Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKILAS, Novotel Lombok Resort and Villas tak berbeda dengan hotel pada umumnya. Di lobi hotel berbintang empat ini, tidak ada pegawai perempuan yang mengenakan jilbab. Pada akhir Mei lalu itu, beberapa turis asing masih mondar-mandir mengenakan bikini, baik di pantai maupun saat berada di meja resepsionis. "Kami masih berkonsep hotel konvensional," kata Asisten Direktur Pemasaran Novotel Lombok, Agung Rinjani.
Tak ada penanda khusus bahwa hotel di kawasan wisata Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, itu memegang predikat destinasi halal terbaik sedunia. Dalam perhelatan World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, akhir November lalu, Novotel Lombok memenangi kategori World's Best Halal Beach Resort melalui pemungutan suara online.
Hotel ini belum lama bersolek sebagai destinasi wisata halal. Dari total 115 kamar, manajemen baru menyulap 10 kamar berstatus "halal". Fasilitas kamar halal itu tak ubahnya kamar biasa. Tempo menemukan petunjuk arah kiblat, perlengkapan salat, dan Al-Quran. Tidak ada keran khusus untuk berwudu di dalam kamar. "Untuk sementara masih memakai shower," ucap Agung. Hanya stiker bundar bergambar Quran dan bertulisan "Friendly Halal Room" menjadi ciri kamar halal di sana.
Di dalam kulkas mungil atau bar mini, tersedia minuman ringan dan air mineral. Tak ada minuman beralkohol, meski dalam daftar menu di kamar masih tercantum beberapa jenis bir yang bisa dipesan. Begitu pula makanan berbahan daging babi, yang masih tertera pada daftar. "Kami segera mencetak daftar menu yang baru," ujar Agung. Ia mengatakan Novotel Lombok tidak lagi menyajikan daging babi dalam dua tahun terakhir. Adapun minuman beralkohol kini hanya disediakan di bar.
Gelar hotel halal terbaik tak lantas mendongkrak tingkat hunian di Novotel Lombok. Menurut Agung, tamu hotel kebanyakan masih turis domestik, lalu disusul wisatawan Australia dan Eropa. Sedangkan pelancong dari negara berpenduduk mayoritas muslim, seperti Malaysia dan Timur Tengah, angkanya tak sampai 5 persen. Novotel juga belum mematok harga berbeda untuk fasilitas kamar halal. Kamar kelas superior, misalnya, dipatok mulai Rp 1,7 juta per malam.
Bukan cuma Novotel Lombok, hotel yang menawarkan fasilitas halal bermunculan di tempat lain. Tak mengherankan bila Indonesia menyabet 12 dari 16 kategori penghargaan World Halal Tourism Awards 2016 di Abu Dhabi. NTB menyumbang tiga kategori, disusul Aceh, Sumatera Barat, Bali, Bandung, dan Jakarta serta maskapai penerbangan Garuda Indonesia. "Banyak potensi yang layak kita jual," kata Ananto Pratikno, pendiri Halal Travel Consortium, asosiasi penggarap bisnis pelesir halal yang beranggotakan 600 agen jasa perjalanan, Sabtu dua pekan lalu.
Menurut Ananto, jumlah pelancong asing yang berkunjung ke Indonesia sepanjang 2015 lebih dari 10,4 juta. Dari jumlah itu, hampir seperlimanya merupakan turis wisata halal. "Targetnya, tahun depan ada 5 juta turis wisata halal ke Indonesia," ujar Ananto di acara Temu Bisnis Wisata Halal 2 di Hotel Balairung, Matraman, Jakarta Pusat. Menurut dia, prospek bisnis wisata halal sangat cerah karena potensinya besar.
Tazbir Abdullah, Asisten Deputi Bisnis dan Pemerintah Kementerian Pariwisata, sependapat dengan Ananto. "Tapi belum kita garap dengan baik," ucapnya. Itu sebabnya, kata dia, Indonesia kalah jauh dari Malaysia.
Menurut Tazbir, negara seperti Korea Selatan, Thailand, dan Jepang bahkan lebih agresif menggarap wisata halal. "Harus kita siapkan produknya, destinasinya--termasuk hotel, restoran, makanan, hingga spa halal--agar tak kalah dari mereka."
Di Nusa Tenggara Barat, bukan hanya Novotel yang sibuk bersolek. Di seantero Lombok dan Sumbawa, banyak hotel berbenah menyambut geliat bisnis wisata halal. Apalagi pemerintah NTB--provinsi berpenduduk mayoritas muslim--telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal. "Kami berkomitmen menjadikan halal tourism sebagai pilihan," ujar Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Fauzal.
Hotel Grand Madani di Kota Mataram bahkan sudah menerapkan konsep hotel syariah sejak beroperasi Juni 2016. Di hotel ini, suara azan bergema di setiap lantai ketika waktu salat tiba. Semua pegawai perempuan hotel berbintang tiga itu berjilbab. Pasangan bukan muhrim jangan harap bisa menginap sekamar. Tanpa ada buku nikah, mereka akan diminta menyewa dua kamar.
Agar kental suasana syariah, nama-nama ruangan utama di Hotel Grand Madani ditulis dalam bahasa Arab dan Inggris. Sebut saja Firdaus Restaurant, Al Malik Room, Jannat Room, dan Safa Marwa Ballroom serta kolam renang Telaga Kautsar. Tak lupa ada perlengkapan salat dan Quran di setiap kamar. "Kamar kami mengikuti ukuran kamar Rasulullah, yaitu 21 meter persegi," kata anggota staf hotel, Saiful. Dengan total 56 kamar, Grand Madani meraup omzet Rp 700-900 juta per bulan. "Maklum hotel baru. Masih merintis," ucap Saiful.
Salah seorang tamu, Dewi Widi Warastuti, mengetahui Grand Madani sebagai hotel syariah dari seorang kawannya. "Katanya ini hotel islami. Akses untuk beribadah mudah," ujar karyawati PT Varia Usaha Beton, Surabaya, itu saat check-in pada Rabu pekan lalu. Adapun Baharudin, tamu lainnya, tidak paham ihwal status "halal" Hotel Grand Madani. "Saya menginap di sini karena ada acara di Islamic Center yang lokasinya berdekatan."
Berbeda dengan Lombok, ceruk bisnis wisata halal di Padang telah lama berkembang. Salah satunya digarap Ero Tour, yang berdiri sejak 1998. Ero Tour menyabet penghargaan World's Best Halal Tour Operator 2016. "Kami menawarkan perjalanan wisata yang sesuai dengan muslim," kata pemilik Ero Tour, Ian Hanafiah.
Pelanggan Ero Tour kebanyakan turis domestik. Dalam dua bulan terakhir, 500 wisatawan dalam negeri memakai jasa mereka. Sepertiga dari jumlah itu berasal dari Malaysia. Paket wisata ini dibanderol Rp 1,5-2,5 juta per orang. Selain diantar ke rumah makan halal dan menginap di hotel dengan fasilitas beribadah, pelancong tak perlu waswas ketinggalan salat selama pelesiran. "Dalam perjalanan, waktu salat sangat kami pertimbangkan," ujar Ian.
...negara seperti Korea Selatan, Thailand, dan Jepang bahkan lebih agresif menggarap wisata halal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo