Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Antropolog Unair Tanggapi Tren Cek Khodam Online: Hanya Hiburan

Cek khodam online, menurutnya, menjadi viral karena masyarakat Indonesia sangat suka dengan hal mistis dan cocoklogi.

2 Juli 2024 | 11.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang ulama mengobati pasien dengan terapi Rugyah di Masjid Al Markaz, Makassar, (16/6). Terapi Ruqyah adalah salah satu pengobatan untuk membantu mengeluarkan jin atau yang sering disebut dengan Khodam. TEMPO/Fahmi Ali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tren cek khodam online ramai menarik minat netizen Indonesia di media sosial saat ini, seperti Instagram, Tiktok, hingga Xyang. Antropolog Universitas Airlangga (Unair) Biandro Wisnuyana mengatakan fenomena itu hanya ekspresi media hiburan masyarakat. “Ini cuma digunakan sebagai have fun aja,” kata Biandro melalui keterangan yang diterima Tempo, Senin 1 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam bahasa Arab, khodam memiliki arti penjaga, pembantu, atau pengawal. Namun, istilah ini diidentikkan dengan sesuatu yang mistis seperti pembantu dari kalangan jin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara, cek khodam online, menurutnya, menjadi viral karena masyarakat Indonesia sangat suka dengan hal mistis dan cocoklogi atau percocokan logika. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam dituntut percaya terhadap hal ghaib.

“Nah, cocoklogi dianggap menarik karena secara logika masuk, namun data empiris maupun historis tidak memiliki bukti yang kuat,” ucap Biandro.

Biandro mengatakan bahwa masyarakat Indonesia telah mempercayai hal-hal gaib, seperti khodam sejak zaman dulu. Dulunya, masyarakat percaya bahwa khodam adalah entitas tidak terlihat yang memiliki hubungan timbal balik melalui perjanjian dengan manusia. Mereka juga percaya bahwa ada dua cara untuk mendapatkan khodam, yakni melalui ‘ilmu’ magis dan keturunan.

Biandro mengatakan seni pewayangan Gatotkaca menjadi bukti adanya kepercayaan terhadap khodam di masyarakat lampau, tepatnya saat cerita peperangan antara Gatotkaca dengan Brajadenta dan Brajamusti dalam penggulingan tahta Kerajaan Pringgadani. Jiwa keduanya kemudian ‘masuk’ ke tangan kanan dan kiri Gatotkaca.

Biandro juga berkata bahwa khodam dapat berupa manusia maupun hewan. Misalnya, cerita klasik Prabu Siliwangi yang dipercayai masyarakat memiliki khodam berupa harimau putih. Masyarakat percaya jika khodam yang bersemayam memiliki karakteristik tertentu yang tercermin ke manusia itu.

“Ketika seseorang berhadapan atau berkomunikasi dengan orang si pemilik khodam itu mereka akan segan, kemudian mereka akan tunduk,” tambahnya.

Namun, khodam kini mengalami perubahan makna. Dulu, khodam masyarakat anggap sebagai magis. Sementara kini hanya sebagai media hiburan melalui cek khodam online.

Perubahan makna khodam di masyarakat saat ini membuat rasa takut atau kekhawatiran terhadap hal ghaib hilang. Bahkan, kini menjadi media hiburan. Adapun dampak negatif yang dapat muncul bagi anak-anak hingga remaja adalah over self confidence atau terlalu percaya diri dengan khodam yang mereka miliki.

Ketika khodam mereka ‘bagus’ atau ‘keren’, orang-orang malah merasa bisa melakukan segala hal seenaknya sendiri. Hal itu juga dapat memunculkan perspektif mengganggu bagi masyarakat yang benar-benar percaya terkait khodam.

“Silakan untuk bereuforia dengan adanya fenomena ini, namun jangan sampai menjadikan hal ini sebagai satu acuan, karena ini hanya hiburan. Keabsahan terkait dengan data empirik maupun historis itu masih perlu dipertanyakan,” tandas Biandro.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus