Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uang, bagi Buyung Akram, bukan segalanya. Ia senang karyanya bisa dinikmati orang lain. Ia juga tak mau repot-repot mengurus legalitas hasil inovasinya itu. Buyung lebih mengutamakan berkreasi ketimbang sibuk membicarakan royalti.
Lewat navigasi.net, Buyung berbagi peta digital Indonesia. Siapa pun bisa mengunduh koleksi peta kota besar lewat situs yang dikelolanya itu untuk disuntikkan ke perangkat Global Positioning System (GPS). Meski para pengguna peta digital bukan sembarang orang, mengingat harga perangkat GPS masih mahal, Buyung menggratiskannya.
Ini berbeda dengan peta keluaran Garmin milik perusahaan Amerika. Untuk mengunduhnya, pengguna harus mendaftar dan membayar. ”Saya hanya ingin peta ini bisa digunakan oleh berbagai kalangan. Dengan digratiskan, saya harap bisa menumbuhkan kreasi baru,” ucap lelaki berusia 36 tahun ini.
Selain menyediakan peta jalan, situs Buyung juga memberikan panduan tentang berbagai obyek wisata di Tanah Air. Artikel wisata memang mudah ditemukan karena terserak di media cetak dan Internet. ”Tapi banyak pembaca yang tak tahu di mana lokasinya,” ucapnya.
Buyung membiayai situs yang ia buat lima tahun lalu itu dari koceknya sendiri. Namun, untuk memperkaya isi situs, ia dibantu sekitar 17 ribu anggota yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Bahkan sudah ada pula yang menjadi map developer. Mereka inilah yang aktif mengunggah peta beberapa daerah.
Mayoritas peta di navigasi.net dibuat dari Google-map. Sedangkan untuk beberapa lokasi yang tak ada di Google-map, Buyung sangat mengandalkan sumbangan para anggota. Namun, lantaran tak semua lokasi dapat dicek akurasinya, terkadang ada kesalahan dalam menentukan koordinat suatu lokasi. ”Untuk Jakarta, tingkat kesalahan hanya 1 atau 2 meter. Untuk daerah, ada yang lebih dari 10 meter. Perlu biaya lagi untuk mengecek kebenarannya,” ujar sarjana teknik elektro Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu.
Meski ada kekurangan di sana-sini, navigasi.net masih tetap menjadi andalan para pengguna GPS di Indonesia sebagai situs rujukan. Sayangnya, hasil karya Buyung dan rekan-rekannya ini belum dilirik kementerian pariwisata.
Toh, Buyung tak peduli. Ia tak mempermasalahkan apakah pemerintah menaruh perhatian atau tidak. Ia bahkan tak berniat membuat proposal bantuan. ”Situs ini untuk membantu mereka yang tak bisa mengakses peta digital yang kebanyakan berbayar,” ucapnya.
Firman Atmakusuma, Dimas Adityo
Navigasi.net
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo