Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEGITU Komisi Pemilihan Umum menyatakan Partai Garuda (Gerakan Perubahan Indonesia) lolos verifikasi dan berhak ikut pemilihan umum pada 2019, nama partai ini langsung populer. Di Google, nama Partai Garuda menempati peringkat teratas dalam kolom pencarian, mengalahkan Partai Berkarya, Tommy Soeharto, dan Partai Solidaritas Indonesia.
Penyebabnya adalah pelbagai isu yang menyebutkan Partai Garuda merupakan Partai Komunis Indonesia yang bersalin rupa, berideologi fasisme seperti Nazi, kepanjangan tangan geng "Sembilan Naga", dan berafiliasi dengan Keluarga Cendana, sebutan untuk keluarga penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto.
Ahmad Ridha Sabana, Ketua Umum Garuda, menghimpun tuduhan itu dari media sosial dan kabar dari koleganya. Menurut Sabana, tuduhan PKI dikaitkan dengan aktivitas Garuda yang tanpa koar-koar. Tahu-tahu, partai itu lolos verifikasi KPU. "Kami bergerak dalam senyap ke daerah-daerah. Dikiranya PKI sedang bangkit," kata Sabana, Kamis pekan lalu.
Partai Garuda didirikan Sabana bersama sejumlah koleganya pada 15 April 2015. Setahun sebelumnya, Sabana maju sebagai calon anggota legislatif dari Partai Gerindra, tapi gagal. Di Gerindra, partai yang dipimpin mantan suami Titiek Soeharto, Prabowo Subianto, hanya kakaknya yang lolos ke Senayan, Ahmad Riza Patria. Keduanya anak mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia, Amidhan Shaberah.
Setelah tak cukup meraup suara ke parlemen, tanpa koar-koar, Sabana mendekati orang-orang di daerah untuk menjadi pengurus partainya. Dalam kurun empat tahun, ia berhasil menghimpun cabang partai sesuai dengan syarat KPU. "Empat pengurus inti partai adalah perempuan, cukup syarat dalam keterwakilan perempuan," ujar Ketua KPU Arief Budiman. Garuda menyewa Gedung Senatama Lantai 5, Jalan Kwitang Raya Nomor 8, Jakarta Pusat, sebagai markas partai hingga 31 Desember 2021.
Tuduhan reinkarnasi Nazi muncul karena gambar dalam logo Partai Garuda mirip dengan burung yang sedang menggenggam swastika pada logo Nazi, partai yang didirikan Adolf Hitler dan berkuasa di Jerman sampai Perang Dunia II pecah. Gara-gara logo itu juga partai ini dituduh dimodali geng "Sembilan Naga"--sebutan untuk kelompok pengusaha Tionghoa yang menguasai bisnis gelap di Jakarta.
Menurut Sabana, para penuduh di Internet menebak-nebak berdasarkan jumlah bulu pada kedua sayap dan ekor. "Mereka menghitung masing-masing ada sembilan pada tiap sisinya, padahal yang benar tujuh," tuturnya.
Yang terakhir, sejumlah orang menyebutkan Siti Hardijanti alias Tutut, anak pertama Soeharto, ada di belakang Partai Garuda. Menurut Sabana, tuduhan itu muncul karena ia pernah menjadi Direktur PT Citra Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), perusahaan milik Tutut, pada 2014. Sabana menjabat Direktur Utama TPI ketika perusahaan itu bersengketa dengan pemilik MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, yang kini memimpin Partai Perindo.
Sabana mengatakan partainya tak berhubungan dengan Tutut sama sekali. Ia terakhir bertemu dengan Tutut tiga tahun lalu pada hari ulang tahun anak perempuan tertua Presiden Soeharto itu. Setelah itu, mereka tak pernah berkomunikasi sama sekali. Tutut pun, kata Sabana, tak pernah mengucurkan dana ke Garuda. Hingga kini, menurut dia, Garuda dibiayai dengan dana yang dirogoh pengurus dari saku masing-masing.
Anggota Keluarga Cendana lain yang dikenal Sabana adalah Hutomo Mandala Putra. Mereka beberapa kali bertemu saat Sabana masih di TPI dan berkantor di Gedung Granadi di kawasan Kuningan, Jakarta. "Ketemu biasanya pas mau Jumatan," katanya. "Saya sapa beliau, ’Mas Tommy, apa kabar?’"
Anton Septian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo