Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

<font color=#FF9900>Berhemat Setrum</font> Lewat Google

Google meluncurkan PowerMeter untuk mengukur konsumsi listrik. Bisa lebih irit.

16 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKARANG Kirsten Olsen Cahill punya kebiasaan baru setiap kali bangun dari mimpi setiap pagi. Manajer Program di Google.org—yayasan sosial milik Google—ini selalu membuka komputer dan melongok di Internet berapa besar listrik yang dikonsumsi apartemennya.

Suatu kali dia terperanjat manakala mengetahui listrik yang dipakai menembus 600 watt atau melonjak tiga kali lipat dari biasanya. Dia lalu berkeliling apartemen, mengecek satu per satu alat listrik. Sumber masalah itu ada di dapur.

”Ternyata suami saya menyalakan panggangan roti malam sebelumnya dan tombolnya rusak,” ujarnya. Panggangan itu nyala semalam suntuk. ”Untung, saya cepat sadar. Jika tidak, apartemen saya bakal terpanggang.”

Russ Mirov, salah satu insinyur Google, punya cerita lain. Sekarang dia bisa hidup lebih tenang karena tak lagi terbebani tagihan rekening listrik. Sebab, tagihan listriknya sudah jauh berkurang, turun 64 persen dibanding setahun lalu. Tahun ini dia yakin bisa berhemat ongkos listrik lebih dari US$ 3.000 atau Rp 36 juta.

Yang dia lakukan sebenarnya tak banyak-banyak amat. ”Saya mengganti kulkas yang umurnya sudah 20 tahun dengan yang lebih irit listrik,” katanya. Dia juga menggusur lampu pijar yang boros setrum dan mengatur ulang jadwal nyala pompa kolam renangnya. Biasanya, pompa tersebut nyala sepanjang waktu.

Kirsten dan Russ sama-sama tersadar, penggunaan setrum di tempat tinggalnya melonjak tinggi setelah melongok Google PowerMeter, peranti lunak bikinan Google.org yang diluncurkan bulan lalu. Fungsi PowerMeter ini adalah menampilkan penggunaan listrik setiap waktu lewat Internet.

Seperti Kirsten dan Russ, mereka masuk ke akun iGoogle miliknya, dan tambahkan widget PowerMeter. Nah, setiap kali hendak mengetahui berapa besar setrum yang disedot rumahnya, mereka tinggal buka iGoogle, PowerMeter otomatis menampilkan penggunaan listrik saat itu juga.

Fungsi PowerMeter ini sepertinya hanya sepele saja, yakni hanya menyodorkan data penggunaan listrik secara real time. Namun, menurut Ed Lu, anggota tim perancang PowerMeter, mengutip hasil penelitian Environmental Change Institute, Universitas Oxford, perguruan tinggi top di Inggris, hanya dengan menampilkan data penggunaan setrum, ternyata pemakaian listrik bisa lebih irit 5-15 persen.

Angka pengiritan tersebut barangkali tak terlalu mengesankan. Tapi bayangkan jika konsumen listrik di Pulau Jawa dan Bali bisa menekan konsumsi listrik 10 persen saja dari beban puncak (15 ribu hingga 16 ribu megawatt), itu berarti irit 1.600 megawatt atau setara dengan beban puncak separuh wilayah Pulau Sumatera.

Logikanya sederhana. Ed Lu mengatakan selama ini pelanggan listrik tak benar-benar tahu seberapa besar setrum yang dipakai setiap bulan. Tatkala tagihan datang, mereka hanya tahu jumlah tagihan yang harus dibayar. Kalau suatu ketika tagihan listrik mendadak melonjak, ya mereka hanya bisa menebak-nebak apa penyebabnya.

Jika di rumah ada dua mesin pendingin beda merek yang masing-masing mengklaim hanya butuh setrum 320 watt, kita sebenarnya juga ”buta” apa benar konsumsi listrik dua mesin itu sama persis. ”Ibarat belanja di hipermarket, bagaimana kita bisa ketat dengan anggaran kalau tak ada harga yang tercantum pada setiap barang?” ujar Ed Lu. PowerMeter membuat konsumsi setrum lebih benderang. Sehingga setiap kali ada perangkat listrik yang kelewat boros setrum, bakal segera ketahuan.

PowerMeter tersebut sekarang memang masih berstatus percobaan. Google.org baru mengujinya di 30 rumah karyawan Google. PowerMeter juga dipasang di apartemen Sergey Brin, 35 tahun, pendiri Google dan salah satu orang terkaya di dunia.

Cara kerja PowerMeter ini tak rumit. Dia membaca konsumsi listrik dari smart meter, ini semacam meteran listrik yang ada di setiap pelanggan PLN. Bedanya dengan meteran listrik analog, yang satu ini lebih cerdas.

Perusahaan listrik tak perlu mengirim petugas ke rumah-rumah untuk mencatat berapa besar pemakaian setrum. Meteran pintar ini otomatis mencatat penggunaan setrum dan mengirim datanya ke perusahaan setrum lewat jaringan listrik atau biasa disebut power line communication.

”Thomas Alva Edison (penemu lampu pijar) meninggal pada 1931. Tapi, kalau dia ada di sini sekarang, dia tak akan menemui kesulitan memahami cara kerja PowerMeter, sebab tak banyak bedanya dengan saat itu,” kata Tom Sly, Kepala Proyek PowerMeter. Di seluruh dunia, diperkirakan sudah ada lebih dari 40 juta smart meter yang terpasang.

Sebagian dari urusan mengirit listrik ini memang masalah kebiasaan. Karena itu perlu waktu untuk mengubah kebiasaan. Dennis Arfmann, pengacara di Colorado, misalnya, harus berdebat dengan istrinya tentang mana perangkat listrik yang menjadi prioritas dan mana yang bisa digudangkan. ”Perlu empat bulan untuk negosiasi,” ujarnya.

Kesepakatan akhirnya dicapai: istrinya bersedia mengurangi kulkas, sebaliknya Dennis bersedia menaikkan suhu pemanas ruangan biar lebih hangat. ”Tapi ini benar-benar tantangan,” ujar Ray Tuomey, seorang warga Colorado, yang bersemangat mengirit listrik.

Sebelum muncul Google PowerMeter sebenarnya sudah ada beberapa peranti lunak yang fungsinya agak mirip. Misalnya PowerView milik InPower System dan Tendril Residential Energy Ecosystem. Baik PowerView maupun Tendril menyatu dengan perkakas listrik yang mereka pasarkan. Selain mencatat penggunaan setrum, termasuk besar tagihan, PowerView dan Tendril ini juga merekam besar emisi karbon yang dihasilkan untuk memproduksi setrum tersebut. Bahkan data Tendril bisa juga diakses dari telepon seluler.

Pemerintah Amerika Serikat memang sedang getol mengembangkan smart-grid, sistem kelistrikan yang cerdas, mulai dari urusan produksi, distribusi, hingga ujungnya, konsumsi. Tujuan akhirnya satu saja, mengirit listrik. Pemerintah Presiden Barack Obama sudah menganggarkan US$ 11 miliar untuk riset smart-grid dan memasang 40 juta smart meter.

Berbeda dengan PowerView dan Tendril, Google berencana menggratiskan PowerMeter. Mereka juga membuka pintu lebar-lebar bagi siapa pun yang berniat mengembangkan aplikasi untuk menyempurnakan PowerMeter. ”Kami tak mungkin mengembangkan produk ini sendirian,” kata Kirsten.

Seberapa besar manfaat PowerMeter ini, selain bergantung pada kesediaan pelanggan listrik menggunakannya, sangat bergantung pada kerelaan perusahaan setrum dan pembuat perangkat smart meter membuka diri. Menurut Kirsten, supaya data konsumsi setrum ini gampang diakses siapa pun, semestinya menggunakan protokol dan standar terbuka.

Soal kerahasiaan data, Google menjamin tak akan membagikan data listrik itu ke pihak lain. Pelanggan, kata Ed Lu, juga punya keleluasaan mengontrol data. Mereka bisa meminta Google menghapus rekaman data atau meminta perusahaan setrum menghentikan akses data dari PowerMeter.

Sapto Pradityo (CNet, New York Times)

SMART METER, semacam meteran listrik yang ada di setiap pelanggan PLN.

  1. smart meter merekam semua setrum yang disedot alat-alat listrik.
  2. Google membaca data dalam smart meter dan menampilkannya di web.
  3. smart meter juga mengirim data yang sama ke perusahaan listrik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus