Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Data Pelanggan McDonald's Korea Selatan dan Taiwan Jadi Sasaran Hacker

McDonald's mengaku operasi sehari-harinya tidak terpengaruh dan tidak ada uang tebusan yang diberikan.

14 Juni 2021 | 14.05 WIB

Ilustrasi hacker. mic.com
Perbesar
Ilustrasi hacker. mic.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Restoran penyedia makanan siap saji McDonald’s di Korea Selatan dan Taiwan menjadi target sasaran baru serangan siber oleh para peretas atau hacker. Serangan tersebut terjadi pada Jumat, 11 Juni 2021, dan membuat data pelanggan dan karyawan bocor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para hacker dapat mengakses email, nomor telepon, dan alamat pengiriman. “Tetapi pelanggaran itu tidak termasuk informasi pembayaran pelanggan,” ujar pihak perusahaan, seperti dikutip Gagdets NDTV, Minggu, 13 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rincian pelanggaran di dua wilayah tersebut merupakan hasil investigasi oleh konsultan eksternal menyusul aktivitas tidak sah di jaringan perusahaan. Meski perusahaan dapat menutup akses dengan cepat setelah identifikasi, penyelidikan menetapkan bahwa sejumlah kecil file diakses, beberapa di antaranya berisi data pribadi.

“Kami akan mengambil langkah-langkah untuk memberi tahu regulator dan pelanggan yang tercantum dalam file,” tutur perusahaan makanan siap saji asal Amerika Serikat itu.

Sebelumnya, beberapa kelompok hacker melakukan serangan siber terhadap beberapa institusi, termasuk rumah sakit, dan perusahaan pengolah daging terbesar di dunia JBS, juga perusahaan minyak Pipeline yang berdampak pada terganggunya operasi selama berjam-jam sehingga menyebabkan kekhawatiran kekurangan pasokan.

Beberapa perusahaan bahkan harus membayar uang tebusan untuk mendapatkan kendali atas operasi mereka dan memulai kembali produksinya. JBS memberikan konfirmasi bahwa pihaknya telah membayar tebusan US$ 11 juta (Rp 156,8 miliar) sebagai tanggapan atas peretasan tersebut.

Sementara, Colonial Pipeline membayar uang tebusan US$ 4,4 juta (Rp 62,7 miliar). Namun, McDonald's mengaku operasi sehari-harinya tidak terpengaruh dan tidak ada uang tebusan yang diberikan.

“Kami akan menggunakan temuan dari penyelidikan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan langkah-langkah keamanannya,” tutur pihak McDonald’s.

 

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus