Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Pusat Riset Oseanografi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan aplikasi MonMang v2.0. pada Jumat, 29 Oktober 2021. Perangkat lunak generasi kedua berbasis smartphone itu berfungsi untuk mempermudah pemantauan kondisi hutan mangrove alias hutan bakau, termasuk kesehatannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diklaim yang pertama di dunia, aplikasi ini diperkenalkan dalam pembukaan pelatihan pemantauan mangrove internasional yang diikuti 40-an ilmuwan muda dari berbagai negara pada Jumat-Sabtu ini, 29-30 Oktober 2021. "Aplikasi generasi pertamanya telah dipasang di seribu perangkat di sepuluh negara," kata Pelaksana tugas Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Mego Pinandito, dalam acara yang digelar daring tersebut, Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MonMang v2.0 disebut berguna untuk mendukung penelitian, pemantauan, sekaligus edukasi publik. Rintisan pembuatan aplikasi versi awalnya pada Oktober 2020 ketika masih dinaungi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Aplikasi MonMang versi terbaru sudah bisa dipasang di smartphone bersistem operasi iOS.
Menurut Kepala Pusat Riset Oseanografi BRIN, Udhi Eko Hernawan, selain untuk fungsi riset dan pemantauan, aplikasi terbaru itu dipasangi Automated Mangrove Species Identification (AMSI). Fitur yang memanfaatkan analisis kecerdasan buatan atau artificial intelligence itu untuk memproses identifikasi jenis mangrove.
Aplikasi Pemantauan Mangrove, MonMang. youtube.com
Pengguna MonMang cukup memotret bagian mangrove dengan kamera pada fitur AMSI. Setelah itu akan muncul informasi umum jenis mangrove. “Jadi, tidak perlu menjadi ahli untuk mengetahui jenis mangrove,” kata Udhi lewat siaran pers BRIN, Jumat.
Peneliti I Wayan Eka Darmawan mengatakan, fungsi lain aplikasi untuk mengetahui sebaran spasial dan temporal dari beberapa nilai analisis yang disajikan seperti, indeks kesehatan mangrove (MHI), stok karbon, dan indeks vegetasi fungsional.
Sejumlah burung bangau bertengger di pohon-pohon bakau di mangrove Pantai Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, Jumat 3 September 2021. Selain sebagai pencegah abrasi pesisir, hutan bakau yang dikelola Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Karawang dengan dukungan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE-ONWJ) tersebut juga menjadi habitat bagi ribuan burung bangau dan sejumlah jenis satwa pesisir lainnya. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Selain bagi para ahli, ada fitur Learning Centre untuk pemula, misalnya dari kalangan warga, jurnalis, pelajar, dan mahasiswa. Materinya tentang pengenalan hutan mangrove.
Indonesia tercatat memiliki kawasan mangrove terluas di dunia, yaitu 22,6 persen secara global dan kaya keanekaragaman hayati. Namun luas mangrove telah berkurang selama beberapa dekade karena meningkatnya pembangunan wilayah pesisir.