Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Gibran dan Mahfud MD Perdebatkan Carbon Capture and Storage, Greenpeace: Tidak Efektif Tangkal Emisi

Greenpeace berpendapat carbon capture and storage hanyalah tipuan dan akal-akalan semata, agar industri batu bara tampil bak pahlawan di mata publik.

27 Desember 2023 | 10.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dua orang pekerja memeriksa Sumur Pad-A SKW, Lapangan Sukowati, Bojonegoro, Jawa Timur Kamis, 7 Desember 2023. PT Pertamina (Persero) baru mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan migas tersebut. Kredit foto: Dokumentasi Pertamina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan carbon capture and storage atau CSS diperdebatkan Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD di Debat Cawapres 2024. Merespons hal tersebut, Greenpeace Indonesia berpendapat kalau CSS hanyalah tipuan dan akal-akalan semata, agar industri batu bara tampil bak pahlawan di mata publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semula, CSS diperdebatkan terkait bagaimana cara mengatur regulasinya. Menurut Greenpeace Indonesia, tidak perlu hal tersebut diperdebatkan, sebab CSS bukan langkah efektif untuk mengurangi emisi. Dari instagram Greenpeace Indonesia, CSS disebut juga dengan penangkap atau penyimpan karbon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"CSS tidak efektif dan bukan bagian dari upaya mengurangi emisi. CSS akan tetap melepas carbon karena emisi tersebut tidak akan bisa disimpan selamanya," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, pada Selasa, 26 Desember 2023.

Iqbal menilai bahwa CSS sama saja dengan menyimpan sampah atau limbah berbahaya. Solusi nyata untuk mengatasi emisi seharusnya dengan melindungi hutan, lahan gambut dan mangrove yang tersisa.

Sebab itu Greenpeace Indonesia menilai pembahasan CSS di Debat Cawapres 2024, hanya memberi ruang kepahlawan untuk industri batu bara, padahal berbahaya dan tidak efektif.

"CSS juga tidak efektif karena butuh tempat penyimpanan yang besar dalam waktu lama, lalu harus dipindahkan ke wilayah pembuangan. Seluruh prosesnya pun memerlukan biaya yang mahal," ujar Iqbal. 

"Tidak ada yang lebih efektif dan lebih murah untuk menangkap dan menyimpan karbon selain hutan dan ekosistem alami lainnya," kata Iqbal. Dia menilai bahwa transisi ke energi terbarukan diharapkan bisa segera dilakukan karena emisinya jauh lebih rendah atau bahkan nol.

CSS, menurutnya, hanyalah akal-akalan dan tipu daya dari industri minyak bumi dan batu bara agar dapat tampil sebagai pahlawan di depan publik, tapi di belakang tetap merusak bumi dan meraup keuntungan dengan meningkatkan produksi BBM yang seharusnya dikurangi.

Dibanding menghapus energi kotor secara bertahap, Greenpeace Indonesia menyarankan untuk mengubur miliaran ton karbon dioksida di bawah tanah agar tidak menyebabkan pemanasan global dan membuat krisis iklim.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus