Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pelaku industri pariwisata meminta pemerintah tidak membatasi kunjungan berbagai segmen wisatawan ke kawasan Labuan Bajo dan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dengan konsep super-premium.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Maulana Yusran, menyatakan konsep super-premium tak menjamin peningkatan devisa karena volume pengunjung bakal anjlok. Menurut dia, tarif yang mahal berpotensi membatasi kunjungan wisatawan. "Jenis turis asing berbeda-beda. Meski mungkin mampu membayar tarif yang mahal, banyak dari mereka yang memilih konsep backpacking di tujuan wisata seperti Labuan Bajo," kata dia, kemarin.
Maulana mengatakan pemerintah seharusnya memadukan konsep leisure dengan bisnis, termasuk menyediakan fasilitas meeting, incentives, conferencing, and exhibitions (MICE) jika ingin mengerek perolehan devisa. "Pariwisata berkualitas itu ada di dalam MICE tourism karena banyak efek ikutannya," ujar dia. Maulana memberi contoh Singapura, Thailand, Australia, dan Malaysia yang menerapkan konsep ini untuk meningkatkan jumlah wisatawan sekaligus mengumpulkan devisa.
Maulana menyatakan pemerintah juga tak seharusnya membangun pariwisata untuk satu acara tertentu. Seperti diketahui, pemerintah mengembangkan sejumlah prasarana di Labuan Bajo untuk KTT G20 pada 2023. "Perlu dipertimbangkan fungsinya nanti setelah acara selesai," tutur dia.
Faktor lain yang perlu menjadi perhatian pemerintah, menurut Maulana, adalah peningkatan turis domestik. Pada 2018, perjalanan turis domestik mencapai 300 juta kali lipat. Pada saat pandemi seperti saat ini, wisatawan domestik menjadi andalan pemulihan ekonomi. Dari sudut pandang perhotelan, dia mencatat okupansi di semua lokasi pariwisata, kecuali Bali dan Bintan, sangat bergantung pada turis domestik.
Namun Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata, Budijanto Ardiansjah, menyatakan kawasan Labuan Bajo memiliki daya tawar tinggi untuk menarik wisatawan. Salah satunya adalah pesona Taman Nasional Komodo. "Komodo harus diakui menjadi andalan," katanya.
Budijanto memperkirakan minat kunjungan wisatawan ke kawasan ini tetap tinggi, meski pemerintah menerapkan tarif mahal. Terlebih lagi, kata dia, dengan fasilitas super-premium, akses menuju lokasi wisata hingga sarana lain sangat terjamin. “Namun kawasan wisata non-premium tetap perlu disediakan untuk menarik minat wisatawan, terutama dari dalam negeri.”
Wacana destinasi eksklusif di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo telah dipersiapkan sejak tahun lalu. Dalam acara 100 CEO Forum yang digelar di Jakarta pada 28 November 2019, Presiden Joko Widodo menyebut Labuan Bajo sebagai satu dari lima destinasi wisata super-prioritas yang akan menjadi pemasukan devisa negara. Dia ingin kawasan tersebut dibangun dengan fasilitas premium dan dibatasi kunjungannya agar bisa dinikmati secara eksklusif.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan konsep itu dirancang untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata. Dia menyatakan pemerintah akan lebih berfokus pada kualitas dibanding kuantitas. Salah satunya adalah membuat wisatawan lebih banyak berbelanja.
Untuk mewujudkan kawasan wisata super-premium, pemerintah telah memulai menata sarana dan prasarana di Taman Nasional Komodo. Salah satunya di Lembah Loh Buaya, Pulau Rinca. Di daerah itu, pemerintah menata dermaga, pembangunan jalan layang untuk akses ranger dan turis agar tak berinteraksi langsung dengan komodo, serta penginapan.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, menyatakan kemajuan proyek ini telah mencapai 30 persen. Dia memastikan pembangunan tersebut tak akan mengganggu area konservasi komodo. "Seluruh aktivitas penataan diawasi 5-10 ranger setiap hari," katanya.
Selain itu, pemerintah menyiapkan kawasan Pulau Komodo menjadi destinasi eksklusif. Aksesnya hanya berlaku bagi anggota atau member dengan biaya keanggotaan US$ 1.000 per tahun.
FRANCISCA CHRISTY | VINDRY FLORENTIN
Menuju Destinasi Wisata Mewah
Taman Nasional Komodo menjadi tujuan wisata andalan di Nusa Tenggara Timur. Dalam dua tahun terakhir, pemerintah gencar menata kawasan ini demi menarik lebih banyak pelancong. Target terbarunya adalah menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai destinasi wisata super-premium untuk wisatawan kelas atas.
Profil Taman Nasional Komodo
- Berdiri sejak 1980.
- Ditetapkan sebagai World Heritage Site dan Man and Biosphere Reserve oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 1986.
- Luas area 2.321 kilometer persegi.
- Habitat bagi sekitar 2.500 komodo dan 28 jenis burung. Perairannya memiliki 385 spesies karang, 10 jenis lumba-lumba, dan 6 macam paus.
Tarif Kunjungan
- Hari Kerja
Jenis Kegiatan Turis Asing Turis Domestik
Karcis masuk Rp 150 ribu Rp 5.000
Penelusuran hutan dan gunung Rp 5.000 Rp 5.000
Pengamatan satwa liar Rp 10 ribu Rp 10 ribu
Snorkeling Rp 15 ribu Rp 15 ribu
Diving Rp 25 ribu Rp 25 ribu
Memancing Rp 25 ribu Rp 25 ribu
- Hari Libur
Jenis Kegiatan Turis Asing Turis Domestik
Karcis masuk Rp 250 ribu Rp 7.500
Penelusuran hutan dan gunung Rp 5.000 Rp 5.000
Pengamatan satwa liar Rp 10 ribu Rp 10 ribu
Snorkeling Rp 15 ribu Rp 15 ribu
Diving Rp 25 ribu Rp 25 ribu
Memancing Rp 25 ribu Rp 25 ribu
Angka Kunjungan ke Labuan Bajo
Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan Asing Total
2015 15.885 45.372 61.257
2016 29.377 54.335 83.712
2017 45.148 66.601 111.749
2018 71.184 91.870 163.054
2019 79.690 102.619 184.208
VINDRY FLORENTIN
SUMBER: BALAI TAMAN NASIONAL KOMODO, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo