BADAN Ruang Angkasa AS, NASA, kecolongan. Jaringan komputer risetnya dibobol "maling". Padahal, diduga bahwa banyak data rahasia pengembangan sistem persenjataan mutakhir tersimpan di dalamnya. Adalah Wou Holland, seorang pecandu komputer dari Jerman Barat, yang menjadi sumber berita terjadinya peristiwa ini. Bertindak sebagai juru bicara perkumpulan pecandu komputer (lackers) Chaos di Kota Hamburg, Jerman Barat, lelaki berewok ini mengumumkan keberhasilan perkumpulannya menembus sistem keamanan komputer NASA, dan membaca isinya. "Seluruh isi sistem terbuka bagi kami, dan begitu banyak data sangat rahasia yang sempat terbaca, hingga kami harus menumumkan hal ini," katanya dalam konperensi pers Selasa pekan silam. Untungnya, Wou Holland ternyata tak berniat membeberkan rahasia apa yang sempat terbaca itu. "Kami adalah kelompok manusia yang bertanggung jawab. Kami tak akan merinci data yang kami perkirakan rahasia sifatnya," kata Wou Holland, sambil memperlihatkan komputer pribadi jinjing (portable PC) yang digunakan perkumpulan ini. Dengan menggunakan "modem" -- alat penghubung komputer dan saluran telepon -- para hackers ini mencantolkan komputer mereka ke sistem komputer NASA itu. Satu-satunya hal yang diungkapkan hanyalah "Kami menjumpai indikasi bahwa kebanyakan riset NASA ditujukan pada pengembangan sistem persenjataan baru. Kami juga melihat beberapa hasil studi tentang kecelakaan roket dan sistem keamanan komputer," katanya. Menurut Wou Holland, jaringan komputer yang telah diselusupi itu yang menghubungkan pusat penelitian NASA di AS dengan pusat penelitian lain yang tersebar di Eropa dan Asia. Pengakuan Holland ternyata di konfirmasi oleh beberapa pihak. Seorang pejabat dari laboratoriom fisika energi tinggi pemerintah Jepang mengakui terjadinya penyusupan pada jaringan komputer yang menghubungkan sebuah pusat riset angkasa luar Jepang dengan NASA. Ia mengatakan, penyusupan itu terjadi pada bulan Juni tahun 1985. "Namun, kami menukar kata sandi kami sesudah peristiwa itu terjadi, dan setelah itu tak ada lagi penyusupan," katanya kepada Reuters. Kata sandi (password) adalah deretan kode huruf atau angka yang harus diketahui agar dapat membuka sistem sebuah komputer. Jadi, semacam kunci elektronik. Namun, para anggota Chaos tak menggunakan kata sandi tadi sekadar untuk membaca isi jaringan komputer tersebut. Ternyata, si penyusup berhasil memasukkan program "kuda Troya" ke dalam program komunikasi jaringan komputer yang menghubungkan NASA dengan 135 komputer di Eropa dan Asia tersebut. Dengan tersisipnya program ini, sistem komputer tadi menjadi selalu terbuka bagi para anggota Chaos, kendati kata sandi yang digunakan kemudian diubah oleh pemilik komputer. Yang disebut program kuda Troya memang dirancang untuk memintas (membypass) keharusan penggunaan kata sandi. Malah, sebuah program kuda Troya yang baik biasanya juga membuat kegiatan para penyusup tak terdaftar dalam katalog pemakai komputer, hingga kegiatan mereka itu sulit diketahui. Kehadiran program kuda Troya ini akhirnya diketahui oleh seorang system manager di laboratorium biologi molekular Eropa di Heidelberg, Jerman Barat, Agustus lalu. Penemuannya itu segera dilaporkan pada para pengguna jaringan komputer Analisa Fisika Ruang Angkasa NASA (Space Physics Analysis Network -- SPAN) ini. Pelacakan pun segera dilakukan. "Tapi kami hanya dapat mengetahui bahwa si penyusup adalah seorang mahasiswa di Hamburg," kata Lennard Philipson, Direktur Laboratorium Biologi Molekular di Heidelberg itu. Upaya pelacakan itu ternyata diketahui oleh para anggota Chaos. "Karena itu, kami memutuskan untuk mengumumkan tindakan kami tersebut," kata Holland. Agaknya mereka takut kalau ketahuan, karena di Jerman Barat tindakan mereka itu bisa dikenai ganjaran 3 tahun penjara. "Tapi kami tak melakukan pengubahan data, kok. Soalnya, hal itu kami anggap melanggar etika hackers," kata Holland. Pihak NASA sendiri -- dalam keterangan resmi yang dikeluarkan kantor pusatnya di Washington, D.C., AS -- menyatakan bahwa jaringan SPAN digunakan untuk memudahkan komunikasi antara para pakar di bidang analisa data purna penerbangan wahana ruang angkasa (postf light data analysis). Dan tak ada data rahasia yang dikomunikasikan melalui jaringan ini. Kalaupun pernyataan resmi NASA tersebut 100% benar, tak berarti bobolnya sistem pengamanan jaringan ini tidak mengandung bahaya. Selain kemungkinan para penyusup mengubah data, ada lagi tindakan lain yang lebih berbahaya, yakni penyusupan program virus. Program virus adalah program pendek yang bertingkah laku mirip virus penyakit pada tubuh manusia. Program virus cuma membutuhkan ratusan bytes memori saja. Artinya, kehadiran program ini sulit dideteksi. Soalnya, sebuah program biasa umumnya memakan lebih dari ratusan ribu bytes memori. Bila dibiarkan, program ini akan merekam (mengkopikan) dirinya hingga tersebar pada seluruh program yang sudah kena "infeksi" ini. Kemudian, pada waktu yang sudah ditentukan oleh pembuat program virus tadi, program ini dapat bergerak keluar dari persembunyiannya secara serentak dan membuat semua data yang ter-"infeksi" tadi tak dapat dibaca lagi, atau melakukan tindakan lain yang diinginkan si perancang virus. Keampuhan program ini pernah dirasakan akibatnya oleh instansi pengaturan air dan listrik di Los Angeles, AS, tiga tahun lalu. Ketika sistem komputer yang mengatur aliran air dan listrik bagi 1,2 juta penduduk tiba-tiba macet. Untung, "virus" itu tak terlalu ganas. Para ahli dari unit komputer kepolisian Los Angeles akhirnya dapat "menyembuhkan" komputer tersebut. Untuk menghadapi bahaya seperti ini, jaringan SPAN memang sedang melakukan perbaikan sistem pengamanannya. Menurut Lennard Philipson, para pengguna SPAN di AS sudah sejak tahun lalu mengganti komputer mereka dengan jenis VAX buatan AS, yang mempunyai sistem pengamanan ter mutakhir. "Namun, hingga kini komputer tersebut belum beredar di Eropa," katanya. Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini