Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Macintosh Cap Jangkrik

Apple Inc. bulan depan akan mengeluarkan komputer dengan otak prosesor Intel. Kini komputer rakitan bisa disulap menjadi Mac yang kaya grafis.

19 Desember 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH tawaran menggoda datang ke meja Deddy Avianto. Isinya kurang lebih begini: komputer rakitan bisa diubah menjadi Macintosh, mau coba? Tak perlu berpikir dua kali, Direktur ADA Mobile itu segera menyambar tawaran temannya itu.

Dalam diri Deddy memang mengalir darah Mac-mania. Meskipun dia sarjana ekonomi, sejak kuliah dia bergelut dengan dunia desain serta hobi utak-atik komputer. Karena itulah hasrat untuk mencoba Mac di komputer jangkrik langsung menggelegak saat sohibnya menawari CD pengubah komputer rakitan menjadi Mac.

Di sela-sela kesibukannya mengurus perusahaan, Deddy, sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia itu, mulai memasang perangkat lunak Mac OS X versi x86 yang ia dapat dari seorang sohibnya. Mac OS X versi x86 ini adalah software yang bisa menyulap komputer jangkrik—ini sebutan untuk komputer rakitan vendor lokal—menjadi Macintosh. Dia membongkar komputer di kantornya, menambah satu hard disk. ”Pertama kali coba, langsung gagal,” kata Deddy mengenang. Tapi, ia tak menyerah.

Akhirnya, dia mengunduh perangkat lunak serupa dari internet. Dia juga hati-hati memilih komputer yang jeroannya memiliki spesifikasi dengan software itu. Pencinta gadget itu memakai motherboard keluaran Asrock dan prosesor Pentium IV 2,8 dan memori sebesar 1 Gigabyte. Setelah melalui perjuangan berjam-jam, akhirnya gambar buah apel—logo khas Mac—nongol juga di layar komputernya.

”Ini 99 persen persis seperti Mac,” kata Deddy, bungah. Saking gembiranya, pecandu Mac ini memasang sistem operasi milik Apple Inc. itu pada dua komputer dan bahkan juga dua laptopnya. Dengan modal Rp 3–4 juta, Deddy kini bisa bekerja di alam Macintosh yang kaya grafis dan memiliki tombol serta fitur yang keren. ”Ini setara dengan Mac G5 single processor.”

Kisah software yang bisa menyulap komputer rakitan menjadi Macintosh ini berkembang luas sejak Juni lalu. Di forum-forum diskusi di internet Mac OS X versi x86 ini banyak diperbincangkan. Di Indonesia banyak yang sudah menjajalnya. Tempo pekan lalu juga berhasil memasang peranti ini di komputer dengan motherboard Asus dan prosesor Intel Pentium IV. Tampilannya benar-benar serasa di Mac.

Syahdan, software ini mulai menyebar ketika Chief Executive Officer Apple Inc. membuka rahasia dalam konferensi para penggemar Mac di San Jose, Amerika Serikat, Juni lalu. Dengan gayanya yang funky, bercelana jins, rambut plontos ala anak muda, Jobs membuat pengumuman penting: pada 2006 Apple akan membuat komputer yang memakai prosesor Intel dan bukan PowerPC yang selama ini ada di jutaan Mac di seluruh dunia. Saat itu Apple juga menyodorkan Mac OS X versi x86 untuk diuji coba.

Pengumuman kecil itu bikin geger. Para penggemar Mac bertanya-tanya mengapa Jobs akhirnya menyerah dan memilih memasang logo Intel Inside di komputernya. Apakah Apple akan menjadi seperti Microsoft, yang hanya berjualan sistem operasi dan software dan tak lagi menjual hardware?

Dengan enteng sosok visioner Lembah Silikon yang membangun Apple sejak 1976 itu menjawab kalem. ”Jiwa dari Mac adalah sistem operasi Mac.” Sepertinya Jobs ingin mengatakan, ganti prosesor dari PowerPC menjadi Intel tak akan jadi kiamat buat Apple.

Jobs memang legenda Lembah Silikon. Dia bukanlah orang yang piawai menulis baris-baris program. Saat mulai merancang Mac pada 1976 di garasi rumahnya di San Francisco, pemuda dengan rambut gondrong, jins belel, dan sepatu dekil ini bekerja di toko game. Jobs saat itu tidaklah menciptakan mesin. Itu pekerjaan partnernya, Steve Wozniak, yang memang punya otak insinyur. Tapi Jobs adalah lelaki dengan mimpi besar. Itulah yang kemudian membuat dia menjadi orang pertama yang menciptakan komputer mini dan bisa dipakai di rumah-rumah. Saat ia berumur 25 tahun, mimpi itu jadi nyata: dia menjadi miliuner. Di usia 30 tahun dia menjadi ikon Amerika Serikat.

Kini, dia datang dengan mimpi besar lagi, yakni menggandeng Intel, raja prosesor komputer saat ini. Dan tekadnya, meskipun perkakas komputernya berganti, Mac tetap akan hidup. ”Dengan Intel, justru ada peluang besar yang menanti Mac,” tulis kolumnis PC Magazine John Dvorak.

Bisik-bisik di lingkungan kantor Apple mengabarkan, sebenarnya Jobs gemas dengan penjualan Mac yang cuma menguasai 1,9 persen pasar komputer dunia. Komputer-komputer mereka kalah bersaing meskipun Apple adalah sang pelopor. Selain karena dominasi Microsoft, salah satu faktor penyebab kekalahannya adalah prosesor Macintosh selalu kalah cepat dibanding komputer pribadi.

Salah satu yang mengganggu pikiran Jobs adalah ketika pada 2003 dia berjanji akan memasarkan Macintosh dengan prosesor 3 Gigahertz G5 pada pertengahan 2004—seperti halnya komputer pribadi berotak Intel. Faktanya, hingga sekarang Mac G5 belum ada yang berkecepatan 3 Gigahertz. Mereka juga gagal menjual laptop PowerBook berprosesor G5 karena hingga sekarang belum ada chip G5 yang irit listrik.

Sebenarnya, kegagalan ini bukan murni kesalahan Jobs. Ini juga gara-gara produsen prosesornya yang menyerah sebelum bertanding. Selama ini, Apple bergantung pada prosesor PowerPC bikinan IBM dan Freescale Semicondutor (dulu divisi prosesor di Motorola).

Dengan menggandeng Intel, Apple punya kemungkinan bisa memproduksi komputer yang lebih radikal dan lebih imut dari Mac Mini. ”Bayangkan, apa yang akan dibuat Jonathan Ive, yang mendesain iPod dan iMac ketika dia mendapat prosesor yang bisa bekerja dengan baterai tipis? Dia mungkin akan memangkas ukuran laptop Mac dan melahirkan komputer jinjing yang keren,” tulis Business Week.

Jobs sudah membocorkan rencana barunya. Pada Januari 2006, dia akan meluncurkan Mac Mini dengan prosesor Intel. Komputer ini mungkin masih sekecil dan seimut Mac Mini yang saat ini beredar, yakni berukuran ubin, 20 x 20 sentimeter. Meski mini, dijamin kemampuannya maksi. Selain tampilan yang kaya grafis, komputer ini dilengkapi dengan Front Row. Ini adalah software untuk yang gemar hiburan. Ingin menonton film? Tinggal pencet remote control. Ingin merekam acara Desperate Housewives atau Lost? Juga mainkan remote control. Menyetel musik, melihat foto, semua hiburan bisa diaktifkan dengan satu pencetan pada remote control. Komputer ini juga akan menjadi jembatan untuk produk Apple lainnya seperti iPod, beli lagu atau klip video di toko iTunes, transfer lagu ke ponsel. Produk ini akan menjadi rival dari sistem operasi Windows yang selama ini mendominasi dunia.

Bagaimana Apple masa depan? ”Apple seperti remote ini,” kata Jobs sambil menunjukkan remote control yang berdesain cantik, tipis, berwarna putih, dan ukurannya sebesar iPod. Remote control itu hanya punya enam tombol. Bandingkan dengan remote control keluaran Microsoft untuk Windows Media yang punya 40 tombol. ”Apple itu membuat yang rumit menjadi sederhana.”

Burhan Sholihin (Fortune, PC Magazine, Business Week)


Mencicipi Komputer Rasa Mac

”Mac adalah Mercy,” begitulah keyakinan banyak desainer grafis di Indonesia. Siapa pun tahu, untuk aplikasi-aplikasi komputer grafis, Mac adalah jagonya, persis seperti sedan Mercy di kelasnya. Karena itu, meskipun relatif lebih mahal ketimbang komputer biasa, Mac selalu diburu para penggemarnya.

Nah, Juni lalu, Chief Executive Officer Apple Inc Steve Jobs secara tak sengaja menawarkan Mac dengan harga miring. Dalam konferensi para pengembang software Mac di San Jose, Jobs menawarkan komputer berprosesor Intel yang sudah dipasangi Mac OS X versi x86. Harga komputer beserta software baru ini US$ 999 (sekitar Rp 9,9 juta). Pada awalnya software ini hanya bisa dijalankan di komputer Intel bikinan Apple. Namun, kemudian peranti ini bisa diunduh di internet dan dijalankan di komputer mana saja. Petunjuk pemasangannya juga bertebaran di internet seperti di forum diskusi [email protected] atau di web blog pribadi.

Deddy, misalnya, sukses menguji coba peranti ini tak hanya di komputernya, tapi juga di laptop Dell dan PC Tablet Fujitsu. Namun, tak sembarang komputer bisa mendukung peranti ini. Di laptop Dell, misalnya, sistem operasi ini membuat sistem pemancar nirkabel Wi-Fi tak jalan. Pada PC Tablet Fujitsu, fungsi PC Tabletnya yang tak jalan sehingga komputer tak bisa mengenali tulisan dengan pena.

BS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus