Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah narasi beredar di di media sosial, di antaranya di TikTok [arsip] dan Facebook [arsip], yang menyatakan bahwa Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus yang baru-baru ini muncul di Cina mirip Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian konten itu berisi gambar yang dikaitkan dengan merebaknya HMPV. Gambar menampilkan kegiatan pengambilan sampel swab masyarakat oleh petugas yang mengenakan pakaian hazmat. Berikut bunyi narasinya: Setelah COVID-19, ada wabah baru HMPV yang juga dimulai di Tiongkok. Aduh jauh jauh deh jgn smpe k indo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, benarkah HMPV adalah virus yang baru-baru ini muncul di Cina?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo melalui jurnal ilmiah dan artikel situs-situs kredibel menunjukkan, bahwa Human Metapneumovirus (HMPV) bukanlah jenis virus baru dan berbeda dengan virus penyebab Covid-19.
HMPV sebenarnya pertama kali diisolasi di Belanda pada tahun 2001 dari bagian tenggorokan di belakang rongga hidung (nasofaring) yang dikumpulkan selama 20 tahun dari anak-anak kecil yang menderita penyakit saluran pernapasan ringan hingga berat yang ditandai dengan batuk, bronkiolitis, dan pneumonia.
Meski begitu, lewat studi retrospektif (penelitian yang menggunakan data yang sudah ada untuk menganalisis peristiwa yang telah terjadi di masa lalu), menunjukkan jumlah individu yang memiliki antibodi hMPV tinggi di antara manusia pada tahun 1958 di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut telah beredar dalam populasi manusia setidaknya dalam kurun 66 tahun.
Selain di Belanda, dua penelitian retrospektif di Kanada mendeteksi HMPV dalam spesimen yang dikumpulkan dari pasien dengan penyakit pernapasan antara tahun 1993 dan 2001. Sebuah penelitian lainnya di Amerika Serikat mendeteksi HMPV dalam spesimen dari tahun 1976 hingga 2001. Secara kolektif, penelitian ini menunjukkan bahwa HMPV telah beredar tanpa terdeteksi selama beberapa dekade.
Dilansir Tempo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyatakan HMPV bukanlah virus yang baru-baru ini muncul di Cina, melainkan telah diidentifikasi tahun 2001 di Belanda. Budi menyatakan pihaknya memiliki bukti tes laboratorium bahwa virus tersebut juga telah lama berada di Indonesia. Namun, HMPV belum pernah menjadi ancaman nasional maupun internasional, tidak seperti Covid-19 yang bisa menjadi pandemi.
Pengidap virus tersebut pada umumnya tidak mengalami kondisi yang berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya. Hal ini juga berbeda dengan Covid-19 yang gejalanya beragam hingga dapat menyebabkan kematian. Dia menjelaskan HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Orang yang tertular virus ini bisa mengalami batuk, demam, pilek, dan sesak napas, yang tergolong tidak parah, sebagaimana terkena flu biasa.
Meskipun tidak berbahaya, masyarakat dianjurkan untuk menghindari penularan dan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu dianggap tetap perlu waspada.
HMPV Berbeda dengan COVID-19
SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19 adalah jenis virus baru yang muncul di akhir 2019 dan dapat menyebar sepanjang tahun karena adanya varian yang terus berkembang. Sedangkan HMPV telah ada sejak tahun 1950an, umumnya meningkat selama musim dingin dan musim semi. Selain itu, Covid-19 dapat menyebabkan kasus yang lebih parah dan memerlukan perawatan intensif lebih sering, dibandingkan HMPV.
Penyebabnya pun berbeda. HMPV disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxoviridae, yang biasa menyerang anak-anak, lansia, dan individu dengan imunitas lemah. Sementara Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 dari keluarga Coronavirus, dengan spektrum gejala yang lebih luas, mulai dari anosmia hingga komplikasi berat seperti sindrom distres pernapasan akut (ARDS).
Penelitian yang terbit di Jurnal Acta Clinica Belgica pada 2019 yang meneliti RSV dan HMPV pada 2006-2016 di negara bagian Flanders, Belgia, menemukan bahwa penyakit tersebut menyebar lebih luas di sepanjang musim dingin dan semi. Pasien pengidap HMPV kebanyakan bayi usia 6 sampai 9 bulan dan orang tua yang usianya lebih dari 50 tahun.
Di Amerika Serikat terdapat kesamaan dalam hal waktu kemunculan virus tersebut, yakni selama musim dingin hingga tembus musim semi, sebagaimana dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa HMPV adalah virus atau penyakit yang khas pada cuaca tertentu, yakni pada musim dingin dan sekitarnya. Sementara di Indonesia tidak terjadi musim dingin (winter) seperti di negara-negara empat musim. Sehingga, menurut Zubairi, HMPV tidak akan menjadi masalah serius di Indonesia dan masyarakat tidak perlu khawatir.
“HMPV tampaknya tidak akan menjadi masalah di Indonesia, tidak akan menjadi masalah berat juga di dunia. Bahwa HMPV meningkat di Cina, juga di beberapa negara lain, itu adalah penyakit terkait musim (seasonal), adalah penyakit yang dipengaruhi oleh cuaca musim dingin, namun kenaikannya tidak terlalu signifikan di negara lain,” kata Zubairi melalui pesan suara, Selasa 7 Januari 2025.
Dia mencontohkan kasus HMPV di Amerika Serikat memang meningkat saat musim dingin, namun jumlahnya tetap lebih rendah dibandingkan jumlah orang-orang yang terkena influenza dan RSV.
“Bagaimana mengenai yang HMPV ini ke Indonesia, dugaan saya sama sekali tidak akan menjadi masalah serius di Indonesia. Paling yang bisa terkena adalah turis (dari Indonesia) yang bepergian ke negara musim dingin, dan itu tidak akan banyak mempengaruhi kondisi kesehatan di Indonesia pada umumnya,” kata Zubairi lagi.
Tempo juga memverifikasi gambar yang digunakan dalam konten di media sosial. Berikut hasil penelusurannya:
Verifikasi Gambar
Gambar sejumlah orang yang mengikuti pengambilan sampel swab dalam konten yang beredar, sesungguhnya tidak terkait dengan isu HMPV. Foto itu menggambarkan kegiatan pengambilan sampel swab untuk tes Covid-19 di kota Wuhan, Cina, 15 Mei 2020, sebagaimana diberitakan CNN.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan HMPV adalah virus yang baru muncul di Cina yang mirip Covid-19 adalah klaim keliru.
HMPV sudah diidentifikasi di Belanda tahun 2001 dan telah menyebar lebih dari 60 tahun di sejumlah negara. Selain itu, HMPV memiliki sejumlah perbedaan dengan coronavirus (Covid-19), yakni HMPV meningkat hanya di wilayah yang mengalami musim dingin dan setara dengan flu biasa yang tidak mematikan. Sedangkan Covid-19 bisa menyebabkan kematian dan bisa menyebar di negara dua musim maupun empat musim.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]