missouri untuk meledek lawan politiknya, Presiden George W. Bush. Maka, jika seseorang mengetikkan kata kunci itu di Google, yang muncul harusnya adalah situs milik Gephardt. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Google justru memunculkan situs pro-Bush, yaitu biografi resmi sang Presiden, di peringkat pertama. Berikutnya biografi Jimmy Carter, situs penulis Michael Moore, dan situs Senator Hillary Clinton.

Bagaimana pencarian itu bisa nyasar ke alamat lain? Ini terjadi gara-gara ulah George Johnston, pengelola blogspot (buku harian di Internet) Old Fashioned Patriot. Johnston sudah lama kesal dengan kebijakan-kebijakan Bush. Untuk melampiaskan kekesalannya, ia mengajak blogger lain membuat link dari situs masing-masing ke situs biografi sang Presiden dan menggunakan "miserable failure" sebagai kata kunci. Usulnya disambut hangat dan, boom?, dalam sekejap kemampuan algoritma Google langsung "terkecoh" dengan menganggap frasa itu sungguh-sungguh mengacu ke situs Bush. Inilah yang membuat Gephardt, yang sesungguhnya tak tahu apa-apa, kebingungan.

Google bombing memiliki modus yang berbeda dengan pembajakan (hack) terhadap sebuah situs, misalnya yang terjadi pada situs Komisi Pemilihan Umum beberapa hari lalu. Dengan pengeboman itu, pelaku tak merusak situs asli. Isi situs pun tak diganggu.

Beberapa pengeboman Google yang "legendaris" sebelum ini adalah pencarian terhadap kalimat "more evil than satan himself" yang bermuara pada situs Microsoft atau "weapons of mass destruction" yang (seolah-olah) menampilkan halaman error padahal berisi informasi yang meledek kebijakan Amerika Serikat menyerang Irak. Pada salah satu baris di halaman itu tertulis, "Click the bomb button if you are Donald Rumsfeld." Rumsfeld adalah Menteri Pertahanan AS.

Akmal Nasery Basral (ZDNet, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus