Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bambang Yuwono bertekad menaklukkan mafia. Tentu bukan Al Capone, sang mafia legendaris. Yang dia maksud tak lain adalah tiga serangkai mata pelajaran yang membikin jeri anak-anak sekolah: matematika, fisika, dan kimia.
Insinyur teknik sipil lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini pun memutar otak untuk mengalahkannya. Dia mengembangkan serangkaian peranti lunak yang membuat tiga pelajaran itu jadi lebih mudah dan mengasyikkan.
Deretan angka dan rumus ruwet dikemas dalam program yang atraktif. Ada simulasi, ada pula animasi dengan gambar aneka warna. ”Jadi fun, menyenangkan,” kata Bambang. ”Mafia” pun tak lagi menyeramkan.
Gebrakan ini bermula pada 1996. Waktu itu krisis ekonomi membayangi Indonesia. Bambang, kala itu karyawan di sebuah perusahaan kontraktor, meneguhkan tekad merintis bisnis sendiri.
Bersama tiga kawan, yakni Sujanto Teng, Hary Sudiyono Candra, dan Benny Karyadi, Bambang mendirikan PT Kreasi Dinamika—setahun kemudian berubah menjadi PT Kuantum Inti Dinamika. Inilah perusahaan pengembang perangkat lunak pendidikan pertama di Indonesia yang dinamai ”Pesona Edu”.
Ketika itu, Bambang yakin bahwa suatu saat komputer akan menjadi kebutuhan utama masyarakat. ”Seperti halnya televisi yang ada di setiap rumah,” katanya. Itulah sebabnya, Bambang memilih peranti lunak komputer sebagai titik awal pengembangan perusahaan.
Modal awal mereka tak seberapa. Hanya 14 komputer jangkrik dengan prosesor Intel 486. Generasi prosesor Pentium masih belum nongol. ”Tidak ada karyawan. Semua kami kerjakan sendiri,” kata Bambang.
Awalnya perusahaan ini menghasilkan perangkat lunak sederhana, mulai dari berhitung, pembagian, perkalian, pelafalan, atau mewarnai. Lalu, pada 2001, mereka memutuskan membuat aplikasi yang mendukung kurikulum pendidikan nasional.
Ada 30 pembuat peranti lunak direkrut untuk keperluan ini. Sebuah kerja yang tidak mudah. ”Bikin satu bab saja butuh waktu sebulan. Itu pun dikeroyok 15 orang,” ujar Bambang. Ongkos pembuatan pun relatif mahal, hingga peranti lunak Pesona Edu dijual Rp 60 juta per paket.
Anak-anak kru Bambang yang masih duduk di sekolah dasar dijadikan ”kelinci percobaan”. ”Saya tunjukkan dulu kepada anak-anak saya,” kata Sujanto Teng. Begitu muncul respons oke, peranti lunak siap dilempar ke pasar. Anak-anak Sujanto, menurut sang bapak, amat menyukai produk Pesona Edu. ”Prestasi mereka jadi bagus. Bahkan mereka selalu jadi tim utama sekolah kalau ada lomba matematika,” kata Sujanto.
Pertama kali diluncurkan, 2001, Pesona Edu hanya diserap 30 sekolah. Beberapa kendala muncul, misalnya harga dianggap terlalu mahal atau sebagian guru memang enggan mencoba metode baru.
Bambang pantang surut langkah. Pesona Edukasi—nama baru PT Kuantum sejak 2004—terus berkembang dan kini telah memiliki 60 karyawan. Omzetnya? Bambang tak bersedia menjawab. ”Ini topik yang kurang kami sukai,” katanya.
Daya pikat Pesona Edu pun meluas. Kini Pesona Edu digunakan oleh 2.000 sekolah, dari SD sampai SMA, di Indonesia. Edisi ekspor bertajuk AmazingEdu, dengan standar kurikulum internasional, pun menjangkau 23 negara, seperti India, Australia, Amerika Serikat, Prancis, hingga Nigeria. Dampaknya luar biasa. ”Perusahaan kami sudah mau dibeli pengusaha India,” kata Bambang.
Yandi M.R., Agung Sedayu
PT Pesona Edukasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo