Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Polri mengevaluasi penjagaan di Mabes Polri setelah serangan teror Zakiah Aini.
Zakiah Aini diduga menyembunyikan pistol di balik baju sehingga bisa lolos dari petugas jaga Pintu 3 Mabes Polri.
Aksi Zakiah Aini menembus Mabes Polri dikhawatirkan menginspirasi para teroris.
JAKARTA – Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Jalan Trunojoyo Nomor 1, Jakarta Selatan, dijaga ketat puluhan polisi bersenjata lengkap, kemarin. Mereka tidak hanya berjaga di pintu masuk, tapi juga di setiap sisi kompleks markas. Penjagaan ketat ini dilakukan setelah pelaku teror, Zakiah Aini, berhasil menembus masuk ke area Mabes Polri, Rabu sore lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari tiga pintu masuk Mabes Polri, hanya satu pintu yang dibuka, yaitu akses masuk di Jalan Raden Fatah. Di gerbang 3 ini terdapat puluhan polisi bersenjata laras panjang. Polisi juga melibatkan anjing pelacak serta kendaraan taktis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Agus Andrianto, memohon maaf kepada masyarakat atas pengamanan ketat di markasnya tersebut. "Mohon maaf bila masyarakat yang membutuhkan pelayanan di Mabes Polri agak terganggu dengan pemeriksaan sebelum masuk," kata Agus, kemarin.
Pada pukul 16.30, Rabu lalu, Zakiah Aini berhasil masuk ke kompleks Mabes Polri. Gadis berusia 25 tahun ini lolos dari penjagaan polisi di Pintu 3 Mabes Polri, padahal ia membawa sepucuk pistol jenis airgun.
Dari gerbang 3, Zakiah berjalan ke gerbang utama yang berjarak sekitar 200 meter. Lalu, Zakiah menodongkan pistol ke polisi di pos penjagaan pintu utama. Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, Zakiah sempat menembak sebanyak enam kali ke arah polisi. Lalu polisi balas menembak Zakiah, hingga perempuan yang beralamat di Ciracas, Jakarta Timur, itu tewas di tempat.
Tempat kejadian perkara penembakan Mabes Polri, Jakarta, 1 April 2021. TEMPO/Subekti.
Sigit mengatakan, sesuai dengan pemeriksaan awal, lembaganya memperoleh informasi bahwa pelaku beraksi seorang sendiri. "Tersangka pelaku lone wolf berideologi radikal ISIS yang dibuktikan dengan posting-an di media sosial," katanya.
Setelah insiden ini, Polri mengevaluasi sistem pengamanan di Mabes Polri serta di semua kantor polisi. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Rusdi Hartono, mengatakan evaluasi tersebut dilakukan untuk memperbaiki kekurangan sistem penjagaan markas.
Selain mengevaluasinya, kata Rusdi, lembaganya memeriksa personel polisi yang bertugas di pos penjagaan tempat Zakiah Aini masuk ke Mabes Polri. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperjelas cara Zakiah bisa menembus penjagaan di pintu tiga yang dilengkapi detektor metal. Apalagi Zakiah membawa pistol angin berbahan logam. "Apabila ada kelalaian, ada SOP yang dilanggar, tentunya akan diberi tindakan," kata Rusdi.
Polisi menduga Zakiah menyembunyikan airgun di dalam pakaiannya sehingga tak terdeteksi. Bisa jadi pistol itu diselipkan di pinggang atau bagian tubuh lainnya. Saat itu, Zakiah menggunakan baju terusan yang menutup dari atas hingga ujung kaki.
Pengamat terorisme, Stanislaus Riyanta, berharap polisi segera meningkatkan kualitas pengaman di kantor mereka. Sebab, di mata pelaku teror, polisi merupakan sasaran yang empuk. "Pemeriksaan harus diperketat di luar dan dalam pos penjagaan," kata Stanislaus.
Menurut Stanislaus, saat ini terbuka peluang teroris melakukan serangan susulan setelah teror Zakiah Aini. "Mereka bisa termotivasi setelah aksi teror Zakiah."
ANDITA RAHMA | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo