Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Imitasi Setriliun Rumah Bill Gates

C&C membuat sistem rumah pintar. Harganya mahal. Masih sepi peminat.

7 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI apa kira-kira rumah orang terkaya kedua di dunia, William Henry ”Bill” Gates III? Luas rumah di atas bukit yang menghadap ke Danau Washington di Seattle, Amerika Serikat, itu sekitar 6.130 meter persegi, dengan luas lahan 2,1 hektare.

Di dalam rumah yang sangat jembar itu ada 24 kamar mandi, tujuh kamar tidur, tiga dapur, bioskop dengan 20 kursi, aula untuk 200 tamu, gym, serta perpustakaan yang menyimpan koleksi buku dan naskah langka milik pasangan Bill-Melinda Gates. Lima tahun lalu, harga tempat tinggal pasangan Gates itu ditaksir US$ 140 juta atau sekitar Rp 1,26 triliun. Harga rumah itu setara dengan 5.000 rumah tipe 36 di pinggiran Jakarta.

Walaupun dalam segala ukuran serba berlimpah, rumah Bill Gates barangkali bukanlah tempat tinggal termahal di planet ini. Bukan pula angka-angka itu yang mengesankan, melainkan rupa-rupa sensor dan teknologi yang dibenamkan di lantai atau tembok istana Gates tersebut. ”Tempat tinggal saya adalah rumah untuk masa depan. Memang cantik, tapi yang paling penting nyaman ditinggali,” pendiri Microsoft Corporation itu menulis di bukunya, The Road Ahead.

Rumah itu benar-benar sepintar pemiliknya. Dari ujung ke ujung ada sensor dan sistem otomasi yang menjalankan seribu macam fungsi. Ketika Bill atau Melinda datang, lampu dan pendingin atau pemanas ruang akan menyala, dan perkakas audio akan melantunkan lagu sesuai dengan selera mereka secara otomatis. Jika mereka masuk ke kamar mandi atau nyemplung di kolam renang, keran akan mengucurkan air panas dengan suhu yang pas dengan kebiasaan Bill ataupun Melinda.

Ketika ada panggilan, otomatis server akan mengarahkan ke pesawat telepon paling dekat. Setiap tamu yang berkunjung akan diberi kartu chip dan bisa memilih seperti apa selera mereka: musik, suhu udara, juga temperatur air. ”Kartu itu untuk memberi tahu siapa kamu, ada di mana kamu, dan juga seperti apa seleramu,” kata Bill. Jadi, ketika sang tamu berpindah ruangan, suhu kamar dan musik akan menyesuaikan diri dengan pilihan dia.

Bahkan, demi menyelamatkan pohon-pohon maple yang sudah berumur lebih dari 140 tahun di halamannya, Bill Gates memasang sensor kelembapan tanah untuk memantau apakah pohon itu kekurangan air atau berlebih air. Saat tanah di kaki maple kering, sensor akan memerintahkan keran menyemprotkan air. ”Saya percaya, beberapa tahun lagi, banyak rumah akan memasang sistem otomasi seperti di tempat tinggal saya.”

l l l

TERANG bisa dihitung dengan jari berapa gelintir orang di dunia ini yang mampu memasang sistem otomasi rumah meniru istana pintar milik Bill Gates. ”Kalau mau sistem otomasi agak lengkap, harganya memang masih sangat mahal,” kata Widiyantono, Direktur C&C, pekan lalu.

Dia bercerita, ada seorang calon klien yang akan memasang sistem otomasi rumah pintar buatan C&C di rumahnya di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Untuk membuat rumah pintar ”kecil” ala Bill Gates, dia menganggarkan Rp 500 juta. ”Jadi, kalau harga rumahnya kurang dari lima miliar rupiah, ya enggak pas,” Widiyantono terbahak. Karena mahal itulah peminat rumah pintar ini belum banyak. Menurut Samsudin, anggota staf pemasaran C&C, kebanyakan hanya memasang kamera keamanan. Pemilik rumah di Pantai Mutiara itu merupakan calon pengguna pertama rumah pintar.

Sedari mula, C&C yang didirikan Widiyantono empat tahun lalu ini memang berfokus mengembangkan peranti lunak pengenal wajah, obyek, dan suara. Teknologi pengenal wajah ini sudah dipakai di beberapa produk C&C, seperti untuk absensi karyawan, manajemen tamu, atau sistem keamanan. Beberapa perusahaan besar, seperti PT Telkom, Bank BNI, dan Jamsostek, menjadi pengguna peranti lunak C&C.

Lewat teknologi pengenal wajah, obyek, dan suara inilah solusi rumah pintar C&C dibuat. Untuk sistem keamanan, misalnya, rumah pintar menggunakan pengenal obyek. Ketika ada obyek bergerak di halaman, kamera rumah pintar akan mendeteksi apakah obyek ini manusia, binatang, atau benda bergerak lain. Ketika terdeteksi bahwa obyek itu manusia, server rumah pintar akan menyalakan alarm atau lampu dan mengirimkan surat elektronik alias e-mail ke pemilik rumah.

Yang membedakan sistem keamanan rumah pintar dengan kamera keamanan lain, menurut Widiyantono, ”Rumah pintar hanya merekam kala ada obyek bergerak melintas.” Jadi pemilik rumah tak perlu merekam terus-menerus dan tak repot memutar berjam-jam video dari kamera keamanan.

Sensor obyek ini juga akan menyalakan lampu dan menghidupkan penyejuk udara bila mendeteksi penghuni atau tamu melintas. Ketika penghuni pergi, perlahan rumah pintar akan mengurangi cahaya lampu serta dingin udara dan akhirnya mematikannya. Untuk mengoperasikan perangkat audio-video, rumah pintar menggunakan sensor perintah suara. ”Tapi, masalahnya, saya belum menemukan mik yang benar-benar sensitif,” kata Widiyantono. Ketika tak ada suara di sekitar, mik apa pun tak jadi soal. Tapi, bila banyak ”polusi” suara, perlu mik yang sensitif supaya perintah suara bisa akurat dibaca rumah pintar.

Rupa-rupa sensor dan sistem otomasi bisa dipasang di rumah pintar. Untuk lampu luar rumah, misalnya, sensor cahaya bisa digunakan, sehingga ketika gelap datang, lampu otomatis perlahan menyala. Di dapur, untuk mencegah kebakaran, ditanam sensor asap, panas, atau sensor bau untuk mengendus kebocoran gas (lihat infografis).

Berbagai fungsi itu bisa dipantau dan dijalankan lewat Internet. ”Sekarang kan banyak orang punya BlackBerry atau ponsel pintar, jadi tak ada masalah,” ujar Widiyantono. Kalau si pemilik lupa mematikan kompor listrik, rumah pintar akan memperingatkannya dan dia tinggal mematikan kompor itu sembari menyesap secangkir Frappuccino di Starbucks.

Sapto Pradityo


Tak Cuma Pintar Menangkap Maling

Efek suara dan video: Bila rumah ditinggalkan kosong, untuk memberi kesan rumah berpenghuni, dari jauh bisa dinyalakan rekaman suara ataupun video.

Audio & video: Lewat sensor berat di lantai, perkakas audio-video menyala otomatis di ruangan mana pun.

Temperatur: Sensor gerakan atau berat badan secara otomatis akan menyalakan AC, kemudian mematikannya ketika tamu atau penghuni pergi.

Pintu & jendela: Ketika pintu depan, jendela, atau gerbang terbuka pada jam yang janggal, misalnya tengah malam, server akan memberi tahu pemilik.

Lampu: Lampu otomatis menyala ketika sensor gerakan menangkap orang dan padam ketika dia berlalu. Sensor cahaya juga bisa mengatur seberapa terang nyala lampu.

Halaman: Ketika tamu datang tak diundang meloncati pagar, sensor gerakan akan menangkapnya. Lampu disorotkan dan peringatan segera dikirim ke pemilik rumah.

Dapur: Bila ada kebakaran, sensor asap atau panas akan mengirim pesan atau menyalakan alarm.

Gerbang: Ketika tamu datang dan memencet bel, wajahnya terekam kamera. Server mengirim rekaman wajah tamu ke pemilik rumah lewat e-mail. Bolehkah dia masuk?

Taman: Secara berkala, sistem akan mengatur waktu penyiraman. Pemilik bisa juga memberi perintah dari kantor lewat SMS atau Internet.

Internet: Ke mana pun anak berseluncur di Internet, bisa dipantau dari mana pun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus