Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKIN tinggi pohon, makin kencang angin menerpa. Begitu mungkin perasaan Wiranto, kandidat presiden dari Partai Golkar. Di tengah ramai kampanye, berbagai kasus masa lalu yang membelit namanya justru seperti diuar-uarkan. Terakhir muncul Kivlan Zen, bekas Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, yang menyatakan Wiranto berada di balik pembentukan Pam Swakarsa saat Sidang Istimewa MPR 1998. "Wiranto yang memerintahkan saya membentuk Pam Swakarsa," kata Kivlan di berbagai media.
Wiranto sendiri tampak tak mau menanggapinya. "Biarlah diatasi teman-teman seangkatannya," katanya. Bahkan, ketika terdesak, Wiranto masih sempat berkelakar. "Motif? Motif batik mana? Batik Keris? Batik Solo?" jawabnya ketika ditanyai seputar motivasi Kivlan Zen dengan pernyataan tersebut.
Namun jadwal kampanye, yang membuatnya senantiasa dikelilingi wartawan, tak urung membuat mantan Panglima ABRI ini berkomentar. Serba pendek, memang. Berikut ini beberapa komentar pendeknya saat ditanyai Irmawaty, Raden Rachmadi, dan Suryani Ika Sari dari Tempo News Room dalam berbagai kesempatan.
Kivlan Zen sudah menuding Anda. Apa yang akan Anda lakukan?
Saya tidak ingin menanggapi. Saya ingin tenang dulu untuk berkampanye. Tolong dong hak saya ini dihormati. Biarkan saya berkonsentrasi untuk berkampanye. Pada saatnya saya akan membuat konferensi pers khusus untuk soal ini.
Anda tak merasa terganggu?
Jujur saja, di masa kampanye ini saya justru selalu dirongrong berbagai tudingan yang datang silih berganti. Kemarin masalah pelanggaran hak asasi manusia, kini soal Kivlan ini. Barangkali besok akan datang prajurit yang mempertanyakan mengapa ia dipensiunkan (raut wajah Wiranto terlihat kesal).
Menurut Anda, apa alasan di balik manuver Kivlan?
Saya menduga ada pihak yang sengaja men-set-up ini. Itu saya lihat dari berbagai pernyataannya yang cenderung punya niat buruk. Jadi, untuk apa saya menanggapi hal semacam itu? Kalau niatnya baik, tentu tidak (dibuka) sekarang, dong. Sekarang kan saya tengah sibuk kampanye, dan terus dirongrong soal itu.
Kivlan menantang Anda membawa masalah ini ke pengadilan. Anda siap?
Tolong hormati saya. Biarkan saya berkonsentrasi dulu untuk berkampanye. Nanti akan saya jelaskan semuanya di Jakarta. Saya tahu semua. Saya kan waktu itu Panglima ABRI. (Sabtu, 19 Juni, di Hotel Marannu, Makassar)
Pada 7 Juni, sesaat sebelum berkampanye di Lapangan Pica, Sanur, Bali, Wiranto juga sempat menjawab beberapa pertanyaan.
Benarkah Anda memerintahkan Kivlan Zen membentuk Pam Swakarsa saat Sidang Istimewa MPR pada November 1998?
Saya memang mengetahui ada kelompok-kelompok Pam Swakarsa saat itu. Tapi bukan saya yang membentuknya. Yang saya lakukan saat itu justru berusaha mengamankan pihak yang mendukung dan menolak Sidang Istimewa agar tidak berbenturan. Pam Swakarsa itu posisinya bukan pengaman Sidang Istimewa. Mereka itu bagian dari sistem keamanan rakyat semesta yang terbentuk dengan sendirinya. Sama sekali tidak benar bila saya yang membentuk mereka.
Anda siap ke pengadilan, sebagaimana tantangan Kivlan?
Saya bersedia menjadi saksi seandainya masalah ini sampai ke pengadilan. Ada saksinya. Saya juga masih punya radiogramnya. Pak Noegroho Djajoesman, Kepala Polda Metro Jaya saat itu, juga Pak Fachrul Razi, yang waktu itu menjabat Kepala Staf Umum ABRI, masih ada.
Benarkah Anda masih "berutang" Rp 5,7 miliar untuk dana Pam Swakarsa itu?
Tidak ada utang-piutang saya dengan pihak lain. Apalagi yang jumlahnya sebanyak itu. Tidak.
Ini mengganggu kampanye Anda?
Saya lelah menanggapi berbagai isu ini.
Itu yang membuat Anda terlihat enggan menanggapi? Atau takut, barangkali?
Ini bukan soal berani atau tidak. Saya tidak mau melayani isu-isu ini. Selain itu, masalah ini tentu tidak akan bagus dampaknya kalau saya tanggapi ketika saya sedang menjadi calon presiden. Isu-isu ini akan terus bergulir. Apalagi sekarang pemilu semakin dekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo