Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yudi Ahmad Tajudin: Aktor Pendukung Film Pilihan Tempo 2024 Lewat Kabut Berduri

Akting Yudi Ahmad Tajudin menghidupkan kompleksitas sosok Bujang dalam film Kabut Berduri. Jadi pusat plot twist.

9 Februari 2025 | 08.30 WIB

Yudi Ahmad Tajudin di Jakarta, 31 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy
Perbesar
Yudi Ahmad Tajudin di Jakarta, 31 Januari 2025. Tempo/Charisma Adristy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Film Kabut Berduri bercerita tentang kasus pembunuhan berantai yang terjadi di perbatasan Indonesia-Malaysia.

  • Akting Yudi Ahmad Tajudin memerankan Bujang mengantarnya menjadi Aktor Pendukung Pilihan Tempo 2024.

  • Menurut Yudi, ada kemiripan antara sosok Bujang dan pahlawan super Batman.

SEJAK awal Yudi Ahmad Tajudin sudah menyadari bahwa sosok Bujang menjadi kunci terjaganya ketegangan dan misteri dalam film Kabut Berduri. Karena itu, saat pembuatan adegan, dia bolak-balik bertanya kepada sutradara Edwin bagaimana emosinya ketika memerankan sosok tersebut. “Jangan sampai aku malah memberikan spoiler ke penonton,” kata pria 52 tahun itu ketika ditemui Tempo di sebuah kedai kopi di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat, 31 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Bujang muncul dalam Kabut Berduri dengan ciri tubuh yang khas. Pria paruh baya ini berjalan dingklang dengan tubuh miring ke kanan. Punggung kirinya tampak lebih menonjol jika dilihat dari belakang. Penampilannya lusuh dengan baju lengan panjang berkelir kuning-oranye yang sudah pudar, celana pendek, dan sepatu bot yang biasa dipakai petani atau pekerja kebun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bujang adalah pekerja pengawas perkebunan sawit di pelosok Kalimantan. Pria beruban itu dikenal sedikit aneh, tapi ringan tangan dan gemar bercerita. Di awal film, Bujang terlihat hanyalah sempalan kecil pelengkap cerita film crime thriller lokal yang tayang di platform streaming Netflix sejak 1 Agustus 2024 itu. Namun ia kunci plot twist sekaligus jawaban akhir dari misteri film Kabut Berduri.

Yudi Ahmad Tajudin sebagai Bujang dalam Film Kabut Berduri. Foto: Eriek Juragan/Netflix Indonesia

Kabut Berduri bercerita tentang kasus pembunuhan berantai yang terjadi di perbatasan Indonesia-Malaysia. Para korban pembunuhan berasal dari latar belakang berbeda. Namun semuanya ditemukan dengan kepala terpenggal.

Inspektur Polisi Dua Sanja Arunika (diperankan Putri Marino) dikirim dari Jakarta untuk membantu mengungkap kasus pelik ini. Ia ditemani Brigadir Polisi Kepala Thomas (diperankan Yoga Pratama), anggota kepolisian setempat. Ibarat mengurai benang kusut, keduanya menyelisik satu per satu fakta dari rentetan pembunuhan itu. 

Bujang juga sempat membantu Sanja membongkar kasus tersebut. Siapa sangka, di balik karakter polos dan remeh itu, dia memberikan kejutan besar di akhir cerita. Dialah pelaku pembunuhan berseri tersebut. 

Bagi Yudi, memerankan karakter penyaji plot twist punya tantangan tersendiri. Ia harus pintar-pintar mengatur emosi saat menampilkan karakter demi mendukung alibi. Yudi harus bisa memerankan Bujang dengan ekspresi sang karakter tapi dengan emosi sedatar mungkin. Ia berhati-hati agar tidak menumpahkan emosi sebelum momen pengungkapan. 


•••

INI kedua kalinya Yudi Ahmad Tajudin tampil dalam film garapan Edwin. Sebelumnya, mereka bekerja sama dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang tayang pada 2021. Yudi menuturkan, sejak awal Edwin memintanya terlibat dalam Kabut Berduri khusus memerankan Bujang. “Setelah membaca naskah, aku sangat tertarik,” ujarnya. 

Dari naskah itu, ia memahami ciri ketubuhan cacat Pak Bujang. Tak lupa Yudi berkonsultasi dengan sutradara sekaligus penulis cerita itu tentang ciri fisik Pak Bujang. Hasilnya, tubuh miring dan kaki pincang itu rupanya hasil sebuah kecelakaan saat Bujang membantu tentara Indonesia memberantas pemberontak komunis Pasukan Rakyat Kalimantan Utara atau Paraku di hutan. 

Bukan hal yang sulit bagi Yudi menerjemahkan ciri fisik Bujang. Pengalaman puluhan tahun di atas panggung teater diakuinya sebagai modal kuat menuntaskan tantangan dari sutradara Edwin. 

Yudi memulai karier seni teater pada usia 15 tahun saat menempuh pendidikan sekolah menengah atas di Yogyakarta pada 1987. Beranjak kuliah di Universitas Gadjah Mada, ia mendirikan Teater Garasi, yang masih eksis sampai sekarang. Bersama Teater Garasi, Yudi menyabet Prince Claus Award dari Belanda pada 2013. Puluhan lakon pertunjukan teater sudah ia sutradarai.

Selain ciri fisik, bahasa menjadi titik fokus Yudi dalam film ini. Ia dan para pemeran lain mendapat pelatihan dialek bahasa Melayu Kalimantan dan Dayak sebelum proses pengambilan gambar. Karena bukan bahasa ibu, bahasa Melayu yang jadi dialek Bujang sulit dipraktikkan oleh Yudi. “Yang tak kalah penting, aku harus bisa mengetahui pikiran tokoh Bujang ini,” kata Yudi.

Aktor pendukung film Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah dan Autobiography itu tertarik betul pada isi kepala Bujang. Menurut Yudi, Bujang adalah orang yang menyimpan heroisme di hatinya. Ia ingin berbuat sesuatu untuk lingkungan tempat tinggalnya. Segudang masalah tersaji gamblang di perbatasan Kalimantan dan Malaysia, dari pembalakan liar, penyerobotan hutan adat demi kebun sawit, korupsi pembangunan infrastruktur perbatasan, polisi korup, tentara jahat, sampai perdagangan manusia. 

Isu terakhir itu yang membuat darah Bujang mendidih. Ia melihat anak-anak perempuan asli keturunan Dayak diperdagangkan dengan mudah ke Malaysia. Meski bukan asli orang Dayak, Bujang punya kepedulian luar biasa terhadap anak-anak lokal. Karena alasan itu, dia berlindung di balik kabut memburu orang-orang yang ia anggap jahat. Dengan alibi berpatroli di kebun sawit, dia gentayangan membantai pelaku perdagangan manusia dari tokoh Umi (Siti Fauziah), orang tua yang tega menjual anaknya; sampai polisi bernama Panca (Lukman Sardi), yang jadi beking.

Kiki Narendra (kiri), Yudi Ahmad Tajudin, Yusuf Mahardhika, Lukman Sardi, dan Yoga Pratama dalam Gala Premiere film Kabut Berduri di Metropole XXI, Jakarta, 31 Juli 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Bujang hanya orang kecil yang tak dilihat. Dia adalah orang kalah yang digilas zaman. Namun dia tak ingin duduk diam dan jadi saksi kejamnya perdagangan manusia. Ia ingin mencabut akar masalah di desanya. “Cara yang ia tahu, ya, dengan membunuh,” tutur Yudi. 

Menurut Yudi, dialog terakhir Bujang menjadi kalimat paling tepat menggambarkan motif perbuatannya. Dalam dialog itu, Bujang ingin kasus pembunuhan berantai di desanya memantik perhatian orang-orang pusat untuk melihat kebobrokan yang terjadi di wilayah perbatasan. Ia ingin tempat tinggalnya lebih diperhatikan oleh pemerintah pusat. 

Yudi setuju bahwa ada kemiripan tokoh Bujang dengan pahlawan super Batman, yang memilih cara kekerasan untuk memberantas pelaku kejahatan di Kota Gotham. Bedanya, Batman punya beragam kekuatan dan harta untuk menghakimi sendiri para penjahat. Sedangkan Bujang dibatasi kekurangan fisik, juga tak punya kuasa dan harta. Karena itu, ia berlindung dalam pekatnya kabut dan sosok Ambong yang dianggap masyarakat sebagai hantu hutan pelindung masyarakat adat. 

Berkali-kali Bujang bercerita tentang asal-usul Ambong sampai mengaku bisa mendengar bisikan makhluk yang tak jelas wujudnya itu. “Cara yang ia lakukan salah, tapi ada semacam kemuliaan di dalam diri Pak Bujang,” ucap Yudi.

•••

JURI Film Pilihan Tempo 2024 memilih Yudi Ahmad Tajudin menjadi Aktor Pendukung Pilihan Tempo 2024. Mereka menilai Yudi sukses memerankan karakter kompleks yang membawa sisi baik dan jahat secara seimbang. Dia berhasil menerjemahkan isi pikiran dan keresahan sosok Bujang, termasuk menyampaikan alasan kuat ia harus melakukan pembunuhan berantai. “Cerita Kabut Berduri ada pada dirinya. Dia menjadi tokoh yang ditunggu-tunggu,” kata seorang juri. 

Juri lain menilai Yudi cakap menyisipkan secuil misteri dalam karakter Bujang. Bumbu misteri yang berasal dari sejarah kelamnya tatkala membantu penumpasan pemberontak Paraku tersaji tipis seperti melengkapi sikap diam dan senyumnya. “Kalau aktor lain yang memerankan mungkin akan beda hasilnya,” ujar juri tersebut.

Sutradara Kabut Berduri, Edwin, angkat topi untuk Yudi. Edwin menilai aktingnya sesuai dengan tokoh Bujang yang ia tulis. Salah satunya ciri kecacatan fisik yang tampak begitu natural.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Penghayatan Bulat Algojo Dingklang

Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus