Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Debat Kecerdasan Buatan atau AI di Forum Ekonomi Dunia, Ada yang Bilang Halusinasi

Munculnya kecerdasan buatan via ChatGPT OpenAI membuat investasi dan perubahan besar-besaran pada perusahaan teknologi sejak 2022.

18 Januari 2024 | 12.37 WIB

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menghadiri pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia ke-54 di Davos, Swiss, 17 Januari 2024. REUTERS/Denis Balibouse
material-symbols:fullscreenPerbesar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menghadiri pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia ke-54 di Davos, Swiss, 17 Januari 2024. REUTERS/Denis Balibouse

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Munculnya ChatGPT OpenAI membuat investasi dan perubahan besar-besaran pada perusahaan teknologi sejak 2022. Kendati demikian para CEO yang berkumpul di Forum Ekonomi Dunia (WEF) menilai bahwa kecerdasan buatan atau AI saat ini, hanyalah sebuah ilusi yang penuh kekecewaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Forum Ekonomi Dunia digelar di Davos, Swiss, mengutip laporan Reuters pada Kamis, 18 Januari 2024, terjadi perdebatan dari para CEO tentang perkembangan AI dan harapannya untuk masa depan. Salah satunya dari perusahaan cloud dan keamanan internet Cloudflare, Matthew Prince. Ia berpendapat kalau AI generatif perlu banyak pengembangan lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Matthew turut merasa kecewa dengan perkembangan AI, ia menilai masih terlalu dini untuk menganggap bahwa AI sebagai sebuah kecanggihan, kalimat yang cocok disematkan ke AI adalah kekecewaan. "Semua orang berpikir saya bisa membuat demo keren ini, tapi di mana nilai sebenarnya," kata Matthew di Forum Ekonomi Dunia, dalam konteks memberikan pandangannya terhadap perkembangan AI.

Tidak hanya Matthew, kritikan terhadap AI juga disampaikan oleh CEO startup generasi video AI Synthesia, Victor Riparbelli. Ia menjelaskan bahwa ChatGPT mengalami peningkatan yang sangat pesat sejak awal peluncuran di November 2022.

Riparbelli memperkirakan ada sekitar 100 juta pengguna yang mengakses ChatGPT. Fenomena ini menjadikan ChatGPT sebagai salah satu aplikasi pertama dalam sejarah dengan pertumbuhan tercepat di bidang teknologi. Lalu, istilah perkembangannya disebut sebagai AI generatif di ujung jari konsumen.

Dengan perkembangan yang cukup pesat, AI menawarkan pelbagai kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya. Raperbelli mencontohkan bahwa AI mampu menulis pesan singkat dan menghasilkan puisi, bahkan bisa pula membuat tugas sekolah dan mengumpulkan informasi di mesin pencarian.

Walakin terjadi perkembangan dan kemudahan dalam penggunaan AI, menurut Riperbelli hal tersebut bukanlah sebuah keuntungan. Sebab dia menilai kalau AI masih jauh dari yang diharapkan. Salah satu alasannya adalah AI tidak memiliki sebuah kejelasan dan capaian akhir, Raperbelli menganalogikannya sebagai suatu yang halusinasi.

"Salah satu masalah adalah tidak ada jalan jelas untuk mengakhiri apa yang disebut halusinasi, atau konten palsu yang dihasilkan AI," kata Riperbelli. Pandangan ini turut disertakannya dengan sebuah analisis, bahwa ilmuwan komputer belum mampu membatasi risiko konten palsu yang berpeluang dilakukan ChatGPT.

AI Harus Beri Manfaat dan Rasa Aman

Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang mengatakan, perkembangan AI diharapkan sejalan dengan cita-cita awal dari penciptaan teknologi tersebut. AI harus bisa memberikan nilai manfaat kebaikan untuk kebersamaan.

Qiang menilai bahwa manfaat AI hanya bisa ditemukan bila dikelola dengan tepat. "Ai harus dikelola, karena AI menimbulkan risiko terhadap keamanan dan etika kita. Presiden Tiongkok ingin PBB memainkan peran sentral dalam diskusi AI ini," kata Qiang di Forum Ekonomi Dunia.

Perhal kesepakatan para eksekutif yang hadir di Forum Ekonomi Dunia, ingin untuk AI generatif seperti ChatGPT mengambil langkah dengan melampaui batasan dan tren-tren yang ada. Selain itu, juga mempertegas lagi posisi AI dalam ranah profesi dan aktivitas sehari-hari.

Salah satu contohnya adalah tidak mencampuradukkan penggunaan AI dalam profesi yang bisa saja berbahaya, seperti pengobatan di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Laporan Reuters mencatat bahwa AI bisa membantu dokter dalam bertugas, namun bukan menggantikan dokter dengan chatbot AI.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus