Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Microsoft dan RealNetworks adalah pembuat peranti lunak pemutar dokumen video dan audio (media player software). Media player software kurang-lebih bisa diartikan sebagai perangkat lunak yang dipakai untuk mengirimkan dokumen berbentuk video dan audio ke jaringan internet, sekaligus program yang digunakan oleh pengguna komputer untuk mendengarkan dan menontonnya.
Dewasa ini ada tiga program pemutar video dan audio paling populer di jaringan internet: RealPlayer bikinan RealNetworks, Media Player milik Microsoft, dan Quick Time dari Apple Computer. Mereka bersaing keras merebut hati pengguna komputer dan internet. Untuk sementara, RealPlayer lebih unggul ketimbang para pesaingnya. Menurut biro riset Media Matrix, RealPlayer diakses oleh sekitar 20 juta pengguna internet pada 1999, sedangkan Media Player cuma 15 juta dan Quick Time 7 juta pada tahun yang sama.
Sementara itu, menurut Nielsen/NetRatings, pada November silam saja, RealPlayer (dari berbagai versi) telah dipakai oleh 8,9 juta orang atau setara dengan 12,1 persen pengguna aktif internet. Quick Time mengekor tepat di belakangnya dengan rekor 5,4 juta pemakai atau 7,4 persen pangsa pasar. Windows Media Player duduk di urutan ketiga dengan 2,4 juta pengguna atau 3,2 persen pangsa pasar.
Salah satu kunci keunggulan RealPlayer dibandingkan dengan pesaingnya, menurut para analis, adalah adanya program yang disebut Jukebox. Berkat program tersebut, konsumen dapat menyimpan dan mengorganisasi koleksi video dan audionya di dalam komputer. Hingga saat ini, tercatat 20 juta konsumen yang terdaftar sebagai pemakai Jukebox. Microsoft, sebaliknya, tidak memiliki fasilitas semacam itu.
Namun, dominasi RealPlayer tampaknya tak akan bertahan lama. Microsoft mengejar dengan meluncurkan Windows Player 7, akhir Maret silam. Peranti lunak pemutar media ini membawa beberapa pembaruan dan perbaikan. Ia kini mampu mengorganisasi dan memainkan dokumen musik ataupun video pada komputer. Selain itu, ada semacam Jukebox bagi format MP3 serta fasilitas-fasilitas baru lainnya, seperti penyeimbang suara (equalizer) 10-band dan lampu penunjuk lamanya lagu.
Anehnya, meski sekarang mampu menangani hampir semua format audio dan video, Windows Player 7 tetap tak mampuatau lebih tepatnya tidak maumenjalankan dokumen yang disimpan dalam format RealPlayer. Padahal, RealPlayer dapat menjalankan dokumen yang disimpan dalam format Media Player.
Inikah trik monopoli Microsoft untuk menyingkirkan RealPlayer seperti yang dilakukannya terhadap Netscape? Mungkin saja. Yang jelas, Microsoft memang telah menunjukkan tanda-tanda monopoli setelah beberapa tahun terakhir ini "menempelkan" Media Player ke dalam paket peranti lunak Windows. Ini seperti peribahasa "sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui." Artinya, dengan menjual Windows, Microsoft sekaligus memopulerkan Media Player.
Praktek monopoli itu makin transparan ketika pekan lalu Microsoft mengumumkan kerja samanya dengan para pembuat perangkat digital portable. Melalui kerja sama tersebut, para pembuat perangkat digital "diharuskan" memakai Windows Media Player sebagai program standar. Taktik ini jelas bakal makin menaikkan kelarisan Media Player.
Microsoft berkepentingan betul menjadikan produknya sebagai standar format media pemutar. Soalnya, menurut para analis, dalam jangka panjang, persaingan itu bukan sekadar menyangkut soal peranti lunak apa yang digunakan untuk mendengarkan musik atau menonton video. Lebih dari itu, kompetisi itu kelak akan menentukan teknologi milik siapa yang akan menjadi standar pendistribusian siaran televisi, film, musik, serta pelbagai jenis media lain.
"Siapa yang sekarang memenangi persaingan antarmedia pemutar bakal menjadi raja di masa depan," kata Allen Weiner, wakil presiden layanan analitis Nielsen/NetRatings, seperti dikutip New York Times, "Dalam konteks inilah kita harus melihat arti pertempuran antara RealPlayer dan Media Player."
Lantas, siapa yang bakal unggul? Masih terlalu dini untuk menentukan siapa yang akan menduduki takhta nomor satu. Di tangan konsumenlah keputusan itu terpulang.
Wicaksono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo