Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iyok bukan orang yang kerap kita jumpai pada hari-hari menjelang Ramadan atau setelah Idul Fitri. Lelaki menjelang usia 60 tahun ini senantiasa membacakan surat Yasin, mengazankan, juga mendoakan si mati yang dimakamkan di dekat rumahnya. Tapi bukan hanya itu.
Di Taman Pemakaman Umum Kampung Kandang, Jakarta Timur, nyaris tanpa suara, ia menjalankan sebuah ”dirty job” yang dijauhi banyak orang: menguburkan mayat tak dikenal. Para ”tunawan”, begitu ia menyebutkan korban kecelakaan lalu lintas atau kejahatan yang dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Polri dan tidak pernah diakui sanak keluarganya, atau para penghuni panti wreda dan rehabilitasi mental yang hidup dan meninggal sendiri.
Memang bagian TPU Kampung Kandang yang diurusnya hampir tidak pernah didatangi peziarah. Tempat itu seperti dunia lain. Pada nisan para ”tunawan” tak tertulis nama. Tapi Iyok punya kebijakan khusus buat mereka. Pada papan nisan, ia membubuhkan tanda silang ”X” atau dua kata: ”Tidak Dikenal”.
Cerita tentang mereka yang tersisih, kalah, dilupakan, yang kehidupan dan kematiannya hampir tak diketahui orang, cukup dominan dalam Foto Jurnalistik Tempo 2009 untuk kategori esai foto. Selain Jasad yang Dilupakan karya fotografer Rony Zakaria, dua foto esai pemenang berbicara mengenai orang-orang malang seperti ini dalam versi masing-masing.
Tentu saja, bukan nuansa suram itu yang membuat kami memilih karya-karya tersebut. Kualitas sebuah foto tidak ditentukan oleh tema. Rabu, 6 Januari 2010, dewan juri berkumpul untuk menyeleksi 21 foto terbaik dari tujuh kategori yang kami tetapkan: Spot News, General News, Potret, Lingkungan Hidup dan Iltek, Olahraga, Seni dan Budaya, Keseharian, dan Foto-foto Esai. Sesuai dengan ketetapan, foto-foto yang diterima diambil dalam rentang panjang, dari 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2009. Sayang sekali, menjelang karya-karya pemenang dihamparkan di majalah ini, seorang pemenang foto kategori Potret menarik kembali karyanya yang kami nilai bagus.
Perdebatan panjang di antara lima orang juri akhirnya juga menghasilkan karya yang merupakan Karya Terbaik Foto Jurnalistik Tempo 2009. Drama 7,6 Richter karya Muhammad Fitrah dari harian umum Singgalang, Padang, memperlihatkan ketidakberdayaan, kemanusiaan, dan keberanian sewaktu Padang diguncang gempa berkekuatan 7,6 skala Richter. Fitrah merekam seorang atlet aikido yang terguncang keras, seorang lelaki yang bergegas memasuki gedung yang ambruk, atap bangunan yang runtuh, semua dalam satu frame.
No news is good news. Ungkapan ini seakan masih berlaku dalam foto jurnalistik negeri ini. Para pewarta foto lebih mudah tergoda untuk menyampaikan berita yang membuat dada sesak. Meski berita sedih semakin sering mengerudungi dunia kita, kami menerima foto-foto yang menunjukkan rasa humor.
Disatukan rasa senasib dan harapan, lima sosok dari generasi berbeda berkumpul di kapal milik Angkatan Laut RI, ”dr Soeharso”, yang sedang bersandar di Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, pada 6 Agustus 2009. Ada yang seragam di antara sosok yang berbeda ini: perban pada mata mereka yang guram. Fotografer Agus Susanto berhasil menangkap adegan yang memancing senyum ini dengan baik.
Apa yang kita ingat dari Indonesia pada 2009 tentunya bukan gambaran yang monolitik, dan semua itu berangkat dari pengalaman majemuk dari para fotografer yang pada akhirnya seakan memainkan peranan sejarawan kontemporer. Negeri ini selalu punya adegan yang diratapi, sekaligus yang membuat kita tersenyum bahkan terkakak.
Dewan juri—Oscar Motuloh (Direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara), Julian Sihombing (pewarta senior harian Kompas), Rully Kesuma (Redaktur Foto Koran Tempo), Gilang Rahadian (Redaktur Kreatif Majalah Tempo), dan Idrus F. Shahab (Redaktur Pelaksana Tempo)—sempat mengusulkan sebuah kategori baru untuk pemilihan fotojurnalistik Tempo 2010: humor.
Ada satu lagi yang perlu disampaikan. Kami mendapatkan sesuatu yang istimewa dalam karya fotografer Prasetyo Utomo (Antara). Ia berhasil mengabadikan Hendry Mulyadi, pendukung fanatik tim nasional Indonesia asal Cikarang, Jawa Barat, yang tiba-tiba terjun ke lapangan hijau. Ia menggiring bola dan menembakkan bola ke gawang kesebelasan Oman pada 6 Januari lalu. Peristiwa dan foto ini sebenarnya tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan Tempo. Namun kenekatan, — juga rasa frustrasi Hendry dan kejelian fotografer layak dicatat dunia persepakbolaan kita. Karena keistimewaan itu, kami menetapkan foto ini sebagai Foto Pilihan Editor.
TIM FOTO JURNALISTIK 2009
Penanggung Jawab: Idrus F. Shahab Pemimpin Proyek: Bismo Agung Penulis: Bismo Agung Penyunting: Idrus F. Shahab
Dewan Juri: Julian Sihombing, Oscar Motuloh, Rully Kesuma, Gilang Rahadian, Idrus F. Shahab
Desain: Eko Punto Pambudi, Aji Yuliarto, Danendro Adi, Hendy Prakasa, Kiagus Aulianshah, Agus Darmawan Setiadi, Tri Watno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo