Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Rindu daripada Soeharto

Partai Berkarya lolos sebagai peserta pemilihan umum tahun depan. Menjual nama Soeharto, partai ini menjadi penampung Keluarga Cendana berlaga di politik. aMerangkul tokoh agama dan purnawirawan.

25 Februari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUTOMO Mandala Putra bersyukur Partai Berkarya mendapat nomor urut tujuh dalam Pemilihan Umum 2019. Bagi Tommy Soeharto-panggilannya-angka tersebut merupakan isyarat partainya bakal menangguk hasil yang bagus.

"Angka-angka sial telah diambil partai lain sehingga kita mendapat angka tujuh yang baik. Mudah-mudahan hasilnya juga akan baik," kata Tommy, 55 tahun, dalam acara syukuran partai itu di Gedung Granadi di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu.

Setelah Berkarya menjadi peserta pemilihan umum, Tommy mendorong kadernya bekerja lebih tekun. Target selanjutnya adalah meloloskan Berkarya ke parlemen, baik di Senayan maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. "Maka kita bekerja keras agar mendapatkan kursi sebanyak mungkin," ucap Ketua Dewan Pembina Berkarya itu.

Dengan menguasai parlemen dan menempatkan kader sebagai kepala daerah, Tommy ingin partainya ikut merencanakan anggaran. "Program-program APBN dan APBD harus pro-rakyat kecil, bukan hanya segelintir orang," ujarnya.

Ia lalu membandingkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan ayahnya, Soeharto. Pada akhir era Soeharto, kata Tommy, utang negara sekitar US$ 54 miliar. Kini, menurut dia, utang membengkak hingga tujuh kali lipat. "Kalau ditanya kepada Presiden atau Menteri Keuangan kapan akan lunas, tidak ada yang tahu," ujarnya.

Tommy mungkin tak melihat statistik. Saat lengser, Soeharto meninggalkan utang US$ 68,7 miliar atau sekitar Rp 551,4 triliun dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto mencapai 57,7 persen. Sebagai perbandingan, utang pemerintah pada 2016 mencapai US$ 258 miliar atau setara dengan Rp 3.466 triliun, tapi rasio utang terhadap PDB hanya 27,5 persen, masih lebih rendah dari batas aman 30 persen.

Walaupun datanya tak akurat, kondisi di era Soeharto menjadi jualan Partai Berkarya untuk menjaring suara. Menurut Sekretaris Jenderal Berkarya Badaruddin Andi Picunang, Presiden RI ke-2 itu merupakan magnet partainya. Sosok Soeharto kini menjelma pada Tommy, anak kelimanya. "Mas Tommy kan Pangeran Cendana," katanya.

Didirikan pada 15 Juli 2016, Partai Berkarya merupakan hasil merger dua partai, Partai Nasional Republik dan Partai Beringin Karya. Nasional Republik terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sejak 2012, tapi tak lolos menjadi peserta Pemilihan Umum 2014. Di partai ini, Tommy duduk sebagai Ketua Dewan Pembina.

Sedangkan Beringin Karya dideklarasikan bekas Komandan Pusat Polisi Militer, Mayor Jenderal Purnawirawan Syamsu Djalal, bersama sejumlah politikus Golkar, termasuk Andi Picunang, pada pertengahan Mei 2016. Itu terjadi ketika Golkar sedang menghelat musyawarah nasional di Bali untuk memilih ketua umum, yang akhirnya mengangkat Setya Novanto.

Dalam musyawarah nasional di Bali, menurut Andi Picunang, Tommy sempat berniat maju sebagai Ketua Umum Golkar. Gagal bersaing, ia mengalihkan dukungan kepada Ade Komarudin, yang kemudian dikalahkan Setya Novanto.

Selepas perhelatan di Bali, Andi dan sejumlah pengurus Beringin Karya menemui Tommy. Beringin Karya yang pertama menawarkan merger dengan Nasional Republik. Selain ketokohan Tommy dibutuhkan, Nasional Republik dilirik karena telah memiliki badan hukum. Singkat cerita, kedua partai bergabung dengan nama baru: Partai Berkarya.

Di bawah bendera baru, Syamsu Djalal digeser menjadi Ketua Dewan Penasihat. Posisi Ketua Umum Berkarya ditempati Neneng A. Tuty-sebelumnya Sekretaris Jenderal Nasional Republik. Bersama Tommy Soeharto juga Neneng aktif di organisasi kemasyarakatan Laskar Merah Putih.

Berkarya sempat tak lolos verifikasi administrasi. Menurut anggota Komisi Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan, saat itu Berkarya dianggap tak memenuhi syarat minimal keanggotaan di kabupaten/kota sebanyak seribu orang atau seperseribu jumlah penduduk. Berkarya lalu menggugat keputusan KPU ke Badan Pengawas Pemilihan Umum dan menunjukkan data yang dimaksud sebenarnya sudah dipenuhi.

Menurut Andi Picunang, sejak awal, Berkarya memang didirikan untuk mewujudkan cita-cita Soeharto. Sejumlah agenda telah dicanangkan, dari mewujudkan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil hingga mengubah sistem. "Kami bermaksud mengembalikan Undang-Undang Dasar 1945 ke versi sebelum amendemen," ujar Andi Picunang.

Orang yang paling paham keinginan Soeharto, kata Andi, adalah anak-anaknya sendiri. Kelak, Berkarya tidak hanya menjadi kendaraan Tommy, tapi juga wadah bagi anggota Keluarga Cendana yang ingin berkiprah di politik.

Anggota Keluarga Cendana yang sudah memiliki kartu tanda anggota adalah Haryo Putra Nugroho Wibowo, cucu Sigit Harjojudanto, anak kedua Soeharto. Andi mengatakan Berkarya sudah meminta secara resmi seluruh Keluarga Cendana untuk bergabung. "Lobi-lobinya kami serahkan kepada Ketua Dewan Pembina," ujarnya.

Dengan Keluarga Cendana di belakang, Berkarya tak terlalu kesulitan menggerakkan roda partai. Markas Berkarya di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, menumpang di kantor salah satu perusahaan Tommy. Menurut Neneng, Tommy juga menyumbangkan banyak atribut partai untuk dibagikan kepada kader. Tapi itu bukan berarti pengurus yang lain tak berkontribusi. "Kami urunan, lho," ucapnya.

Walau baru pertama kali ikut pemilihan umum, Berkarya berambisi mendapat 78 kursi dari 575 kursi yang tersedia di Dewan Perwakilan Rakyat pada 2019 atau sekitar 13 persen. Target ini jauh lebih tinggi dari ambang batas parlemen, yakni 4 persen atau cukup dengan menduduki 23 kursi. Menurut Badaruddin Andi Picunang, target itu bukan rekaan, tapi muncul dari hasil perhitungan di lapangan.

Sejak sah menjadi partai politik, kata Andi, Berkarya serius menggarap daerah pemilihan. Hampir tiap pekan Tommy turun ke daerah dan menyerahkan bantuan kepada masyarakat, terutama petani dan nelayan. Daerah yang belakangan kerap disambangi Tommy adalah Jawa Timur. Di sana, Tommy mendorong warga yang dikunjunginya beternak lele dan bergabung dalam koperasi. "Kami berikan pancing, bukan ikan," ujarnya.

Berkat hal itu, Andi mengklaim jumlah anggota partainya membeludak. Di pangkalan data Berkarya, saat ini ada sekitar 500 ribu pemilik kartu anggota partai. Andi meyakini jumlahnya bakal terus bertambah setelah Berkarya resmi menjadi kontestan pemilihan umum.

Ketika berkunjung ke daerah pula Tommy beranjangsana ke kantong-kantong santri. Pada akhir Oktober tahun lalu, misalnya, ia mendatangi sejumlah pesantren di daerah tapal kuda Jawa Timur. Di Pesantren Ahlussunnah Wal Jamaah di Brani, Probolinggo, Tommy sekaligus menghadiri haul Habib Husein bin Hadi al-Hamid ke-33.

Andi mengatakan Tommy dekat dengan sejumlah kiai dan habib. "Beliau punya guru spiritual," ujarnya. Tommy, kata Andi, tak membatasi diri bergaul dengan kiai dari kelompok tertentu.

Karena itu, tak aneh bila Tommy muncul dalam acara ulang tahun Front Pembela Islam ke-19 pada Agustus tahun lalu di Stadion Kamal Muara, Jakarta Utara. Pada Desember tahun lalu, Tommy juga menerima Ketua Umum FPI Sobri Lubis di kediamannya di Jalan Cendana, Jakarta. Mereka membicarakan, antara lain, soal konsep ekonomi kerakyatan.

Menurut Andi, Tommy saat ini tak seperti yang disangka orang-orang. Tommy makin religius dan taat beribadah. "Salatnya tak pernah bolong dan selalu tepat waktu," ujarnya. Di rumahnya di Cendana, Tommy juga menggelar pengajian sepekan sekali.

Tommy pernah menghuni penjara setelah dinyatakan hakim terbukti terlibat dalam pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada 2001. Ia divonis penjara 10 tahun, tapi bebas pada 2006 setelah berkali-kali mendapatkan potongan hukuman. Sejak di dalam penjara, Tommy mendekatkan diri pada agama.

Selain merangkul tokoh agama, Tommy merekrut tokoh-tokoh politik untuk memperkuat partainya. Di Berkarya, ada bekas politikus Partai NasDem, Tedjo Edhy Purdijatno. Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan itu menjabat Ketua Dewan Kehormatan. Ada juga mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayor Jenderal Purnawirawan Muchdi Purwoprandjono, yang menjadi Ketua Dewan Kehormatan sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina.

"Pak Muchdi perannya sentral," kata Neneng A. Tuty. "Dia mengatur organisasi, mengatur strategi. Harus begini, harus begitu."

Menurut Neneng, Tedjo bergabung tak lama setelah Berkarya dideklarasikan. Tedjo meneleponnya dan menyatakan ingin berkiprah di Berkarya. Sedangkan Muchdi dibawa dari Nasional Republik. Di Nasional Republik, Muchdi menjabat wakil ketua umum.

Sejumlah tokoh lain juga diincar. Andi Picunang mengklaim bekas Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, dan bekas Ketua DPR, Marzuki Alie, bakal bergabung ke partainya.

Marzuki mengatakan memang pernah bertemu dengan Tommy Soeharto sebelum Berkarya lolos sebagai peserta pemilu. Menurut dia, dalam pertemuan itu mereka mengobrol tentang masa depan Partai Berkarya. "Tommy punya cita-cita bagaimana rakyat bisa sejahtera. Saya kira bagus. Namun, yang perlu dipoles, saat ini dunia sudah berubah banyak dari zaman orang tuanya," tutur Marzuki.

Dalam kesempatan itu, menurut Marzuki, tak terlontar ajakan Tommy untuk pindah partai. "Saya masih kader Partai Demokrat," katanya.

Pola inilah yang dipakai untuk mendulang dukungan di daerah. Di Jawa Barat, Berkarya menggaet bekas Ketua DRPD Jawa Barat sebagai ketua partai di provinsi itu. Di Kalimantan Selatan, ketua partainya Bupati Hulu Sungai Tengah Abdul Latif, yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi pada 4 Januari lalu. Menurut Andi Picunang, tokoh seperti merekalah yang bakal menjadi ujung tombak dalam pemilihan anggota legislatif, terutama di 78 daerah pemilihan.

Andi mengklaim sejumlah politikus bakal menyeberang ke partainya dalam waktu dekat. "Ada anggota DPR," ujarnya.

Menurut Neneng, yang mengaku pernah main film layar lebar, sejumlah purnawirawan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, partai yang tak lolos verifikasi faktual, sudah mengontaknya dan menyatakan tertarik bergabung. Ada juga partai yang tak lolos verifikasi administrasi yang berencana melebur dengan Berkarya. "Kita lihat dalam waktu dekat," ucapnya.

Apakah Tommy ingin menjadi presiden? "Belum," ujarnya. Neneng buru-buru menambahkan, saat ini, cita-cita itu belum ada karena target mereka lolos parlemen lebih dulu. "Tapi ke depan pasti ada," katanya.

Anton Septian, Raymundus Rikang, Zara Amelia


Anak-Pinak Partai Beringin

KEJATUHAN Soeharto pada 1998 diikuti pecahnya partai penyokong selama 32 tahun dia berkuasa, Golkar. Didirikan untuk mengimbangi Partai Komunis Indonesia oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pada 20 Oktober 1964, mula-mula Golkar bernama Sekretariat Bersama Golongan Karya. Isinya 291 organisasi kemasyarakatan. Soeharto membuat Golkar cepat membesar dengan mewajibkan pegawai negeri menjadi pemilihnya. Anak-anak, bekas menantu, ajudan, bekas menteri, dan kolega bisnis yang dibesarkannya kini memimpin partai yang menguasai parlemen.

27 Mei 1998

Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
» Pendiri: Siti Aminah Sugandhi alias Mien Sugandhi (Menteri Urusan Peranan Wanita 1993-1998)
» Kronologi: Partai ini berawal dari organisasi MKGR, lembaga pendiri Sekretariat Bersama Golongan Karya. Organisasi ini dipimpin Mien Sugandhi, istri R.H. Sugandhi-ketua umum organisasi MKGR yang meninggal pada 1991. Pada 1998, Mien mendeklarasikan pembentukan partai ini, lalu ikut Pemilu 1999. Dalam pemilihan berikutnya, Partai MKGR tak lolos.
» Ketua Umum: Mien Sugandhi

15 Januari 1999

Partai Keadilan dan Persatuan (PKP)
» Pendiri: Edi Sudradjat (mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Panglima ABRI)
» Kronologi: Embrionya organisasi Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB), yang didirikan Edi Sudradjat, Siswono Yudhohusodo (Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan 1993-1998), Sarwono Kusumaatmadja (Menteri Lingkungan Hidup 1993-1998 dan Sekretaris Jenderal DPP Golkar 1993-1998), Hayono Isman (Menteri Pemuda dan Olahraga 1993-1998), serta David Napitupulu (Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar 1983-1988) pada 1998. Tiga kali ikut pemilu, pada 2004, 2009, dan 2014.
» Ketua Umum: A.M. Hendropriyono

9 September 2002

Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)
» Pendiri: Raden Hartono (mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Menteri Penerangan 1997-1998, dan Menteri Dalam Negeri 1998) serta Ary Mardjono (Menteri Agraria 1998 dan bekas pengurus Golkar)
» Kronologi: Hartono sempat bolak-balik ke Cendana menemui Soeharto pada akhir 1999. Ia meminta restu Soeharto untuk mengambil alih Partai Golkar, tapi tidak diizinkan. Soeharto menyarankan dia mendirikan partai baru. Hartono lantas membentuk organisasi kemasyarakatan Karya Peduli Bangsa pada 6 April 2000. Dua tahun berikutnya, Karya Peduli Bangsa berubah menjadi partai dengan nama PKPB. Partai ini juga mendeklarasikan putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana, sebagai calon presiden. PKPB dua kali ikut pemilu, 2004 dan 2009.
» Ketua Umum: Raden Hartono

1 Agustus 2003

Partai Patriot Pancasila
» Pendiri: Japto Soerjosoemarno (Ketua Pemuda Pancasila)
» Kronologi: Bibit Partai Patriot Pancasila berasal dari pengurus Pemuda Pancasila, organisasi pemuda yang menjadi sayap Golkar. Pengurus organisasi itu mendirikan partai karena kecewa terhadap Golkar yang sibuk menata diri menjadi partai dan melupakan kelompok anak muda berseragam loreng hitam-oranye ini. Lalu Japto Soerjosoemarno membentuk Partai Patriot Pancasila. Partai ini dua kali ikut pemilu, 2004 dan 2009. Pada 2009, partai ini berubah nama menjadi Partai Patriot.
» Ketua Umum: Japto Soerjosoemarno

21 Desember 2006

Hati Nurani Rakyat (Hanura)
» Pendiri: Wiranto (mantan Panglima TNI dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan 2016-sekarang), Fuad Bawazier (Menteri Keuangan 1998 dan pengurus Golkar 1998), dan Tuti Alawiyah A.S. (Menteri Negara Peranan Wanita 1998)
» Kronologi: Wiranto bersama beberapa tokoh menggelar pertemuan di Jakarta pada 13-14 November 2006, sebagai langkah awal merintis pembentukan partai. Wiranto sempat menjadi calon presiden dari Partai Golkar pada Pemilu 2004. Ia juga maju menjadi calon Ketua Umum Golkar pada 2004, tapi mundur di tengah jalan dan memilih menyokong Akbar Tandjung, yang kalah oleh Jusuf Kalla. Dua tahun berselang, Wiranto mendirikan Partai Hanura. Sejak 2009, Hanura sudah dua kali ikut pemilu.
» Ketua Umum: Oesman Sapta Odang

6 Februari 2008

Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
» Pendiri: Prabowo Subianto (Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat 1998), Hashim Sujono Djojohadikusumo (adik Prabowo), Fadli Zon (Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat 2014-2019), Ahmad Muzani (anggota DPR 2014-2019), M. Asrian Mirza (fotografer), Amran Nasution, Halida Nuriah Hatta (putri bungsu wakil presiden pertama M. Hatta), dan Abdul Haris Bobihoe (anggota DPR 2014-2019)
» Kronologi: Pada Desember 2007, tiga tahun setelah Prabowo gagal menjadi Ketua Umum Golkar lewat konvensi, para pendiri berkumpul dan sepakat mendirikan Gerindra. Partai ini sudah dua kali ikut pemilu sejak 2009.
» Ketua Umum: Prabowo Subianto

26 Juli 2011

NasDem
» Pendiri: Surya Paloh (pengusaha)
» Kronologi: Partai ini berawal dari organisasi Nasional Demokrat, yang didirikan Surya Paloh bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X serta 45 tokoh nasional di Jakarta, 1 Februari 2010. Belum satu tahun, organisasi tersebut bersalin rupa menjadi partai politik, sehingga para deklaratornya hengkang. Sebelum mendirikan partai, Surya adalah pengurus Partai Golkar. Ia maju menjadi kandidat Ketua Umum Golkar pada 2009, tapi kalah oleh Aburizal Bakrie. Dari situ, Surya mendirikan Partai NasDem, yang ikut pemilu pertama kali pada 2014.
» Ketua Umum: Surya Paloh

15 Juli 2016

Partai Berkarya
» Pendiri: Tommy Soeharto (putra kelima Presiden Soeharto)
» Kronologi: Partai ini gabungan dua partai, yaitu Partai Nasional Republik dan Partai Beringin Karya. Nasional Republik didirikan pada 5 Juni 2012 dengan ketua Jus Usman Sumanegara dan sekretaris Neneng A. Tuty. Nama awal Nasional Republik adalah Partai Sarikat Indonesia, yang berdiri pada 2002. Tommy didapuk menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Nasional Republik. Sedangkan Partai Beringin Karya berdiri pada 13 Mei 2016 dengan ketua umum Syamsu Djalal dan sekretaris Badaruddin Andi Picunang (Sekretaris Jenderal Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia 2010-2015).
» Ketua Umum: Neneng A. Tuty
» Ketua Dewan Pembina: Tommy Soeharto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus