Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PESAWAT Adam Air DHI-574 baru sekitar setengah jam lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya. Posisi pesawat Boeing 737-400 saat itu berada di sekitar perairan Selat Makassar menuju Bandara Sam Ratulangi, Manado.
Pukul 13:29:44, pilot mulai mendeteksi masalah pada inertial reference system (IRS), salah satu perangkat navigasi. ”Ada beda dua puluh delapan derajat,” katanya merujuk pada panel IRS kiri dan kanan. Setelah itu pilot Reffi Agustian Widodo dan kopilot Yoga Susanto sibuk membahas IRS ini.
13:47:10 Pilot: ”Lihat di QRH. Kalau IRS nomor dua dimatikan, lihat apa yang terjadi.”
13:47:25 Kopilot : ”IRS”
13:47:46 Pilot: ”Navigasi, lihat di FMS.”
13:48:11 Kopilot: ”Tak masalah.”
13:48:17 Pilot: ”IRS kacau”
”Tanya posisi, kalau seperti ini kita bisa tersesat,” kata salah satu dari mereka yang terekam oleh perangkat cockpit voice recorder. Kopilot kemudian menanyakan arah dan posisi ke menara kontrol di Makassar. Namun mereka tak menggunakan informasi dari menara kontrol untuk mengecek IRS.
Pukul 13.56.55, pilot meminta kopilot mengubah posisi IRS ke ATT (attitude). Yoga mengubah IRS kanan ke posisi attitude. Tindakan ini otomatis mematikan fungsi autopilot dan pesawat kembali ke kendali manual. Pada saat itu, salah satu dari mereka mestinya mengambil alih kendali pesawat. Namun itu tak dilakukan. Pesawat mulai miring ke kanan. Dua menit kemudian terdengar peringatan bank angle empat kali.
13:58:15 Pilot: ”Taruh nav lagi, taruh nav lagi.”
13:58:16 Peringatan penyimpangan ketinggian
13:58:18 Kopilot: ”Nav”
13:58:20 Pilot: ”Jangan ubah. Ini arah kita.”
13:58:58 Kopilot: ”Naikkan! Naikkan! Naikkan!”
13:59:05 Thumb! Thumb!
Pada 1 Januari 2007, pukul 13:59:10 WIB, pesawat Adam Air yang mengangkut 96 penumpang, empat awak, dan dua pilot, menghunjam ke laut sekitar perairan Majene, Sulawesi. Semua penumpang tewas. Inilah kecelakaan penerbangan terburuk di Indonesia dalam tiga tahun terakhir.
Perlu sekitar dua minggu untuk menemukan lokasi pesawat Adam Air. Kotak hitam yang menyimpan rekaman data penerbangan dan rekaman suara kokpit baru ditemukan kapal Mary Sears, milik Angkatan Laut Amerika Serikat, pada 21 Januari di kedalaman 2.000 meter. Setelah ribut-ribut soal siapa yang harus menanggung biaya, kotak hitam yang berwarna oranye itu baru diangkat tujuh bulan kemudian.
Di dunia penerbangan, kotak hitam ini begitu vital, terutama untuk investigasi kecelakaan, analisis keselamatan penerbangan, dan mengukur kinerja mesin pesawat.
Desain dan syarat pembuatan kotak hitam diatur begitu ketat dalam standar yang diterbitkan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Di Amerika Serikat, standar ini diatur oleh Federal Aviation Administration. Menurut Federal Aviation, kotak hitam minimal merekam 88 parameter pesawat.
Saking vitalnya, sebagian kalangan bahkan menempatkan urusan menemukan kotak berwarna oranye ini hanya kalah penting dari keselamatan penumpang. Repotnya, jika kecelakaan terjadi di laut seperti dalam kasus Adam Air dan Swissair pada 1998, atau di tempat yang begitu sulit dijangkau, menemukan rekaman data pesawat ini jadi urusan rumit. Biaya mengangkatnya juga tak murah.
Untuk mengangkat kotak hitam di laut Majene, Adam Air terpaksa menyewa jasa Phoenix International asal Amerika Serikat. Phoenix ini perusahaan spesialis jasa laut dalam, mulai dari urusan pengelasan hingga pengangkatan barang. Ongkos untuk membawa rekaman itu ke permukaan laut sekitar US$ 3 juta atau Rp 36 miliar jika dinilai dengan kurs sekarang.
Asro Nasiri, 41 tahun, punya pemecahan sederhana, dan yang pasti jauh lebih irit. Dosen Teknik Informatika STMIK Amikom Yogyakarta itu menamakannya Kotak Hitam Online. Menurut Asro, dia semula menamakan peranti lunak itu 3D Aircraft Visualization. ”Tapi panitia 100 Inovasi Terbaik 2008 menyarankan diganti Kotak Hitam Online,” kata Asro, pekan lalu. Tahun lalu, kotak hitam ini masuk daftar Inovasi Terbaik versi Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Asro sempat 14 tahun bekerja di PT Dirgantara Indonesia sebagai avionics and mission system engineer. Di Dirgantara, Asro terlibat dalam tim yang merancang sistem antirudal yang dipasang di pesawat khusus kepresidenan Korea Selatan.
Salah satu fungsi Kotak Hitam Online adalah merombak tampilan layar monitor di kokpit. Selama ini tampilan panel ketinggian, heading, roll, landing gear atau aileron di kokpit hanya berupa angka atau grafik. Selain tak menarik, membacanya juga agak sulit.
Kotak hitam yang dibikin Asro dan Tohir Ismail, juga dosen di STMIK Amikom, membuat tampilan semua data itu lebih gamblang dan terang. Angka dan grafik itu diubah menjadi gambar tiga dimensi. ”Seolah pilot bisa melihat pesawatnya sendiri dari kamera di pesawat lain,” kata Asro. Pilot jadi lebih gampang memantau posisi dan arah pesawat sehingga bisa lebih cepat bereaksi dalam kondisi darurat.
Pada saat bersamaan, selain disimpan di kotak hitam pesawat, rekaman data penerbangan itu dikirim lewat Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) atau satelit ke server kantor maskapai atau otoritas penerbangan.
Data yang direkam berbagai sensor di pesawat sejak lepas landas hingga kembali menjejakkan roda di bandara akan disimpan di server sebagai data cadangan dari kotak hitam yang menempel di kapal terbang. Sehingga, kalau pesawat mengalami nasib nahas dan kotak hitam sulit ditemukan, masih ada serepnya yang lebih gampang dibaca.
Berbasis Kotak Hitam Online ini, Asro dan Arif Laksito, juga dosen di STMIK Amikom, kemudian merancang Easy Aircraft Tracking System. Sesuai dengan namanya, Tracking System ini memang untuk memantau jalur penerbangan.
Ringkasnya, Tracking System mengubah format data penerbangan yang disimpan di server menjadi CSV—comma separated values. Data ini kemudian diunggah ke server web sehingga bisa diakses lewat ponsel yang telah diinstal Tracking System dengan memanfaatkan jaringan GPRS atau CDMA. Lewat cara ini, dari mana pun pesawat bisa terus dipantau lokasinya. Tentu saja selama masih dapat sinyal dari operator seluler.
Asro sendiri berharap peranti lunak bikinannya ini akan menarik minat maskapai penerbangan. Walaupun tak tertutup kemungkinan pula digunakan pada pesawat militer. ”Sejauh ini memang belum ada yang menunjukkan minat,” katanya.
Sapto Pradityo
Konfigurasi Kotak Hitam Online dan Easy Aircraft Tracking System
- Sensor pesawat mengumpulkan data: ketinggian, heading, roll, pitch, landing gear, aileron, rudder
- Tampilan di kokpit
- Disimpan di flight data recorder
- Ditransfer ke server kantor maskapai
- Dari server diakses lewat ponsel
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo